Saya cukup familiar dengan perasaan yang saya bawa saat
meninggalkan arena kamp medis. Setelah 6-7 hari berkumpul dengan sekitar 300
mahasiswa, berjuang, berbagi beban & keluhan dengan panitia pelaksana, ada
rasa kesepian yang mulai menguasai. Kali ini saya mencoba menuangkannya dalam
bentuk yang lebih bermanfaat, yaitu dengan membuat sebuah catatan kecil yang saya
harap bisa selesai begitu pesawat ini mendarat di Bandara Soekarno-Hatta.
Saya dan rekan-rekan panrah menghadiri kamp ini dengan ketibaan
yang berbeda namun pulang pada hari yang sama, hari minggu sore, 17 Agustus 2014.
Lebih dari sekedar lega karena kamp sudah selesai, kami semua sungguh bersyukur
diijinkan untuk menyaksikan Tuhan bekerja dengan caranya sendiri, jauh di atas
ekspektasi kami melalui panitia pelaksana yang relatif hanya segelintir
jumlahnya.
Malam pertama di BITDeC kami lalui dengan menyantap nasi
bungkus dan ikan bakar, dan dr. Giles jauh-jauh dari CMF Inggris harus belajar
makan dengan jari-jarinya tanpa sendok & garpu. Wisma dengan kamar tidur
berkapasitas 12 bed/kamar dan kamar mandi yang bisa menampung 40 orang untuk
mandi secara bersamaan, terasa sangat sepi karena luasnya lokasi dan
tersebarnya kamar-kamar yang ada. Dokter Susan dan rekan-rekan panitia
pelaksana mulai tampak sibuk, namun kelelahan tampak jelas di wajah mereka,
namun tidak pernah kehilangan sense of humor mereka. Kekuatiran yg tidak saya
ungkapkan, namun mungkin terbaca oleh Susan, yang sedang menjalani terapi untuk
SLE nya, adalah bahwa beban kerja & stress yang berat dapat membuat
berbagai gejala penyakitnya kambuh. Puji Tuhan atas pemeliharaanNya kepada
hambanya ini.
Senin, 11 Agustus 2014, dimulailah Konsultasi Nasional
Pelayanan Medis (KNPM), yang dihadiri oleh 50-an peserta, dari 14 daerah, 20 PMK
dan 2 PMdK. KNPM berlangsung dengan sangat kondusif, para peserta, yang
merupakan orang kunci masing-masing PMK mulai cair dalam persekutuan dan dengan
cepat menyesuaikan diri dengan padatnya jadwal pertemuan dan diskusi, sehingga
meskipun waktu sudah larut malam, peserta tidak menunjukkan tanda-tanda
kelelahan dan terus bersemangat membahas kondisi persekutuannya dan memberikan
masukan-masukan berharga untuk setiap tahapan P1-P4 yang mereka lalui.
Sementara kami sibuk mengurusi KNPM, dr. Giles sama sekali tidak ingin mengganggu
kami, dia mempersiapkan eksposisi dengan serius dan mengatasi kejenuhannya
dengan jogging ke Pantai Nyanyi. Kehadiran dr.Wei Leong dari CMF Singapore menambah keceriaan kami, karena
sikapnya yang mudah menyapa dan menyesuaikan diri dengan kondisi wisma.
Rabu s/d Sabtu, 13 – 16 Agustus 2014, waktu terasa berlalu
begitu cepat, para pembicara mulai berdatangan, sesi demi sesi bergulir begitu
cepat, eksposisi Kitab II Timotius diuraikan secara mendalam oleh dr. Giles,
panel-panel diskusi dan ceramah-ceramah dilangsungkan dan dikemas dengan begitu
rupa sehingga tidak satupun peserta yang mengeluh walaupun hanya diberikan
waktu sekitar 1 jam untuk mandi & istirahat sore. Ini luar biasa!.
Kekuatiran akan kehadiran 4 pembicara asing akan menimbulkan
kesulitan bagi panitia & peserta karena kebutuhan penerjemahan pada setiap
sesi mereka, sama sekali tidak terbukti. Kami perhatikan semua peserta
menikmati acara dan aktif bertanya dan berdiskusi dalam setiap
sesi.Sejumlah Lokakarya dan Seminar yang
digelar secara bersamaan di ruang-ruang berbeda juga berlangsung lancar. Tidak
ada keluhan dari peserta, tidak ada suara berbantah-bantahan diantara panitia,
semua bekerja dan berjuang, sungguhlah suatu pemandangan yang indah untuk
dinikmati kami sebagai panrah. Thanks dr. Susan untuk kepemimpinannya, thanks
para panitia & volunteer yg tidak bisa saya sebutkan satu per satu.
Pujian dari Bapak Dewa selaku pengawas dari pihak BITDeC
yang mengatakan bahwa tidak pernah mereka menerima rombongan se-tertib dan
se-bersih ini benar-benar menambah suka cita kami. Suatu kesaksian yang baik
tentunya, saat kami membicarakan jumlah yg masih harus kami bayarkan kepada
pihak BITDeC berkaitan dengan penyelenggaraan kamp. Masih banyak kebutuhan dana
tambahan untuk menutupi kekurangan ini, namun ini tidak mengurangi suka cita
dan pengharapan kami bahwa Tuhan sedang dan akan mencukupi seluruh kekurangan
yang ada.
Di sela-sela kesibukan menyelenggarakan kamp, ada suka cita
besar menyaksikan beberapa alumni senior yang juga mantan peserta KMdN yang
kali ini hadir sebagai pembicara, diantaranya dr. Paran Bagionoto, dr. TJ
Situmorang, dr. Ronald Jonathan, dan dr. Edi Lubis. Sangatlah menghibur
sekaligus menguatkan saat menyaksikan kelucuan mereka berbagi kisah dan
pengalaman hidup, serta beban yang mereka tunjukkan terhadap pekerjaan ini.
Setidaknya saya percaya pelayanan medis yang kita perjuangkan bertahun-tahun
tidak akan pernah sia-sia. Bangkitnya para alumni yang relatif muda seperti
dr. Andry Susanto, drg. Hedwin, & dr. Kris Gunadi juga memberikan semangat
tersendiri dan memunculkan harapan regenerasi dalam meneruskan tongkat estafet
pelayanan medis.
Malam dedikasi yang memanggil para peserta untuk memberi
diri bermisi secara integral di bidang-bidang yang telah dibukakan, merupakan
klimaks dari semua kerja keras selama ini. Sangatlah menguatkan sekaligus
mengharukan melihat para peserta berdiri mengambil tekad dan mempersembahkan
hidup dan profesinya bagi Tuhan melalui jalur-jalur misi yang diyakini
merupakan panggilan ilahi bagi mereka.
Minggu, 17 Agustus 2014, adalah hari spesial karena untuk
pertama kali KMdN dilaksanakan bersamaan dengan peringatan Hari Kemerdekaan
Bangsa Indonesia. Upacara pun digelar, Bendera Merah Putih dikibarkan, mengheningkan
cipta dilangsungkan, Pancasila diikrarkan, dan lagu Indonesia Raya
dikumandangkan, rasa haru sekaligus bangga menyeruak ditengah-tengah
keterpurukan bangsa, sungguh mengingatkan betapa besar tanggung jawab yang kita
emban sebagai generasi yang hidup di era kemerdekaan ini untuk berkontribusi
bagi bangsa Indonesia yang kita cintai ini.
Akhirnya, tiba juga kami di penghujung pelaksanaan KMdN.
Kami tidak memiliki cukup kata untuk mengungkapkan rasa syukur dan terima kasih
kami kepada setiap panitia pelaksana dan volunteer. Air mata keharuan, yel-yel
terima kasih dan standing ovation yang amat panjang, yang mereka terima
tentulah mengirimkan pesan yang sangat kuat bahwa baik panitia pengarah maupun
peserta KMdN luar biasa menghargai kerja keras dan keramahan mereka, walau
mungkin tidak sebanding dengan keringat dan air mata yang mereka telah curahkan
selama 1 tahun persiapan kamp ini. Kiranya Tuhan sendiri yang
memperhitungkannya untuk mereka.
Selesai sudah segala hiruk pikuk KMdN, usai sudah
malam-malam panjang evaluasi yang melelahkan,
genaplah sudah seluruh upaya memperlengkapi para peserta. Sekarang
menunggu pekerjaan rumah besar untuk menindaklanjuti tekad para peserta untuk
setia mempersiapkan diri masuk ke ladang misi sesuai panggilan mereka. Dalam
2-3 tahun yad sebagian besar mereka akan menjadi alumni, waktu yang tidak
terlalu panjang lagi untuk mempersiapkan mereka, namun bisa terasa lama bila
kita hanya menunggu tanpa berbuat apa-apa. Waktu akan membuktikan apakah kata: “otentik”,
“tangguh”, dan “missioner bagi bangsa” hanya indah untuk diikrarkan atau
benar-benar menjadi kenyataan.
Catatan terakhir yang bisa saya buat adalah bahwa:
1.
Penyelenggaraan kamp ini mengingatkan saya akan
kisah Gideon dengan 300 orang Israel yang berhasil mengatasi orang Midian dan
Amalek yang jumlahnya tak terhingga di Hakim-Hakim pasal 6 & 7.
2. Perasaan tidak mampu yang tulus (meminjam
istilah Susan: “impossible” ,saat
menerima penunjukan sebagai panlak KMdN XIX),
disertai dengan kerendahan hati, kerja keras, dan kebergantungan akan
peran Tuhan, tidak akan pernah Tuhan kecewakan. (I Kor. 1: 25 – 29).
Jakarta, 18 Agustus 2014
dr. Lineus Hewis, SpA
Panitia Pengarah KMdN XIX Bali
Tidak ada komentar:
Posting Komentar