Senin, 04 Juni 2012



MENGGUMULI PANGGILAN HIDUP
[Efesus 5:15-17]
Oleh Tadius Gunadi

Dalam surat rasul Paulus kepada jemaat di Efesus ini, ia mengingatkan bahwa “memang kamu dahulu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang” (Ef. 5: 8). Dari pasal 4 sampai akhir surat, rasul Paulus menuliskan beberapa petunjuk, nasihat, dan contoh bagaimana hidup sebagai anak-anak terang.  Kepada jemaat Efesus, yang profesinya bermacam-macam, ada yang ibu rumah tangga, petani, peternak, pedagang, bahkan ada yang jadi budak, rasul Paulus mengingatkan mereka di Ef. 5: 15-17. Minimal ada 3 hal yang dinasihati rasul Paulus.
1.       “Perhatikanlah dengan seksama, bagaimana kamu hidup”(ay. 15)
Di sini rasul Paulus mengajak jemaat di Efesus untuk menyadari, melihat ulang, atau mengevaluasi hidup mereka. Baik dari segi arah, tujuan, dan motivasi hidup, serta melihat ulang apa yang mereka kerjakan dan bagaimana mereka menggunakan waktu atau kesempatan yang ada. Rasul Paulus lanjutkan nasihatnya sbb.: “jangan seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif.” Hidup orang bebal adalah hidup yang sembarangan, tidak bisa belajar dari kesalahan, hidup yang sering salah arah dan sasaran, sehingga berisiko sia-sia. Sedang hidup orang arif adalah hidup yang bisa memilih apa yang berharga untuk dilakukan, dan apa yang paling tepat untuk ia kerjakan.

2.       “Pergunakanlah waktu yang ada” (ay. 16)
Bagi yang belum tahu, kata waktu dalam bahasa Yunani ada dua kata: “kronos” (waktu dalam pengertian hari, jam, menit dan detik, seperti dalam istilah kronologi), dan “kairos” (kata ini selain diterjemahkan kata “waktu” juga sering diterjemahkan dengan kata “kesempatan”). Dalam konteks ini, kata waktu yang digunakan adalah kata “kairos.” Jadi bisa juga diterjemahkan “pergunakanlah kesempatan yang ada.” Dengan perkataan lain, rasul Paulus menasihati jemaat di Efesus untuk menggunakan kesempatan yang ada secara maksimal. Pertama-tama, kita sering dengar bahwa kesempatan tidak selalu terulang. Artinya jika tidak digunakan secara optimal maka kesempatan itu akan berlalu sia-sia. Alasan lain yang diberikan yaitu “karena hari-hari ini adalah jahat.” Ini bisa ditafsirkan bahwa jika kesempatan yang ada tidak digunakan maka si jahat akan mencuri kesempatan itu dan mengambilnya dari kita. Sebab ia adalah pencuri. Selain itu, juga diartikan bahwa pengaruh yang jahat bisa membuat kita tidak menggunakan kesempatan yang ada dengan optimal. Si jahat bisa menciptakan berbagai distraksi baik dalam bentuk gangguan maupun godaan agar kita tertarik melakukan hal-hal yang kurang bermanfaat bahkan sia-sia. Karena itu, rasul Paulus menasihati jemaat Efesus untuk menggunakan kesempatan yang ada itu secara optimal. Tentu itu dilakukan dengan menyadari kesempatan-kesempatan yang ada pada mereka.

3.       “Usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan” (ay. 17)
Rasul Paulus melanjutkan nasihatnya dengan kata-kata: “Sebab itu, janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah kamu mengerti kehendak Tuhan.” Dari kata-kata ini, kita dapat simpulkan bahwa hidup yang bijak dan tidak bodoh adalah hidup yang sesuai dengan kehendak Tuhan.  Jika kita hanya menggunakan waktu dengan baik, tapi apa yang kita kerjakan sehari-hari tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, maka itu tetap hidup yang kurang bijak dan bisa sia-sia. Jika kita pelajari Kitab Suci maka kita lihat bahwa pekerjaan yang bernilai kekal yaitu apabila kita melakukan kehendak Allah (1 Yoh 2: 17). Dari sini bisa kita lihat pentingnya kehendak Tuhan bagi hidup kita. Karena itu, rasul Paulus menuliskan: “usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan.” Usahakanlah berarti mengupayakan dengan serius , menggumuli dengan sungguh-sungguh. Ini bisa mencakup mendoakan, memikirkan secara serius, mempelajari dan merenungkan apa yang tertulis di Kitab Suci  tentang  pekerjaan atau karir yang sesuai dengan kehendak Tuhan.
Panggilan Hidup
Mengusahakan supaya kamu mengerti kehendak Tuhan bagi hidupmu berarti menggumuli apa yang Ia mau kita kerjakan dalam hidup. Dalam bahasa sekarang berarti menggumuli karir kita. Dari sekian banyak pilihan pekerjaan atau karir dan ladang pelayanan, yang mana yang Tuhan mau kita pilih dan hidupi dengan tekun? Istilah lain bagi pemilihan pekerjaan atau profesi kita adalah panggilan hidup kita. Sehingga kita bisa dengan yakin mengatakan bahwa menjadi dokter spesialis anak di Papua adalah panggilan hidup saya; atau menjadi dokter gigi di puskesmas dipinggiran kota Jakarta adalah panggilan hidup saya. Sebagian lagi memahami kehendak Tuhan bagi dia adalah menjadi dosen di Fakultas Kedokteran di Perguruan Tinggi Negeri. Itulah panggilan hidupnya. Jika setiap anak Tuhan yang menjadi dokter, dokter gigi dan perawat memahami panggilan hidupnya yang sesuai dengan kehendak Tuhan, maka nasihat rasul Paulus bagi jemaat Efesus telah dipenuhi  dalam hidup mereka. Dengan demikian, para tenaga medis Kristen ini telah hidup secara bijak, bukan hidup yang bodoh apalagi bebal.
Isu panggilan hidup ini juga akan dibahas dalam Kamp Medis Nasional Alumni yang akan diadakan pada tanggal  5-8 Juli 2012. Karena itu, tema kamp yang dipilih kali ini yaitu “Find and Commit to Your Calling.” Di dalam Kamp ini isu ini akan dibahas lebih komprehensif dan konkrit dengan berbagai bidang pelayanan medis yang dapat menjadi panggilan hidup para tenaga medis.   Kamp ini tidak hanya tepat bagi rekan tenaga medis Kristen yang sedang mencari atau menggumuli panggilan hidup mereka ke depan. Tetapi kami yakin kamp ini juga masih tepat bagi rekan-rekan yang merasa sudah tahu panggilan hidupnya. Bukan hanya seperti kepada jemaat di Efesus,  rasul Paulus menasihati  mereka  untuk melihat kembali atau mengevaluasi bagaimana mereka hidup. Demikian juga dengan panggilan hidup kita, apa sesuai dengan kehendak Tuhan atau sesungguhnya  Tuhan menghendaki panggilan profesi, kerja, karir  kita berbeda dengan yang kita kerjakan sekarang.  Dan jika selama ini panggilan hidup kita sudah sesuai, maka apakah ke depan Tuhan mau kita tetap dengan panggilan hidup kita atau Ia mau kita mengerjakan hal lain atau di institusi atau kota lain? Misal dari klinisi menjadi akademisi di perguruan tinggi di daerah.  Jika Tuhan bukakan bahwa panggilan hidup kita ke depan tetap, maka bagaimana kita bisa menekuni panggilan hidup itu secara setia dan optimal. 

Tidak ada komentar:

Copyright 2007, Pelayanan Medis Nasional (PMdN) Perkantas

Jl. Pintu Air Raya 7, Komplek Mitra Pintu Air Blok C-5, Jakarta Pusat
Telp. (021) 3522923, 3442463-4 Fax (021) 3522170
Twitter/IG : @MedisPerkantas
Download Majalah Samaritan Versi Digital : https://issuu.com/samaritanmag