Rabu, 08 Mei 2019

Ingin Khawatir? Cari Materi Sebanyak-banyaknya (Matius 6:25-34)

Apakah salah menjadi kaya? Tidak. Jika masih punya keinginan untuk kaya berarti masih normal. Yang salah bukan keinginan untuk kaya, melainkan cara memperoleh kekayaan. Jika sudah kaya apakah kita mampu bersyukur dengan kekayaan yang kita miliki? Apakah kekayaan malah membuat kita lupa diri? Apakah orang lain mampu bersyukur melihat kita kaya? Apakah kekayaan kita malah menjadi kutuk bagi orang lain? Pertanyaan mendasar adalah apakah hidup ini hanya karena materi dan untuk materi? Apakah orang Kristen hidup hanya untuk makan, minum dan pakaian? Semua manusia perlu makan, minum dan pakaian. Manusia bekerja untuk makan, minum dan pakaian. Makan, minum dan pakaian adalah yang dikhawatirkan manusia. Kita bekerja keras setiap hari untuk apa? Untuk makan, minum dan pakaian. Untuk hidup perlu makanan, minuman dan pakaian. Kita tidak dapat hidup bila tidak makan, minum dan memakai pakaian. Tetapi jika hanya ini yang menjadi tujuan hidup, maka khawatir akan menjadi bagian hidup ini. Jika ingin hidup khawatir maka jadikanlah makan, minum dan pakaian sebagai tujuan hidup. 

Tidak dapat disangkal bahwa manusia perlu makan, minum dan pakaian. Tetapi bila kebutuhan ini tidak dipenuhi maka ia akan merasa terancam dan tidak aman sehingga akibatnya selalu khawatir. Jika dengan khawatir kita mengumpulkan kekayaan, jangan heran jika kita tidak mampu bersyukur. Jangankan bersyukur, menikmati kekayaan yang diperoleh dengan susah payah saja tidak mampu. Khawatir membuat manusia menjadi serakah. Khawatir merupakan sebab mengapa banyak manusia menjadikan materi sebagai tujuan hidup. Khawatir menyebabkan manusia lupa diri dan lupa orang lain. Khawatir menyebabkan manusia tidak segan-segan mengorbankan orang lain, bahkan dirinya sendiri.

Dalam teks Matius 6:25-34 terlihat bahwa istilah khawatir sangat dominan. Kata khawatir muncul di ayat 25, 27, 28, 31, 34. Ayat 25 berbicara mengenai khawatir tentang makanan, minuman, dan pakaian. Ayat 27 mengungkapkan bahwa khawatir tidak memperpanjang umur. Ayat 28 tentang khawatir mengenai pakaian. Ayat 31 menyatakan khawatir sebagai penyakit orang yang tidak mengenal Allah. Ayat 34 berbicara mengenai khawatir tentang masa depan.


Mengapa Manusia Khawatir?
Ada beberapa alasan yang menyebabkan seseorang khawatir. Pertama, prioritas hidup yang salah. Makan, minum dan pakaian dijadikan prioritas hidup. Kita tidak menghargai hidup. Kita hanya melihat perut dan tubuh. Bukankah hidup lebih penting dari perut dan tubuh (ayat 25)? Kalau hanya ini yang menjadi tujuan hidup maka jangan heran jika manusia tega mengorbankan hidup orang lain. Setelah makan, minum dan pakaian terpenuhi, lantas tujuan hidup apa lagi? Biasanya orang tidak tahu. Maka manusia menumpuk materi karena tidak tahu prioritas hidup.

Kedua, tidak sadar bahwa manusia lebih berharga dari binatang dan alam (ayat 28). Manusia memandang dirinya rendah sekali.

Ketiga, kurang percaya pada Allah (ayat 30). Artinya tidak mau bergantung sepenuhnya kepada Allah. Merasa bahwa Allah tidak mampu menolong persoalan hidup. Allah hanya menolong untuk masalah-masalah besar. Persoalan hidup yang kecil-kecil tidak perlu dibawa doa kepada Allah.

Keempat, tidak mengenal Allah (ayat 32). Sebelumnya dalam ayat 24 telah ditegaskan bahwa manusia hanya ada dua pilihan. Menyembah Allah atau menyembah mamon/uang. Manusia tidak dapay menyembah keduanya. Hari minggu menyembah Tuhan, namun hari Senin hingga Sabtu menyembah uang. Harus memilih salah satunya. Tidak mengenal Allah berarti menyembah uang. Menempatkan uang sebagai tuhan. Melihat dunia ini dengan kacamata uang. Melihat sesama manusia dengan kacamata uang. Uang menjadi tuhan.

Khawatir membuat manusia menjadi serakah. Khawatir merupakan sebab mengapa banyak manusia menjadikan materi sebagai tujuan hidup.

Jika sakit perut, makan obat sembuh. Jika badan demam, makan obat sembuh. Tetapi jika khawatir, apa obatnya? Ada dua jenis obatnya. Keduanya saling berkaitan. Pertama, mengenal Allah sebagai Bapa. Kedua, menjadikan Allah sebagai Raja dalam hidup.


Memiliki Relasi dengan Bapa
Semua yang dikhawatirkan manusia disediakan oleh Bapa. Jangankan manusia, burung-burung pun diberi makan dan minum oleh Bapa di surga. Lihat ayat 32 'akan tetapi Bapaku yang di surga tahu bahwa kamu memerlukan semuanya itu'. Istilah yang penting adalah 'Bapamu' yang muncul dalam ayat 26, 32. Tidak dikatakan Bapa mereka atau Bapanya. Tetapi Bapa-mu. Ada relasi yang erat dan mesra dan intim. Jika kita tidak mengenal Allah sebagai Bapa-ku, maka tidak heran jika khawatir terus. Allah adalah Bapaku. Luar biasa! Allah Pencipta alam semesta kita sapa dan panggil sebagai Bapaku.

Allah Bapa hanya dapat dikenal melalui Yesus Kristus. Jika ingin mengenal Bapa dan memiliki relasi dengan-Nya, maka kita harus datang kepada Tuhan Yesus. Hanya di dalam dan melalui Tuhan Yesus kita mengenal Allah sebagai Bapa. Jika menyembah materi sebagai tuhan maka akibatnya selalu khawatir. Sebaliknya jika menyembah Bapa, maka khawatir tidak perlu ada. Inilah maksud Tuhan Yesus dengan frasa 'Karena itu' dalam ayat 25.

Hidup ini lebih dari segalanya. Lebih berharga dari makanan, minuman dan pakaian. Jika Allah sangat memperhatikan hidup, apakah Ia tidak memperhatikan kebutuhan hidup seperti makanan, minuman dan pakaian? Mengapa harus mengorbankan orang lain untuk semua kebutuhan hidup yang telah disediakan Bapa?


Mencari kerajaan-Nya dan kebenaran-Nya
Orang yang tidak mengenal Allah, orang yang menyembah mamon, yang menjadikan uang sebagai tuhan hanya mencari makanan, minuman dan pakaian (ayat 31). Inilah tujuan hidupnya. Sebaliknya orang yang menyembah Allah mencari kerajaan-Nya. Ini tidak berarti makanan, minuman dan pakaian tidak diperlukan lagi. Semua hal ini sudah disediakan Bapa. Tuhan Yesus tegas mengatakan bahwa Bapa di surga tahu bahwa kita memerlukan semua ini (ayat 32). Jika sudah disediakan Allah Bapa untuk apa dicari lagi? 

Tuhan Yesus mengungkapkan melalui bacaan kita bahwa salah satu sifat manusia adalah suka mencari. Ada dua jenis manusia. Pertama, mencari makan, minum dan pakaian. Ini berarti menyembah mamon, uang, materi. Kedua, mencari Kerajaan Allah. Ini berarti menyembah Allah. Siapa yang menjadi raja dalam hidup kita? Uang? Materi? Atau Allah?

Hidup sebagai anak-anak Bapa berarti hidup di dalam kehendak-Nya. Hidup melakukan kehendak-Nya. Hidup di bawah bimbingan Bapa. Hidup di bawah pemerintahan Bapa. Ini artinya mencari kerajaan Allah. Menjadikan Allah sebagai Raja di dalam dan melalui seluruh hidup kita, hidup di bawah hukum-hukum Allah dan menjadikan kebenaran-Nya sebagai jalan hidup.

Apakah menjadi warga kerajaan Allah berarti bebas dari segara macam kesusahan? Tidak. Coba kita baca kembali ayat 34 '....hari esok mempunyai kekhawatirannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari'. Tetap ada kesusahan dalam hidup, namun Yesus mengatakan tak perlu khawatir, Kita susah di dunia tetapi Allah menyertai kita di dalam kesusahan.

Kita perlu menyadari bahwa kemampuan mencari uang adalah pemberian Allah. Ulangan 8:18 mengatakan 'Tetapi haruslah engkau ingat kepada Tuhan, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini'. Amsal 10:22 juga mengatakan 'Berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya'.

Kembali ke pertanyaan semula, apa hidup ini hanya untuk materi dan karena materi? Sekarang dengan tegas kita dapat menjawab tidak. Orang Kristen hidup dan bekerja untuk Allah dan Kerajaan-Nya. Sementara yang tidak percaya pada Yesus hidup dan bekerja untuk makan, minum dan pakaian. Jika hidup hanya seputar makan, minum dan pakaian, maka jangan heran bila khawatir selalu menghantui hidup ini. Cinta materi adalah akar segala bentuk kekhawatiran. Ingin khawatir? Carilah materi sebanyak-banyaknya.


________________________________________________________
Oleh Arman Barus.
Dalam Majalah Samaritan Edisi 3/2002.

Tidak ada komentar:

Copyright 2007, Pelayanan Medis Nasional (PMdN) Perkantas

Jl. Pintu Air Raya 7, Komplek Mitra Pintu Air Blok C-5, Jakarta Pusat
Telp. (021) 3522923, 3442463-4 Fax (021) 3522170
Twitter/IG : @MedisPerkantas
Download Majalah Samaritan Versi Digital : https://issuu.com/samaritanmag