Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! ---Filipi 4:4
Dalam kitab Filipi, Paulus berulang-ulang mengingatkan pembacanya untuk bersukacita. Katanya ia telah mengalami bagaimana rasanya "keadaan kenyang atau keadaan lapar" atau "hidup berkelimpahan maupun ... keadaan kekurangan". Ia jelas menyatakan bahwa sukacitanya tidak tergantung pada keadaannya (Filipi 4:11-12).
Bagaimana Paulus mampu tidak mengizinkan keadaan memengaruhi sukacitanya? Tergantung pada apakah sukacitanya itu? Pasti jawabannya terdapat dalam diri Dia, yang menjadi dasar sukacita, yakni Tuhan Yesus. Tapi pertanyaan pokok bagi kita adalah, apa artinya? Jika Paulus tidak mengizinkan keadaan memengaruhi sukacitanya, ia pasti lebih menghargai sesuatu yang lain daripada apa yang terjadi pada dirinya. Ia mengungkapkan pada kita pusat pikirannya, "Kewarganegaraan kita terdapat di dalam surga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus ..." (Filipi 3:20)
Hati dan pikiran Paulus tidak terarah pada hal duniawi atau keadaannya sekarang. Hati dan pikirannya tertuju ke surga, dan apa yang akan datang. Allah telah memberinya visi khusus tentang surga, di samping penderitaan berat dalam tubuhnya yang harus ia tanggung sampai tiba di surga (2 Korintus 12:2-10). Tanggapannya adalah bersukacita atas apa yang disediakan bagi dia kelak.
Sebagai orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Yang Mahamulia, kita juga tahu bahwa jalan di hadapan kita tidak selalu mudah. Tapi kita memiliki warisan yang tersimpan bagi kita, sama seperti Paulus. Mari kita mengikut teladannya dan bersukacita senantiasa, apa pun keadaan kita.
Baca: Yohanes 17:13-19; Ibrani 12:1-3; 1 Petrus 1:3-9.
Disadur dari: Sumber Hidup Praktisi Medis 2002.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar