Hari ini, komentar teman-teman, saya berbeda. Lebih banyak tersenyum,
lebih ramah, dan lebih banyak menolong orang lain. Kata mereka, seperti
orang yang berbunga-bunga. Bahagia terus sepanjang hari. Nah, apa sih
rahasianya? Tadi pagi, orang yang saya cintai menyatakan cintanya kepada
saya. Itulah sebab-musabab perubahan perilaku saya. Begitu besar
kebahagiaan yang saya rasakan sehingga saya seperti sudah tidak memiliki
energi untuk disalurkan sebagai emosi yang negatif. Emosi saya
serbapositif. Menarik, bukan?Perasaan memang dapat berperan dalam menentukan perilaku seseorang. Perasaan yang kuat seperti cinta dapat memadamkan amarah dan menyulut semangat hidup kita. Demikian pula, kasih Tuhan yang saya alami dan saya rasakan menggerakkan saya untuk dapat menikmati hidup. Bapa mengasihi kita sama seperti Dia mengasihi Yesus (ay. 9). Kasih yang begitu besar sehingga memampukan kita melakukan perintah-Nya (ay. 10) dan memenuhi kita dengan sukacita (ay. 11). Kasih yang mengandung daya ubah. Untuk itu, tidak cukup kita hanya mengetahui bahwa Tuhan mengasihi dengan kasih yang kekal. Yang lebih utama, apakah realitas kasih-Nya itu kita alami sampai mengubah perilaku dan hidup kita?
Hari ini kita dapat merenung kembali. Apakah saya sekadar mengetahui kasih-Nya atau sungguh-sungguh mengalaminya? Pengalaman mencintai dan dicintai yang paling ajaib tidak lain adalah pengalaman cinta bersama dengan Tuhan. Biarlah Dia menjadi pusat kehidupan Anda dan hati Anda meluap dengan cinta-Nya.—MRT
Dikutip dari renungan harian tgl 26 Maret 2013 ( Yayasan Gloria )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar