Sabtu, 13 Agustus 2011

“Sang Dokter Agung”

"Dokter untuk si sakit, bukan si sakit untuk dokter."

Tuhan Yesus seringkali disebut sebagai “Sang Dokter Agung” tetapi jelas praktek medisnya sangat berbeda dengan kita. Ia hampir tidak pernah ada permintaan obat, operasi yang sangat primitive, dan dalam istilahnya kita pada masa kini Dia tidak memiliki kualifikasi sebagai seorang dokter karena tidak terlatih dan belajar medis. Jelas tak satupun yang membuat perbedaan bagi-Nya, tetapi kita yang sekarang ini tidak mempunyai kuasa-Nya, walaupun Alkitab mengajarkan bahwa kita mempunyai akses untuk bisa memilikinya. Namun pelayanan medis Tuhan Yesus memberikan beberapa penuntun yang jelas bagi kita dalam praktek medis sekarang ini.

Tuhan Yesus Menyentuh Mereka Yang Tidak Tersentuh

Tuhan Yesus sering (tidak selalu) menggunakan sentuhan sebagai sarana penyembuhan. Para penderita penyakit kusta atau penyakit kulit akut tidak tersentuh pada masa-Nya, sebagimana wanita yang menderita pendarahan. Tuhan Yesus tidak prihatin dengan tradisi atau bahkan dengan hkum-hukum kebersihan/higienis, dan melakukan apa yang Ia tahu terbaik untuk kesembuhan pasien.

Seorang dermatolog yang mengajar saya sewaktu mahasiswa, menekankan tentang pentingnya sentuhan pada bagian kulit pasien yang rusak meskipun hal itu dari segi diagnostik tidak terlalu perlu. Tindakan menyentuh merupakan upaya mengurangi jarak sosial dan psikologis antara dokter dan pasien. Hal itu berarti penerimaan dan inklusi, dan membantu membangun relasi dengan mengurangi perasaan penolakan dan isolasi.

Tuhan Yesus Tersentuh

Tuhan Yesus tersentuh oleh penderitaan orang lain, baik pasien maupun keluarga dari pasien. Pada waktu Tuhan Yesus melihat Maria berduka karena kematian saudara laki-lakinya…Ia benar-benar tersentuh dan berduka. Tuhan Yesus sepenuhnya hadir pada waktu berhadapan dengan penderitaan orang lain dan tidak berusaha menjaga jarak secara professional.

Tuhan Yesus Melepaskan/membebaskan

Tuhan Yesus menggambarkan wanita yang disembuhkan-Nya pada hari Sabat sebagai seseorang yang ‘terikat’ oleh Setan. Ia melepaskan/membebaskan pasien-Nya:

- Secara fisik dari kesakitan mereka

- Secara sosial, yakni penderita kusta boleh kembali ke tengah masyarakat

- Dan secara spiritual, pasien-Nya menerima pengampunan

Ia bekerja secara keseluruhan dalam tubuh dan jiwa dan roh. Bagaimanapun hal ini juga melibatkan kehendak bebas orang-orang tersebut, Ia memberikan kebebasan bagi mereka dalam hal ini, dan bukan tanpa resiko. Orang lumpuh yang disembuhkan di kolam Betesda diperingatkan-Nya: “Lihat, sekarang engkau telah sembuh. Jangan berbuat dosa lagi atau sesuatu yang lebih buruk akan terjadi kepadamu” Hal ini menyatakan bahwa meskipun sudah dibebaskan dari sakitnya, orang itu tetap membuat keputusan-keputusan yang buruk. Mungkin dia tetap melakukan hal-hal yang menyebabkan penyakitnya. Kita tidak tahu.

Saya ingat pernah melihat dua orang dokter senior yang sedang meninggalkan klinik outpatient mereka sebelum natal. Salah satu dari mereka membawa setumpuk catatan pasien, sedang yang satunya lagi membawa hadiah-hadiah ucapan terima kasih dari para pasien. Dokter yang pertama cenderung mengunjungi pasien satu atau dua kali saja dan kemudian membiarkan mereka, melepaskan mereka kembali ke rumah mereka dan dalam perawatan dokter keluarga mereka jika perlu. Dokter yang kedua cenderung mengikuti perkembangan pasien secara teratur selama beberapa waktu dan tentu saja mereka berterima kasih. Saya tidak ragu bahwa seseorang butuh diikuti perkembangannya secara teliti di RS tetapi saya curiga bahwa kunjungan lain selanjutnya lebih kepada keuntungan bagi si dokter dari pada pasien. Dokter untuk si sakit, bukan si sakit untuk dokter. Kebebasan dari penyakit adalah tentang pemulihan otonomi yang tidak cocok dengan kebergantungan pada pengasuhan.

Tuhan Yesus Tidak Pernah Menyalahkan

Ia tidak pernah memperhalahkan tingkah laku apapun dari mereka yang datang meminta pertolongan dan penyembuhan dari-Nya. Orang lumpuh di kolam Betesda mendapatkan tantangan dan peringatan yang jelas untuk tidak melanjutkan gaya hidupnya yang sebelumnya, tetapi dia tidak dipersalahkan karena itu.

Tuhan Yesus tidak pernah Takut Untuk Melakukan Apa Yang benar

Cerita mengenai penyembuhan Tuhan Yesus pada hari Sabat mengingatkan kita bahwa Ia melakukan apa yang terbaik bagi pasien-Nya dihadapan segala peraturan dan regulasi yang tidak terkait. Di Barat semakin hari kita semakin didesak untuk mengikuti aturan-aturan dan penuntun untuk penanganan pasien. Tentunya semua ini ada tempatnya dan sudah ditunjukkan, untuk meningkatkan standar perawatan pasien. Namun demikian ada peristiwa-peristiwa tertentu dimana hal yang mungkin tepat untuk sebagian besar pasien tidak tepat untuk pasien individual. Istirahat pada hari Sabat merupakan satu prinsip yang baik, tetapi Tuhan Yesus tahu kapan melangkah keluar dari itu.

Tuhan Yesus Felksibel

Fleksibelitas Tuhan Yesus terlihat dalam cara bagaimana Ia memilih perlakuan. Kadang-kadang Ia menyentuh pasien, kadang Ia tidak menyentuh mereka; kadang-kadang Ia menggunakan lumpur untuk mata pasien yang buta, kadang tidak. Agaknya pendekatan-pendekatan ini merefleksikan kebutuhan pasien. Hal ini yang Anda harapkan dari Tuhan yang mengenal masing-masing kita dengan nama kita.

Tuhan Yesus Peka

Ia berespon berdasarkan kebutuhan bukan status. Para pasien Tuhan Yesus berasal dari setiap bagian kelas masyarakat, dan termasuk mereka yang sangat miskin, sangat kaya, Yahudi, orang kafir, Samaria, dengan kata lain siapa saja yang membutuhkan. Tuhan Yesus menghormati kebutuhan pasien-Nya akan privasi. Hal ini tidak selalu memungkinkan ketika seseorang mendekati-Nya di tengah kerumunan orang banyak. Namun demikian pada beberapa peristiwa Ia melindungi pasien dari penglihatan orang banyak. Tuhan Yesus peka terhadap kebutuhan untuk mempertahankan martabat pasien-Nya sementara Ia mengobati mereka.

Tuhan Yesus Tekun

Tidak semua penyembuhan dan mujizat Tuhan Yesus itu spontan. Ia perlu meletakkan tangan-Nya sebanyak dua kali di mata pasien-Nya yang buta sebelum penglihatannya pulih. Anak Allah dipersiapkan untuk tekun hingga tujuan/sasaran pengobatan-Nya tercapai.

Tuhan Yesus Mengecek Motivasi Pasien-Nya Untuk Sembuh

“Maukah Anda sembuh?” Ia bertanya kepada orang yang lumpuh selama 38 tahun. Ia benar-benar melihat apa yang sebeanrnya terjadi di balik kesakitan. Ia mengecek sasaran pengobatan pasien dan apa yang sebenarnya mereka inginkan terjadi: “Apa yang engkau ingin Aku lakukan bagimu?”.

Tuhan Yesus Tahu Kuasa Penyembuhan dari Kata-kata

Mungkin mayoritas mujizat penyembuhan Tuhan Yesus melibatkan penggunaan kata-kata. Terkadang ketika kasusnya kesurupan, itu satu-satunya modalitas penyembuhan yang digunakan. Kata-kata-Nya dipakai untuk menjamin, menghibur dan menguatkan.

Tuhan Yesus Mengajar Mahasiswa Kedokteran

Para Murid Tuhan Yesus terkadang tidak bisa menyembuhkan orang dan mereka ingin tahu alasannya. Tuhan Yesus memberitahukan kepada mereka salah satu peristiwa. “Jenis penyakit (tuli) ini hanya bisa disembuhkan dengan doa”. Para murid-nya belum juga mengambil keputusan pengobatan apa yang akan mereka ambil, Tuhan Yesus sudah menyatakannya langsung. Mengajar adalah bagian terbesar dalam pelayanan Tuhan Yesus, dan di sini kita melihat bagaimana Ia mengkombinasikan penyembuhan dengan mengajar.

Motivasi Tuhan yesus Bukan Uang

Tidak pernah ada catatan yang kita baca bahwa Tuhan Yesus meminta bayaran, bahkan terkadang Ia tidak menerima ucapan terima kasih. Namun kebutuhan fisik-Nya dan juga para murid-nya disediakan oleh orang-orang yang mengikuti dan menghirmati-Nya.

Saya merasa dipermalukan oleh dedikasi dari banyak kolega-kolega Kristen saya di Eropa Timur yang bekerja dengan gaji yang tidak cukup untuk hidup. Mereka melakukan ini karena mereka terpasnggil menjadi dokter, dan mereka melihat Tuhan Yesus sebagai teladan.


Dr. David Chaput de Saintonge

Pernah menjadi dokter di Royal London Hospital dan kini bekerja di Partnerships in International Medical Education/PRIME sebagai Direktur Pendidikan.

Sumber: TRIPLE HELIX-The Journal of Christian Medical Fellowship(CMF)-UK/No.45-Summer 2009,p 12-13

Tidak ada komentar:

Copyright 2007, Pelayanan Medis Nasional (PMdN) Perkantas

Jl. Pintu Air Raya 7, Komplek Mitra Pintu Air Blok C-5, Jakarta Pusat
Telp. (021) 3522923, 3442463-4 Fax (021) 3522170
Twitter/IG : @MedisPerkantas
Download Majalah Samaritan Versi Digital : https://issuu.com/samaritanmag