Selasa, 10 Juli 2007

Super-Staph yang menginfeksi pasien

Suatu studi komprehensif mengungkapkan bahwa suatu jenis stafilokokus yang resisten obat telah menginfeksi 5 persen pasien yang berada di rumah sakit dan rumah perawatan.
Setidaknya 30.000 pasien di rumah sakit di seluruh Amerika Serikat terkena infeksi dari “kuman super” ini, demikian hasil survei yang dikeluarkan oleh Asosiasi Profesional untuk Infeksi Kontrol dan epidemiologi Amerika Serikat.
Hasil ini meningkat 10 kali lipat dibandingkan dengan yang diperkirakan sebelumnya oleh Departemen Kesehatan.
Beberapa petugas departemen kesehatan negara bagian mengatakan bahwa mereka tidak meliihat secara langsung stusi tersebut dan tidak dapat memberikan komentar pada metodologi yang digunakan atas prevalensi yang ditemukan tersebut. Tetapi mereka secara terbuka mengakui adanya masalah yang perlu lebih banyak perhatian.
“Temuan ini merupakan bagian informasi awal yang menegaskan memang ada permasalahan yang besar pada fasilitis kesehatan, dan memerlukan sesuatu tindakan untuk mencegah hal tersebut, “ demikian dikatakan dr. John Jernigan, seorang epidemiolog yang bekerja di CDC (Centers for Disease Control and Prevention)
Isu ini mengenai “bakteri super” yang disebut Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA), yang tidak dapat “dijinakkan” dengan antibiotika tertentu. Bakteri ini biasanya berhubungan dengan infeksi kulit yang parah, tetapi juga mengakibatkan infeksi dalam darah (bakteremia), pneumonia, dan beberapa penyakit lain.
Kuman yang berpotensi fatal ini, biasanya menular melalui sentuhan, umumnya berkembang biak secara subur pada fasilitas kesehatan dan pada pasien dengan luka terbuka. Akan tetapi pada tahun-tahun terakhir “ wabah yang berhubungan dengan komunitas” (community-associated outbreaks) terjadi diantara penghuni penjara, anak-anak dan olahragawan, dimana kuman tersebut menular melalui kontak kulit dan berbagi benda seperti handuk.
Studi masal lalu menunjukkan betapa umumnya ‘bakter super” ini pada kelompok pasien tertentu, seperti pasien gawat darurat dengan infeksi kulit pada 11 kota di Amerika, pasien dialysis dan pasien yang dirawat di ruangan prawatan intensif pada sample dari ratusan rumah sakit pendidikan.
Sangat sulit untuk membandingkan perkiraan prevalensi dari beberapa studi, demikian yang diungkapkan para pakar, tetapi studi-studi terbaru memperkirakan “kuman super” ini 8-11 kali lebih banyak dibandingkan studi yang sebelumnya telah ada.
Studi yang terbaru sama sekali berbeda dimana sample yang digunakan lebih banyak dan pada fasilitas kesehatan yang lebih beragam. Studi ini juga lbih baru dibandingkan stusi yang lain, dan menghitung kasus dimana bakteri tersebut ditemukan dan bukan hanya yang menyebabkan penyakit saja.
Asosiasi professional untuk pengendalian infeksi mengirimkan survei ke lebih dari 11.000 anggota dan meminta mereka untuk memilih satu hari dari 1 Oktober – 10 November 2006, untuk menghitung kasus infeksi.. Kemudian dibuat perbandingan antara jumlah pasien yang dirawat pada fasilitias kesehatan tersebut dengan mereka yang menurut hasil test terinfeksi atau terkolonisasi dengan “bakter super tersebut.
Hasil akhir mewakili 1.237 rumah sakit dan rumah perawatan - atau kira-kira 21 persen dari fasilitas kesehatan rawat inap di rumah sakit, demikian dikatan pejabat asosiasi tersebut.
Peneliti menyimpulkan setidaknya 46 per 1000 pasien terinfeksi dengan bakteri ini.
Kenyataan ini menunjukkan adanya peningkatan dibanding studi terdahulu, sekitar 34 per 1000 terinfeksi dengan “bakter super” tersebut, artinya pasien tersebut memiliki infeksi kulit atau darah ataupun memiliki gejala klinis lainnya. Dan 12 per 1000 “terkolonisasi” berarti pasien tersebut memiliki bakteri tetapi tidak memiliki gejala penyakit.
Sebagian besar pasien teridentifikasi pada 48 jam sesudah masuk rumah sakit, ini berarti, seperti yang dipercaya para peneliti, bahwa pasien tersebut tidak punya waktu yang cukup untuk terinfeksi dengan bakteri yang memiliki tingkat pertumbuhan seperti yang ditunjukkan olehnya. Untuk alasan tersebut, maka peneliti percaya bahwa sekitar 75 persen pasien yang masuk ke rumah sakit atau rumah perawatan telah memiliki bakteri tersebut sebelum masuk.
“Pasien mendapatkan bakteri tersebut pada waktu dirawat di fasilitas kesehatan lainnya, ataupun pada waktu di masyarakat,” semikian yang dikatakan dr. William Jarvis, konsultan epidemiologi dan mantan pejabat CDC yang memimpin studi tersebut.
Infeksi tersebut dapat diterapi dengan antibiotika jenis lain. Pekerja kesehatan dapat mencegah penyebaran bakteri melalui mencuci tangan dan perangkat dekontaminasi, dan dengan menggunakan sarung tangan dan gaun serta memisahkan pasien yang terinfeksi dengan dengan pasien yang lain.
Studi ini telah dipresentasikan pada minggu ini, pada pertemuan tahunan di San Jose, California, tetapi belum dimasukkan pada publikasi ilmiah.

Dikutip dari yahoonews ; June 25, 2007 07:27:23 PM PST
Association for Professionals in Infection Control & Epidemiology: http://www.apic.org

Tidak ada komentar:

Copyright 2007, Pelayanan Medis Nasional (PMdN) Perkantas

Jl. Pintu Air Raya 7, Komplek Mitra Pintu Air Blok C-5, Jakarta Pusat
Telp. (021) 3522923, 3442463-4 Fax (021) 3522170
Twitter/IG : @MedisPerkantas
Download Majalah Samaritan Versi Digital : https://issuu.com/samaritanmag