Jumat, 21 Agustus 2015

Dirgahayu 70 Tahun Indonesia Merdeka

Bertepatan dengan perayaan 70 tahun kemerdekaan bangsa Indonesia. Alangkah baiknya jika kita merenung melihat kondisi bangsa kita. Kita mungkin bertanya-tanya apa pengertian yang tepat untuk kemerdekaan saat ini. Dulu, kita mudah mengartikan kata “merdeka” karena kita berhadapan dengan penjajah yang telah bercokol menguasai negara ini. Sekarang, setelah kita tidak lagi dijajah oleh bangsa lain, apakah kita betul-betul sudah merdeka? Ternyata tidak. Kita masih menghadapi penjajahan dalam bentuk berbeda, yaitu kemiskinan dan kebodohan. Masih banyak warga masyarakat yang terpaksa makan nasi aking untuk bertahan hidup. Tidak sedikit pula dari mereka yang buta huruf dan tidak mendapat pendidikan layak. Inilah potret masyarakat kita hari ini. Semua ini terjadi karena keserakahan manusia yang mengambil apa yang bukan miliknya untuk memperkaya diri sendiri dan karena ketidakpedulian di antara sesama anak bangsa.

Selain membutuhkan kemerdekaan secara fisik dari kemiskinan dan kebodohan, kita juga memerlukan kemerdekaan dari perhambaan dosa. Tuhan Yesus berkata:“Sesungguhnya, setiap orang yang berbuat dosa adalah hamba dosa”. (Yohanes.8:34b). Hamba harus taat kepada tuannya. Bila dosa menjadi tuan atas hidup seseorang, orang itu akan menuruti dan melakukan kehendak tuannya, yaitu berbuat dosa. Perbuatan dosa itu nyata dalam keserakahan manusia, cinta akan uang, tidak mau mengenal Tuhan, tidak peduli kepada orang lain, dan sebagainya. Karena itu, bagi setiap orang yang ingin mengalami kemerdekaan sejati dan dibebaskan dari perbudakan dosa, tidak ada jalan lain selain datang kepada Kristus Yesus dan tinggal dalam firman-Nya. Tuhan Yesus berkata: “Jika Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka”. 

Karena kita anak Tuhan, kiranya kemerdekaan bangsa bisa kita isi dengan memberi kesaksian pribadi dengan tingkah laku, dan katakata bahwa jiwa kita juga sudah dimerdekakan oleh penebusan Yesus Kristus. Seperti tertulis dalam Yesaya 60:1-2 "Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan TUHAN terbit atasmu. Sebab sesungguhnya, kegelapan menutupi bumi, dan kekelaman menutupi bangsa-bangsa; tetapi terang TUHAN terbit atasmu, dan kemuliaan-Nya menjadi nyata atasmu."
Umat Tuhan seharusnya memiliki Visi Kerajaan yang hidup dan tidak abstrak sehingga keberadaanya di suatu negeri bukan sekedar pelengkap namun berfungsi menjadi GARAM dan TERANG.

Tangal 17 Agustus 2015, kita memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia ke-70, usia yang tidak muda namun masih dililit perbudakan seperti korupsi, kemiskinan, narkoba, mental budak, nasionalisme yang semu, pertikaian politik degradasi moral, dan sebagainya. Beberapa pendiri bangsa dengan jiwa kepahlawanan yang menakjubkan pada era kemerdekaan tahun 1945 diantaranya adalah anak-anak Tuhan yang soleh dan terhormat. Biarlah usia kemerdekaan yang ke-70 ini akan diwarnai dengan gerakan Umat Tuhan dalam semangat kepahlawanan serta rasa kebanggaan dan cinta tanah air akan bermunculan dimana-mana di seluruh Nusantara. Sehingga Umat Tuhan muncul sebagai bintang-bintang terang yang bersinar serta menjadi warga negara kelas VIP di lingkungannya.
 Yesaya 29:10 : "Sebab beginilah firman TUHAN: Apabila telah genap tujuh puluh tahun bagi Babel, barulah Aku memperhatikan kamu. Aku akan menepati janji-Ku itu kepadamu dengan mengembalikan kamu ke tempat ini." Dalam mengisi Kemerdekaan RI ke-70 pada tanggal 17 Agustus 1945 dan mengusahakan kesejahteraan di lingkungan/kota kita masing-masing. Seperti sajak yang tertuang dalam puisi Perahu Retak oleh Romo Mahendra Christy Pr :
Sebagai pelajar, kita bisa mengisi kemerdekaan dengan prestasi.
Sebagai guru, kita bisa mengisi kemerdekaan dengan menularkan ilmu setotal dan setulus untuk pelajar.
Sebagai dokter, kita bisa mengisi kemerdekaan dengan memberikan pelayanan kesehatan bagi orang yang miskin dan tak mampu.
Sebagai petani, kita bisa mengisi kemerdekaan dengan menanam dan menghasilkan padi terbaik untuk warga.
Sebagai abdi Negara, kita bisa mengisi kemerdekaan dengan melayani masyarakat dengan ramah.
Sebagai orang beragama, kita bisa mengisi kemerdekaan dengan toleransi dan menjaga kerukunan beragama.
Sebagai warga Negara yang baik, kita menjujung PANCASILA dan UUD 1945 sebagai dasar Negara kita.
Sebagai tokoh agama, kita bisa mengajak, mengajarkan ajaran iman yang baik
Dan sebagai orang beriman, kita semakin memohon dan berserah total kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Tugas kita adalah menambal retakan perahu negeri. Agar, perahu negeri kita tidak tenggelam dan mati.
Merdeka!
Tuhan memberkati.

Tidak ada komentar:

Copyright 2007, Pelayanan Medis Nasional (PMdN) Perkantas

Jl. Pintu Air Raya 7, Komplek Mitra Pintu Air Blok C-5, Jakarta Pusat
Telp. (021) 3522923, 3442463-4 Fax (021) 3522170
Twitter/IG : @MedisPerkantas
Download Majalah Samaritan Versi Digital : https://issuu.com/samaritanmag