Tiap bangsa di sepanjang masa punya pergumulannya masing-masing. Dan tiap bangsa membutuhkan pembangunan secara holistik, termasuk Indonesia. Belajar dari Kitab Nehemia, yang berhasil membangun bangsa Israel secara holistik, paling tidak kita dapat menemukan tiga hal yaitu: pertama, dia melakukan pembangunan fisik (tembok) dan pembangunan tersebut dapat diselesaikan dalam waktu yang singkat yaitu lima puluh dua hari. Pencapaian ini dapat terjadi tentu saja karena campur tangan dan penyertaanTuhan (Nehemia 6.15-16). Penyertaan Tuhan tersebut diresponi dengan kepemimpinan Nehemia yang efektif dan peran partisipasi aktif dari komponen bangsa. Mengapa ini hal pertama yang dibangun Nehemia,...kelihatannya hal ini terkait dengan kondisi pada masa itu dimana tembok yang mengelilingi suatu kota merupakan lambang kedaulatan dan keamanan. Hancurnya tembok suatu kota berarti hilangnya lambang tersebut. Sehingga pembangunan tembok menjadi prioritas agar kehidupan sosial dan kehidupan ibadah di Yerusalem dapat ditata dan dipulihkan kembali.
Kedua, pembangunan kerohanian
(Nehemia 9). Nehemia memahami bahwa kehancuran Yerusalem bukan sekedar masalah
sosial politik tetapi akarnya adalah pemberontakan mereka terhadap Tuhan yang
kemudian mendatangkan murka-Nya.
Untuk memulihkan Yerusalem diperlukan pembaharuan rohani, yang ditandai dengan
pembacaan Taurat, pengakuan dosa dan pembaharuan janji setia mereka dihadapan
Tuhan. Pembacaan kitab Taurat yang
dilakukan memberikan perspektif tentang
kehidupan mereka yang sesungguhnya yaitu sejarah telah membuktikan bahwa sejak
kehidupan nenek moyang mereka hingga saat itu, anugerah Allah senantiasa
tercurah kepada mereka (6-15). Allah dengan kesetiaan-Nya senantiasa menuntun,
membimbing, melindungi, dan memberikan yang terbaik bagi umat-Nya. Perspektif
yang diberikan oleh firman Tuhan inilah yang menuntun mereka kepada pertobatan
sejati. Kebangunan rohani sejati tersebut dapat terlihat melalui : (1) mereka
merendahkan diri di hadapan Allah. Hal ini diekspresikan dalam bentuk berpuasa,
mengenakan kain kabung dan debu di kepalanya. Merendahkan diri di hadapan Allah
timbul dari kesadaran akan ketidaklayakan mereka di hadapan-Nya untuk menerima
anugerah dan kasih setia Allah yang luar biasa, (2) mereka memisahkan diri dari semua orang asing.
Ini merupakan lambang bahwa mereka tidak mau mengikuti cara hidup bangsa asing
yang tidak mengenal Allah, (3) adanya
pengakuan dosa. Mereka mengaku bersalah dan mau berbalik kepada-Nya, (4) mereka
mempunyai kehausan dan kerinduan yang dalam untuk membaca firman Tuhan. Untuk
mengetahui kehendak Allah dan mengenal Dia lebih dalam dan lebih intim.
Ketiga, pembaharuan sosial (Nehemia
10.28-39). Pembaharuan kehidupan rohani tidak selesai hanya dengan pembacaan
firman dan doa pertobatan. Pembaharuan tersebut perlu diwujudkan secara praktis
dalam kehidupan sehari-hari. Nehemia menggunakan wewenangnya untuk menata agar
kehidupan sosial mereka bisa diselaraskan kembali dengan aturan-aturan dalam
firman Tuhan.
Kini,
bangsa Indonesia pun membutuhkan pembangunan
secara holistik. Ini bukan tugas dan tanggungjawab sebagian orang saja di negri
ini. Setiap komponen bangsa diharapkan ikut ambil bagian. Penyertaan Tuhan
sudah pasti tersedia. Saatnya kita responi penyertaan Tuhan dengan partisipasi aktif kita
dalam berbagai bidang kehidupan bangsa ini.
Membangun Bangsa Secara Holistik oleh Ir. Indrawaty Sitepu, MA
Dalam Majalah Samaritan Edisi 2 Tahun 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar