Sabtu, 15 November 2008

KEDEWASAAN ROHANI

Setiap orang mempunyai dan menjalani suatu perjalanan rohani/ spiritual . Dalam perjalanan rohani itu, orang bisa mengalami paling tidak tiga hal; yaitu pertumbuhan menjadi dewasa secara rohani; kemerosotan rohani; dan yang ketiga: statis rohani. Masing-masing kita tahu apa kira-kira definisi dan terjemahan arti ketiganya; tetapi pada saat ini kita hanya akan bahas pertumbuhan menjadi dewasa rohani, atau spiritual maturity.

MENGAPA PERLU MENJADI DEWASA ROHANI?

1. Sebagai umat Allah kita seharusnya makin diubahkan (transformed) menjadi serupa dengan Kristus. Rasul Paulus menuliskan tujuan pembinaan di Ef. 4: 13: ”....kedewasaan penuh dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus.” (‘the fullness of Christ’).
Di Kol. 1: 28-29, ia katakan tentang tujuan pelayanannya ke pada jemaat: “... untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus”(‘mature in Christ’).
Di Gal. 4: 19, ia menulis: “... sampai rupa Kristus menjadi nyata di dalam kamu(‘until Christ is formed in you’).

2. Jika kita memakai analogi kedewasaan rohani dengan kedewasaan fisik manusia, maka jelas bahwa dewasa rohani itu perlu dan penting dan bahkan merupakan tanda-tanda dari suatu manusia yang normal. Kalau proses perkembangan manusia dimulai dari bayi, maka kalau bayi hanya bertumbuh sampai anak-anak dan tidak pernah bisa jadi manusia dewasa, maka prosesnya disebut patologis bukan? Dalam dunia kedokteran, ada istilah ‘kretin’ yaitu sejenis penyakit pertumbuhan yang mana pasien bertubuh pendek seperti anak2.
Lawan dari kedewasaan rohani adalah ketidakdewasaan rohani. Bisa juga disebut spiritual immaturity. Atau mungkin ‘kekanakan’ rohani?

Jadi, ketika seorang murid Kristus tetap seorang bayi, tidak pernah jadi dewasa dalam iman dan keseluruhan hidup rohaninya, maka bisa dikatakan sesuatu yang patologis sedang terjadi! Sesuatu yang tidak normal.

3. Mengapa kedewasaan atau maturity penting? Karena mereka yang dewasa iman sajalah yang dpat memahami dan menerapkan kebenaran-kebenaran rohani (1 Kor.2:6), menempatkan dan menyusun prioritas yang benar dalam hidupnya (Fil.3:15) dan berdiri teguh dan percaya diri dalam kehendak Allah (Kol.4:12) .


CIRI-CIRI KEDEWASAAN ROHANI

Kedewasaan rohani/ iman seseorang merupakan suatu kesatuan yang utuh antara iman, fisik dan emosinya. Sebab kita tahu bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati bukan (Yak.2:14-25)? Jadi tentu saja seorang yang dewasa imannya akan tampak dari:

- pola berpikirnya
- integritasnya
- inspirasi-inspirasi yang ia miliki

Maka kalau kita mau jabarkan dalam hal-hal yang lebih kongkrit, orang Kristen yang dewasa rohaninya:
- Mampu mandiri dalam pertumbuhan imannya dengan Tuhan. Ia tidak bergantung dengan iman orang lain ataupun digoncangkan imannya oleh berbagai ajaran
- Mempunyai prinsip iman yang teguh (Kol.4:12)
- mampu mengenal dan mengevaluasi diri sendiri secara obyektif. Disini berarti ia adalah seorang yang tahu akan kekurangan dan kelebihannya dan bagaimana terus bertumbuh dalam seluruh hidupnya
- Punya hubungan yang dekat dengan Allah dan menjadi pelaku FirmanNya
- Melayani orang lain dengan kesadaran bahwa ia sudah mengalami kasih dan pengampunanNya, sehingga tidak ada kesombongan, kedagingan dalam pelayanannya
- Mengambil bagian dalam penderitaan, kesulitan bahkan bersedia rugi untuk Tuhan (Fil.3:7-8)
- Membimbing dan memimpin orang lain kejalan yang benar dalam roh lemah lembut (Gal.6:1)
- Mampu mengorientasikan setiap bagian hidupnya kedalam suatu tujuan dan goal rohani yaitu rencana Allah untuk setiap orang percaya (Fil.3:14-15)


HAMBATAN-HAMBATAN DALAM MENUJU KEDEWASAAN ROHANI

Kedewasaan rohani kita mempunyai tujuan atau goal. Sebagai orang Kristen, seharusnya kita makin diubahkan (transformed) menjadi SERUPA DENGAN KRISTUS. Rasul Paulus menuliskannya dalam Ef.4:13: “…kedewasaan penuh dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus”(the fullness of Christ).

Hambatan dalam pertumbuhan menjadi dewasa sesungguhnya ada pada orang Kristen sendiri.
Hambatan diluar manusia sendiri seperti penderitaan, kesulitan, bahkan aniaya, justru membawa seseorang lebih dewasa dalam iman dan karakternya (2 Kor.4:8-11). Namun adalah sesuatu yang menarik, bahwa kemakmuran, kemudahan-kemudahan dan tipu daya yang memikat dari uang justru membuat orang jatuh dan tidak bertumbuh dalam imannya (1 Tim.6:6-10).

Hambatan didalam manusia seperti kemalasan, kesombongan, merasa diri paling baik, paling benar, ketidakpekaan akan kehendak Tuhan dalam setiap hal yang dialami, ketidak pekaan akan sesama, tidak mau ditegur, kedagingan dan ambisi yang tidak berkenan pada Tuhan ; adalah hal-hal yang harus diperangi setiap hari untuk menjadi dewasa dalam Kristus.

Hambatan lainnya juga bisa berupa MENTALITAS. Mentalitas yang instan, tidak mau sabar, membuat kita sering cepat menyerah. Kedewasaan adalah proses yang butuh waktu, tidak instan.
Mentalitas menyenangkan diri lebih disukai daripada mentalitas penyangkalan diri. Penyangkalan diri adalah bagian yang penting dalam menuju keserupaan Kristus (Luk.9:23).
Mentalitas MORE daripada CONTENTMENT. Rasul Paulus dalam Fil4:11-12 mengatakan hal yang sangat penting: “..Aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan…”

Namun satu hal yang menurut saya paling berbahaya dalam perjalanan iman kita menuju dewasa adalah jika kita makin hari makin bertumbuh dalam TIDAK TAKUT AKAN TUHAN! Banyak anak-anak Tuhan yang dulu setia pada Tuhan ketika mahasiswa, jatuh dalam dosa korupsi, perselingkuhan, narkoba, bahkan kriminal; karena mereka TIDAK TAKUT LAGI KEPADA TUHAN. Bangsa Isarel mulai bersungut-sungut, vokal kepada Tuhan, bahkan marah kepada Tuhan; karena mereka tidak takut lagi kepada Tuhan. Mereka tidak respek, tidak menghomati Tuhan. Ini sangat berbahaya!


BAGAIMANA MENGATASINYA?

 Prioritaskan waktu dengan Tuhan
 Waktu doa kita adalah waktu yang tidak bisa ditawar-tawar.Lihat: Daniel (Dan. 6: 1-11) dan Tuhan Yesus (Mark 1: 35). “Prayer is hard work, but prayer should be the distinctive about us. We should have a deliberate or a conscious, intelligent, personal relationship with God which is articulated in prayer
Demikian juga, ini adalah waktu untuk membaca, merenungkan Firman Tuhan. Hubungan pribadi dengan Tuhan yang bermakna dan dihayati sangat berperan dalam kita melewati perjalanan menuju kedewasaan iman.

 Prioritas kedua adalah persekutuan dengan teman-teman seiman.
“And let us consider how we may spur one another on toward love and good deeds. Let us not give up meeting together, as some are in habit of doing, but let us encourage one another—and all the more as you see the Day approaching” (Heb 10: 24-25).

 Pentingnya memelihara Sabat
“Remember the Sabbath day by keeping it holy. Six days you shall labor and do all your work, but the seventh day is a Sabbath to the Lord your God.” (Ex. 20: 8-10)
Memelihara Sabat merupakan perintah Tuhan dan cara Tuhan untuk kita mempunyai hidup iman yang sehat. Memelihara Sabat juga menunjukkan seberapa pandangan kita akan kerja dan non kerja.

 Pentingnya “pause and pondering”
“It is remarkable how much of our life is lived without reflection on its meaning. It is not surprising that so many people are busy but bored! They have many things to do and always running to get them done, but beneath the hectic activity they often wonder if anything is truly happening. A life that is not reflected upon eventually loses its meaning and becoming boring” (From “Here an Now” by Henry Nouwen).
Kita dapat melakukannya dalam retret pribadi, PA pribadi maupun melakukan retret doa dengan teman KTB kita


Tadius dan Lydia Gunadi-2008

Tidak ada komentar:

Copyright 2007, Pelayanan Medis Nasional (PMdN) Perkantas

Jl. Pintu Air Raya 7, Komplek Mitra Pintu Air Blok C-5, Jakarta Pusat
Telp. (021) 3522923, 3442463-4 Fax (021) 3522170
Twitter/IG : @MedisPerkantas
Download Majalah Samaritan Versi Digital : https://issuu.com/samaritanmag