Rabu, 01 Agustus 2007

Penghargaan Bagi dr. Erina

Menkes akan memberikan penghargaan Ksatria Bakti Husada Arutala kepada dr Erina Natania Nazarudin (29 th) yang meninggal dalam menjalankan tugas di Kabupaten Fakfak, Irian Jaya Barat, Minggu (15/7/2007). Selain itu, Depkes juga masih akan memberikan 12 kali gaji pokok kepada keluarga almarhum.
Demikian dikatakan Menteri Kesehatan, Dr. dr. Siti Fadilah Supari usai melakukan takziah di kediaman almarhumah dr Erina di Jalan Bima No. 98, Bandung, Senin (16/7/2007).
Kepada para wartawan yang menunggu di rumah duka, Dr. Siti Fadilah Supari sambil menitikkan air mata menyatakan, ”Atas nama pemerintah, saya merasa sangat berterimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada dr Erina yang telah menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya sampai mengorbankan dirinya”.
Tadi, ibunda almarhum menceriterakan kepada saya bahwa dr. Erina menyetir mobil Puskesmas Keliling ditemani seorang perawatnya setelah mengantar pasien yang akan melahirkan ke rumah sakit Fakfak. Pasiennnya tertolong, namun dr Erina mengalami kecelakaan karena mobil yang dikendarainya masuk jurang dan dr Erina tidak bisa ditolong. Itulah pengorbanan seorang dokter di daerah pedalaman. Saya sangat bangga dengan pengorbanan dr Erina, kedatangan saya di sini untuk mengucapkan belasungkawa kepada keluarga almarhumah dan mendoakan semoga arwah almarhumah diterima di sisi Tuhan Yang Maha Esa, dan kepada kedua orang tua dan Saudara-saudaranya diberikan kekuatan iman, ujar Menkes sambil menghapus air matanya.
Menurut kakak almurhum, Harry Hardianto, Erina meninggal setelah menjalankan tugas mengantarkan seorang ibu yang mengalami pendarahan saat akan meIahirkan. Perjalanan dari Puskesmas Kokas menuju RSU Fakfak berjarak 45 km. Pasien, menurut Harry, bisa diantarkan sampai dengan selamat ke rumah sakit. Namun dalam perjalanan pulang menuju Puskesmas Kokas, Erina yang mengemudikan sendiri mobil Puskesmas Keliling bersama seorang perawat mengalami kecelakaan. Beruntung, perawat selamat dan berhasil naik memanjat tebing jurang untuk meminta pertolongan orang yang lewat di sana.
Harry mengatakan, keikutsertaan sebagai PTT di Fakfak adalah murni kemauan Erina, lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung tahun 2000/2001. Ini dilakukan untuk mempersingkat waktu praktek di daerah sangat terpencil. Sebelumnya, selama dua tahun ia sempat menjadi dokter PTT di Cikawari, Cimahi. Namun, karena dianggapnya PTT ke tempat sangat terpencil waktunya lebih cepat yaitu 6 bulan, ia berangkat bulan April 2007 lalu.
”Selain itu, ia sebenarnya ke Kokas hanya menggantikan temannya yang cuti,” kata Harry.
Mengenai pemulangan jenazah dr. Erina yang diperkirakan tiba di Jakarta tanggal 17/7 sore, Menkes menyatakan akan mengurus segala sesuatunya mulai dari penyambutan jenazah di Bandara Soekarno Hatta Jakarta hingga mengantarkan langsung ke Bandung. Sembari menangis, Dr. Siti Fadilah Supari mengatakan, kematian Erina merupakan kehilangan besar bagi dunia kedokteran.
Menyinggung kebijakan PTT, Menkes menyatakan bahwa Depkes akan terus melakukan evaluasi. Hal itu dilakukan agar program tersebut dapat berjalan baik dan tidak memberikan dampak buruk, bagi yang memilihnya. Saat ini terdapat ribuan dokter PTT yang masih bertugs di daerah-daerah terpencil karena tetap dibutuhkan masyarakat sekitar.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon/faks: 021-5223002 dan 52960661, atau alamat e-mail puskom.publik@yahoo.co.id.

Tidak ada komentar:

Copyright 2007, Pelayanan Medis Nasional (PMdN) Perkantas

Jl. Pintu Air Raya 7, Komplek Mitra Pintu Air Blok C-5, Jakarta Pusat
Telp. (021) 3522923, 3442463-4 Fax (021) 3522170
Twitter/IG : @MedisPerkantas
Download Majalah Samaritan Versi Digital : https://issuu.com/samaritanmag