Setelah Israel Houghton menyanyikan refrain lagu Still Standing, ia menggunakan waktu jeda untuk menjelaskan maknanya kepada penonton. Still Standing
bukan mengacu pada seseorang yang tetap berdiri tegak karena tidak ada
masalah yang melanda hidupnya. Ia menggambarkan kondisi “tetap berdiri”
itu seperti boneka balon yang ada pemberat di bagian kakinya. Saat
dipukul dengan keras, boneka itu akan terpelanting, tetapi akan segera
memantul bangkit lagi.Kehidupan juga dapat memukul kita dengan keras, tetapi anugerah Allah—seperti pemberat pada boneka balon itu—akan menopang kita untuk tetap berdiri. Tanpa anugerah-Nya dapatkah kita tetap berdiri tegak? Tanpa kaki yang berakar dan berdasar dengan kuat di dalam anugerah-Nya, tak ayal kita gampang jatuh tersungkur ketika sedikit saja masalah menimpa hidup kita. Ibarat fondasi kokoh yang menopang rumah dari terpaan badai, anugerah memungkinkan kita menjalani hidup di tengah segala situasi. Di tengah berbagai kesukaran pun, kita dapat tetap bermegah (ay. 3) karena kita bisa mengalami kemenangan atas kesengsaraan melalui penyertaan-Nya.
Lebih dari itu, melewati penderitaan dengan penyertaan anugerah-Nya akan membuat karakter kita semakin terasah. Karakter kita akan terbentuk. Kita bertumbuh menjadi pribadi yang penuh dengan ketekunan, ketahanan, dan pengharapan (ay. 3-4). Dan melalui tempaan itu, kita akan semakin dimampukan untuk dapat menerima dan menghargai hal-hal yang bersifat kekal.—GDO
Baca: Roma 5:1-11
Dikutip dari renungan harian tgl 5 Mei 2013 ( Yayasan Gloria )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar