Bertepatan dengan perayaan 70 tahun kemerdekaan bangsa
Indonesia. Alangkah baiknya jika kita merenung melihat kondisi bangsa kita.
Kita mungkin bertanya-tanya apa pengertian yang tepat untuk kemerdekaan saat
ini. Dulu, kita mudah mengartikan kata “merdeka” karena kita berhadapan dengan
penjajah yang telah bercokol menguasai negara ini. Sekarang,
setelah kita tidak lagi dijajah oleh bangsa lain, apakah kita betul-betul sudah
merdeka? Ternyata tidak. Kita masih menghadapi penjajahan dalam bentuk berbeda,
yaitu kemiskinan dan kebodohan. Masih banyak warga masyarakat yang terpaksa
makan nasi aking untuk bertahan hidup. Tidak sedikit pula dari mereka yang buta
huruf dan tidak mendapat pendidikan layak. Inilah potret masyarakat kita hari
ini. Semua ini terjadi karena keserakahan manusia yang mengambil apa yang bukan
miliknya untuk memperkaya diri sendiri dan karena ketidakpedulian di antara
sesama anak bangsa.
Selain membutuhkan kemerdekaan secara fisik dari kemiskinan dan
kebodohan, kita juga memerlukan kemerdekaan dari perhambaan dosa. Tuhan Yesus
berkata:“Sesungguhnya,
setiap orang yang berbuat dosa adalah hamba dosa”. (Yohanes.8:34b).
Hamba harus taat kepada tuannya. Bila dosa menjadi tuan atas hidup seseorang,
orang itu akan menuruti dan melakukan kehendak tuannya, yaitu berbuat dosa.
Perbuatan dosa itu nyata dalam keserakahan manusia, cinta akan uang, tidak mau
mengenal Tuhan, tidak peduli kepada orang lain, dan sebagainya. Karena itu,
bagi setiap orang yang ingin mengalami kemerdekaan sejati dan dibebaskan dari
perbudakan dosa, tidak ada jalan lain selain datang kepada Kristus Yesus dan
tinggal dalam firman-Nya. Tuhan Yesus berkata: “Jika Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka”.
Karena kita anak Tuhan, kiranya kemerdekaan bangsa
bisa kita isi dengan memberi kesaksian pribadi dengan tingkah laku, dan
katakata bahwa jiwa kita juga sudah dimerdekakan oleh penebusan Yesus Kristus.
Seperti tertulis dalam Yesaya 60:1-2 "Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan
kemuliaan TUHAN terbit atasmu. Sebab sesungguhnya, kegelapan menutupi bumi, dan
kekelaman menutupi bangsa-bangsa; tetapi terang TUHAN terbit atasmu, dan
kemuliaan-Nya menjadi nyata atasmu."
Umat Tuhan
seharusnya memiliki Visi Kerajaan yang hidup dan tidak abstrak sehingga
keberadaanya di suatu negeri bukan sekedar pelengkap namun berfungsi menjadi
GARAM dan TERANG.
Tangal 17 Agustus
2015, kita memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia ke-70, usia yang tidak muda
namun masih dililit perbudakan seperti korupsi, kemiskinan, narkoba, mental
budak, nasionalisme yang semu, pertikaian politik degradasi moral, dan
sebagainya. Beberapa pendiri bangsa dengan jiwa kepahlawanan yang menakjubkan
pada era kemerdekaan tahun 1945 diantaranya adalah anak-anak Tuhan yang soleh
dan terhormat. Biarlah usia kemerdekaan yang ke-70 ini akan diwarnai dengan
gerakan Umat Tuhan dalam semangat kepahlawanan serta rasa kebanggaan dan cinta
tanah air akan bermunculan dimana-mana di seluruh Nusantara. Sehingga Umat
Tuhan muncul sebagai bintang-bintang terang yang bersinar serta menjadi warga
negara kelas VIP di lingkungannya.
Yesaya 29:10
: "Sebab beginilah firman TUHAN: Apabila telah genap tujuh puluh tahun
bagi Babel, barulah Aku memperhatikan kamu. Aku akan menepati janji-Ku itu
kepadamu dengan mengembalikan kamu ke tempat ini." Dalam mengisi Kemerdekaan
RI ke-70 pada tanggal 17 Agustus 1945 dan mengusahakan kesejahteraan di
lingkungan/kota kita masing-masing. Seperti sajak yang tertuang dalam puisi Perahu
Retak oleh Romo Mahendra Christy Pr :
Sebagai pelajar, kita bisa mengisi kemerdekaan
dengan prestasi.
Sebagai guru, kita bisa mengisi kemerdekaan dengan menularkan ilmu setotal dan setulus untuk pelajar.
Sebagai dokter, kita bisa mengisi kemerdekaan dengan memberikan pelayanan kesehatan bagi orang yang miskin dan tak mampu.
Sebagai petani, kita bisa mengisi kemerdekaan dengan menanam dan menghasilkan padi terbaik untuk warga.
Sebagai abdi Negara, kita bisa mengisi kemerdekaan dengan melayani masyarakat dengan ramah.
Sebagai orang beragama, kita bisa mengisi kemerdekaan dengan toleransi dan menjaga kerukunan beragama.
Sebagai warga Negara yang baik, kita menjujung PANCASILA dan UUD 1945 sebagai dasar Negara kita.
Sebagai tokoh agama, kita bisa mengajak, mengajarkan ajaran iman yang baik
Dan sebagai orang beriman, kita semakin memohon dan berserah total kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Sebagai guru, kita bisa mengisi kemerdekaan dengan menularkan ilmu setotal dan setulus untuk pelajar.
Sebagai dokter, kita bisa mengisi kemerdekaan dengan memberikan pelayanan kesehatan bagi orang yang miskin dan tak mampu.
Sebagai petani, kita bisa mengisi kemerdekaan dengan menanam dan menghasilkan padi terbaik untuk warga.
Sebagai abdi Negara, kita bisa mengisi kemerdekaan dengan melayani masyarakat dengan ramah.
Sebagai orang beragama, kita bisa mengisi kemerdekaan dengan toleransi dan menjaga kerukunan beragama.
Sebagai warga Negara yang baik, kita menjujung PANCASILA dan UUD 1945 sebagai dasar Negara kita.
Sebagai tokoh agama, kita bisa mengajak, mengajarkan ajaran iman yang baik
Dan sebagai orang beriman, kita semakin memohon dan berserah total kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Tugas kita adalah menambal retakan perahu
negeri. Agar, perahu negeri kita tidak tenggelam dan mati.
Merdeka!
Tuhan memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar