MENGGUMULI PANGGILAN HIDUP
[Efesus 5:15-17]
Oleh Tadius Gunadi
Dalam surat rasul Paulus kepada jemaat di
Efesus ini, ia mengingatkan bahwa “memang kamu dahulu adalah kegelapan, tetapi
sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai
anak-anak terang” (Ef. 5: 8). Dari pasal 4 sampai akhir surat, rasul Paulus
menuliskan beberapa petunjuk, nasihat, dan contoh bagaimana hidup sebagai
anak-anak terang. Kepada jemaat Efesus,
yang profesinya bermacam-macam, ada yang ibu rumah tangga, petani, peternak,
pedagang, bahkan ada yang jadi budak, rasul Paulus mengingatkan mereka di Ef.
5: 15-17. Minimal ada 3 hal yang dinasihati rasul Paulus.
1.
“Perhatikanlah dengan seksama, bagaimana kamu hidup”(ay. 15)
Di sini rasul Paulus mengajak jemaat di Efesus untuk
menyadari, melihat ulang, atau mengevaluasi hidup mereka. Baik dari segi arah,
tujuan, dan motivasi hidup, serta melihat ulang apa yang mereka kerjakan dan bagaimana
mereka menggunakan waktu atau kesempatan yang ada. Rasul Paulus lanjutkan
nasihatnya sbb.: “jangan seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif.” Hidup orang
bebal adalah hidup yang sembarangan, tidak bisa belajar dari kesalahan, hidup
yang sering salah arah dan sasaran, sehingga berisiko sia-sia. Sedang hidup
orang arif adalah hidup yang bisa memilih apa yang berharga untuk dilakukan,
dan apa yang paling tepat untuk ia kerjakan.
2.
“Pergunakanlah waktu yang ada” (ay. 16)
Bagi yang belum tahu, kata waktu dalam bahasa Yunani ada
dua kata: “kronos” (waktu dalam pengertian hari, jam, menit dan detik, seperti
dalam istilah kronologi), dan “kairos” (kata ini selain diterjemahkan kata
“waktu” juga sering diterjemahkan dengan kata “kesempatan”). Dalam konteks ini,
kata waktu yang digunakan adalah kata “kairos.” Jadi bisa juga diterjemahkan
“pergunakanlah kesempatan yang ada.” Dengan perkataan lain, rasul Paulus
menasihati jemaat di Efesus untuk menggunakan kesempatan yang ada secara
maksimal. Pertama-tama, kita sering dengar bahwa kesempatan tidak selalu
terulang. Artinya jika tidak digunakan secara optimal maka kesempatan itu akan
berlalu sia-sia. Alasan lain yang diberikan yaitu “karena hari-hari ini adalah
jahat.” Ini bisa ditafsirkan bahwa jika kesempatan yang ada tidak digunakan
maka si jahat akan mencuri kesempatan itu dan mengambilnya dari kita. Sebab ia adalah
pencuri. Selain itu, juga diartikan bahwa pengaruh yang jahat bisa membuat kita
tidak menggunakan kesempatan yang ada dengan optimal. Si jahat bisa menciptakan
berbagai distraksi baik dalam bentuk gangguan maupun godaan agar kita tertarik
melakukan hal-hal yang kurang bermanfaat bahkan sia-sia. Karena itu, rasul
Paulus menasihati jemaat Efesus untuk menggunakan kesempatan yang ada itu
secara optimal. Tentu itu dilakukan dengan menyadari kesempatan-kesempatan yang
ada pada mereka.
3.
“Usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan” (ay. 17)
Rasul Paulus melanjutkan nasihatnya dengan kata-kata: “Sebab itu,
janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah kamu mengerti kehendak Tuhan.” Dari
kata-kata ini, kita dapat simpulkan bahwa hidup yang bijak dan tidak bodoh
adalah hidup yang sesuai dengan kehendak Tuhan.
Jika kita hanya menggunakan waktu dengan baik, tapi apa yang kita
kerjakan sehari-hari tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, maka itu tetap hidup
yang kurang bijak dan bisa sia-sia. Jika kita pelajari Kitab Suci maka kita
lihat bahwa pekerjaan yang bernilai kekal yaitu apabila kita melakukan kehendak
Allah (1 Yoh 2: 17). Dari sini bisa kita lihat pentingnya kehendak Tuhan bagi
hidup kita. Karena itu, rasul Paulus menuliskan: “usahakanlah supaya kamu
mengerti kehendak Tuhan.” Usahakanlah berarti mengupayakan dengan serius ,
menggumuli dengan sungguh-sungguh. Ini bisa mencakup mendoakan, memikirkan
secara serius, mempelajari dan merenungkan apa yang tertulis di Kitab Suci tentang pekerjaan atau karir yang sesuai dengan
kehendak Tuhan.
Panggilan
Hidup
Mengusahakan supaya kamu mengerti kehendak
Tuhan bagi hidupmu berarti menggumuli apa yang Ia mau kita kerjakan dalam
hidup. Dalam bahasa sekarang berarti menggumuli karir kita. Dari sekian banyak
pilihan pekerjaan atau karir dan ladang pelayanan, yang mana yang Tuhan mau
kita pilih dan hidupi dengan tekun? Istilah lain bagi pemilihan pekerjaan atau
profesi kita adalah panggilan hidup kita. Sehingga kita bisa dengan yakin
mengatakan bahwa menjadi dokter spesialis anak di Papua adalah panggilan hidup
saya; atau menjadi dokter gigi di puskesmas dipinggiran kota Jakarta adalah
panggilan hidup saya. Sebagian lagi memahami kehendak Tuhan bagi dia adalah
menjadi dosen di Fakultas Kedokteran di Perguruan Tinggi Negeri. Itulah
panggilan hidupnya. Jika setiap anak Tuhan yang menjadi dokter, dokter gigi dan
perawat memahami panggilan hidupnya yang sesuai dengan kehendak Tuhan, maka
nasihat rasul Paulus bagi jemaat Efesus telah dipenuhi dalam hidup mereka. Dengan demikian, para
tenaga medis Kristen ini telah hidup secara bijak, bukan hidup yang bodoh
apalagi bebal.
Isu panggilan hidup ini juga akan dibahas dalam
Kamp Medis Nasional Alumni yang akan diadakan pada tanggal 5-8 Juli 2012. Karena itu, tema kamp yang
dipilih kali ini yaitu “Find and Commit to Your Calling.” Di dalam Kamp ini isu
ini akan dibahas lebih komprehensif dan konkrit dengan berbagai bidang
pelayanan medis yang dapat menjadi panggilan hidup para tenaga medis. Kamp ini tidak hanya tepat bagi rekan tenaga
medis Kristen yang sedang mencari atau menggumuli panggilan hidup mereka ke
depan. Tetapi kami yakin kamp ini juga masih tepat bagi rekan-rekan yang merasa
sudah tahu panggilan hidupnya. Bukan hanya seperti kepada jemaat di Efesus, rasul Paulus menasihati mereka untuk melihat kembali atau mengevaluasi bagaimana
mereka hidup. Demikian juga dengan panggilan hidup kita, apa sesuai dengan
kehendak Tuhan atau sesungguhnya Tuhan menghendaki
panggilan profesi, kerja, karir kita berbeda
dengan yang kita kerjakan sekarang. Dan
jika selama ini panggilan hidup kita sudah sesuai, maka apakah ke depan Tuhan
mau kita tetap dengan panggilan hidup kita atau Ia mau kita mengerjakan
hal lain atau di institusi atau kota lain? Misal dari klinisi menjadi akademisi
di perguruan tinggi di daerah. Jika
Tuhan bukakan bahwa panggilan hidup kita ke depan tetap, maka bagaimana kita
bisa menekuni panggilan hidup itu secara setia dan optimal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar