Jumat, 07 September 2018

How Do I Know What I’m Called to Do? (Bagaimana Saya Tahu Saya Dipanggil Untuk Melakukan Apa?)



Tuhan tidak harus datang dan memberitahu saya apa yang harus saya lakukan bagiNya, Ia mengajak saya ke dalam suatu hubungan dengan diriNYA dimana saya mendengar panggilanNya dan mengerti apa yang Dia kehendaki saya lakukan dan saya melakukannya semata karena mengasihiNya…Ketika orang-orang berkata mereka mendapat sebuah panggilan untuk tugas ke luar negeri atau ke ladang pekerjaan tertentu, maksud mereka hubungan mereka dengan Tuhan lah yang memampukan mereka menyadari apa yang bisa mereka lakukan untuk Tuhan.
-Oswald Chambers-


          Berulang kali saya bertanya kepada Tuhan, apa panggilanNya untuk saya lakukan. Pada suatu waktu, saya sedang berada di bagian paling atas tangga sambil membersihkan kaca jendela rumah kami. Sementara bekerja saya merasa biasa saja sampai suatu saat saya melihat ke bawah dan menyadari betapa tingginya saya dari tanah. Jika saya jatuh, saya pasti akan luka berat dan tidak ada yang bisa menolong apalagi untuk memanggil ambulans.

          Terkadang saya pikir panggilan Tuhan seperti itu. Hal-hal tidak berjalan dengan baik. Hidup memang tidak mudah. Situasi saya tidak seperti yang saya bayangkan. Saya tidak mendengar paduan suara yang menyanyikan lagu “Hallelujah Chorus” seperti paduan suara surgawi meskipun saya juga cukup bahagia dengan suara halus  dan pelan yang berkata “baik sekali pekerjaanmu”. Tetapi saya berlambat-ambat dan mulai melihat ke bawah dan mulai merasa berada di tempat yang salah dan melakukan hal yang salah. Apakah saya berada di jalur kehendak Allah ataukah suatu kecelakaan telah membawaku ke tempat ini?

          Dan saya rasa terkadang cara itulah, setelah beberapa dekade mencari kehendak Allah bagi hidup saya, yang membawa saya ke sebuah rumah sakit misi di Afrika, ke dalam situasi peperangan dan wilayah kelaparan paling parah di dunia dan di media nasional berusaha menyampaikan suara kebenaran di hadapan budaya permusuhan yang semakin meningkat.

          Saya bukan seorang kristen super dan saya percaya Anda juga. Di tengah kehidupan yang hiruk pikuk dunia kedokteran dan kedokteran gigi, jangan terkejut ketika Anda terbangun suatu hari dan bertanya apakah Anda benar-benar terpanggil untuk misi ke luar. Jika hal itu belum terjadi maka hal itu akan terjadi.

          Bagaimana Anda mengatasi keraguan dan bagaimana cara Anda melakukannya melalui banyak pergumulan, akan memengaruhi bukan hanya kehidupan Anda tetapi juga beribu-ribu orang lain yang bersentuhan dengan kehidupan Anda.

          Saya seorang penggemar basket Universitas Kentucky (UK).  Itu merupakan cabang olah raga dan Tim satu-satunya yang sangat saya suka. UK mempunyai tradisi menang selama 75 tahun, tetapi tahun ini benar-benar buruk.  Saya tidak ingat apa penyebab kekalahan mereka. Kemarin mereka membuat operan-operan bola yang buruk, hanya berjalan-jalan, angka di layar tidak beranjak, berulang-ulang membuang bola dan melakukan tembakan-tembakan bola yang buruk. Kurangnya menggunakan keterampilan-ketrampilan dasar dengan baik membuat Tim mengalami masalah berulang-ulang. Mereka bukan tidak berbakat. Mereka bukan kurang pengalaman. Mereka hanya perlu kembali pada dasarnya untuk sinkron kembali.

          Saya menemukan hal yang sama terjadi pada saya ketika keraguan saya datang dan saya bertanya pada Tuhan. Saatnya kembali ke dasar.

          Dr. Tom Hale melakukan pelatihan mengenai hal-hal mendasar yang dituangkannya dalam bukunya yang berjudul “Menjadi Misionari”. Ia mengingatkan kita bahwa semua kita menerima “panggilan umum” dari Tuhan untuk menjadi seorang misionari (pribadi yang memiliki misi) pada waktu kita masuk dalam hubungan pribadi denganNya melalui kasih karunia keselamatan (Efesus 2:8). Tuhan tidak berhenti sampai di sana. Ia meminta kita untuk mengasihi Dia dengan segenap hati, jiwa dan roh sehingga Ia bukan hanya Juruselamat kita tetapi juga Tuhan kita (Matius 16:24). Kita mengasihi Dia bukan sekedar perasaan emosional belaka untuk menyenangkan Dia (2 Tim 2:22).  Kita percaya dalam Kristus bahwa kita berpikir dan bertindak sesuai dengan apa yang dimintaNya kita lakukan, selain kesetiaan kita yang terus menerus kepadaNya.

          Dan Dia memberitahu kita apa yang harus dilakukan. Misi kita adalah menjadi “saksinya” dan menyaksikan apa yang sudah Dia lakukan dalam kehidupan kita (Kis. 1:8). Kesaksian tersebut dilakukan dengan perkataan dan disahkan oleh perbuatan baik. Juga belas kasihan dan kepedulian kita yang dijabarkan melalui tindakan melayani yang  tidak bisa diabaikan atau disangkali. Jadi panggilan umum untuk menjadi misionari jelas bagi kita. Pertanyaannya adalah dimana? Tuhan melanjutkan...

          Ia memberikan panggilan-panggilan yang spesifik kepada orang-orang tertentu. Dari Musa sampai Maria, dari Yunus sampai Yohanes Pembaptis dan dari ke-12 murid ke Rasul Paulus kita membaca kesaksian demi kesaksian mengenai panggilan Tuhan secara pribadi untuk melakukan hal-hal yang spesifik. Mengapa? Karena panggilan-panggilan tertentu membutuhkan kuasa khusus untuk melakukannya.

          Saya sedang berbaring di atas atap sebuah flat di Mogadishu, Somalia pada suatu malam di bulan Desember 1992. Nyamuk-nyamuk mengaburkan pemandangan bintang-bintang yang indah di langit yang gelap. Tidak ada lampu yang menyala di kota yang sedang bergolak dengan perang saudara ini. Kelelahan setelah perjalanan ke kota yang sangat menyiksa, saya masih belum bisa tidur karena bunyi suara tembakan yang sporadis, suara granat yang meledak, suara pesawat tempur yang terbang rendah untuk mendarat di lapangan udara.

          Saya ditempatkan di bagian logistik bersamaan dengan Tim Medis diangkut ke kota berpenduduk lebih dari setengah juta orang. Mereka tidak mempunyai akses untuk memfungsikan rumah sakit dan merawat para pasien sekarat yang kekurangan antibiotik (yang termurah sekalipun) dan pengobatan malaria.

          Tuhan dan saya bercakap-cakap saat itu.  “Oke..” saya memulai percakapan saya dengan Tuhan. “Tuhan..siapakah pria dengan istri beserta tiga orang anak kecil kerjakan di tengah-tengah daerah peperangan ini dimana tiap saat aku bisa saja mati terbunuh..?”. “Tuhan aku tidak tahu bagaimana melakukan ini, aku harus mulai dari mana?”. “Tuhan, benarkah kami bisa membuat perubahan?” ..Kemudian datanglah sebuah suara halus dengan pelan berkata “David, kau berada disini bukan karena kebetulan atau karena lelucon. Aku telah memangggilmu dan Aku bersamamu. Percaya saja padaKu..”

          Saya membutuhkan itu. Itulah yang memberikan kepada saya kedamaian saat memimpin sebuah Tim Medis yang melihat selama sembilan tahun lebih dari 45.000 orang yang putus asa, termasuk tetap bertahan terhadap penyerangan, penculikan, pengawal-pengawal bersenjata dan “Blackhawk Down”.

          Bagaimana Anda bisa mengidentifikasi panggilan spesifik seperti itu? Sebuah panggilan yang esensial jika Anda melayani Tuhan di bidang misi medis di suatu daerah atau wilayah yang sangat melarat di dunia ini? Panggilan umum datang melalui Alkitab, tetapi panggilan khusus atau spesifik datang melalui suara Roh Kudus. Beberapa bisa saja se-dramatis yang dialami Paulus dalam perjalanan ke Damaskus tetapi bagi orang lain itu mungkin bukan melalui sebentuk sinar atau tulisan di dinding tetapi melalui khotbah, lagu, ayat Alkitab atau pengalaman. Tuhan berbicara dalam cara yang jelas dan mendalam. Seperti Anda, saya berdoa agar sesuatu yang dramatis yang bisa terjadi dengan jelas dan luar biasa yang mana saya bisa buat gambarnya dan taruh dalam dompet saya.  Kataku “..tulislah itu Tuhan di dinding, aku sudah menyiapkan kameraku..”

          Namun Tuhan tidak hanya bekerja dengan cara seperti itu. Pada umumnya panggilan Tuhan merupakan suatu keyakinan yang bertumbuh sedikit demi sedikit, yang Tuhan taruh di dalam hati Anda. Keyakinan tersebut mungkin sudah mencapai puncaknya pada saat Anda meresponi panggilan mimbar atau mendengar Tuhan berbicara, tetapi panggilan itu menjadi konkrit setelah sekian waktu lamanya. 

          Itu bukan berarti Anda tidak pernah meragukannya atau berusaha merasionalkan cara Anda diluar ketaatan total bagaimana pun caranya panggilanmu datang. Setiap panggilan membutuhkan iman yang akan mengkonversikannya ke dalam ketaatan. Mungkin Anda masih berada dalam proses awal atau Anda butuh memperbaharui atau mendengarkan kembali panggilan Anda. Apa yang harus Anda lakukan ?

          Pertama, Allah menghendaki komitmen Anda yang total. Sadari bahwa Anda tidak bisa membuat perencanaan hidup Anda yang lebih baik dari pada Allah dan bersedialah menerima panggilanNya bahkan sebelum Anda mengetahui apa itu. 

          Kedua, carilah petunjukNya. Sama seperti Samuel berkata : “..berbicaralah Tuhan karena hambaMu mendengarkan..”. Jika Allah sedang mendorong Anda untuk bermisi, berikanlah Dia kesempatan untuk berbicara melalui perjalanan misi (mission trips), membaca biografi para misionari, menghadiri konferensi-konferensi misi dan membaca Alkitab. Pelajari beberapa pelayanan misi. Daerah manakah orang miskin paling banyak? (Where the needs the greatest?). Dimanakah tempatnya agar para dokter dan dokter gigi misionari bisa sangat berguna? Sebagaimana kata David Bryant: ”Allah tidak pernah memimpin Anda ke tempat yang benar-benar Anda tidak tahu”

          Ketiga, bicaralah kepada Tuhan secara teratur dan mintalah Dia berbicara kepada Anda. Allah tidak menulikan telingaNya kepada orang-orang yang dengan sungguh mencari kehendakNya.

          Keempat, kerjakanlah hal-hal yang mempersiapkan Anda untuk panggilanNya bagi Anda.  Jadilah pemberi layanan kesehatan terbaik. Terlibatlah dalam pelayanan terhadap kaum miskin dimana Anda berada. Pelajari Alkitab sebanyak mungkin dan praktekkan itu dengan menjadi saksi kepada teman non kristen dan pasien Anda. Seperti kata Rasul Paulus: “..berdoa supaya Allah kita menganggap kamu layak bagi panggilanNya dan dengan kekuatanNya menyempurnakan kehendakmu untuk berbuat baik dan menyempurnakan segala pekerjaan imanmu” (2 Tesalonika 1:11)

          Terakhir, bertindaklah sesuai petunjuk yang Anda peroleh. Sangat sulit mengendarai mobil yang sedang berhenti di tempat parkir. Saya juga melihat banyak orang terduduk kembali, mengejar prioritas-prioritas mereka sendiri dan mengklaim bahwa mereka mau saja pergi asalkan Tuhan bicara. Jika Anda melangkah maju, maka Allah akan menghormati iman Anda dan menguakkan jalanNya lebih lebar lagi bagi kehidupan Anda ke depan.

          Ingat, kehendak dan pimpinan Tuhan bagi kehidupan Anda mungkin berubah. Saya berpikir saya akan menjadi misionari di Kenya sepanjang hidup saya dan akan dikuburkan di bukit samping rumah sakit. Saya senang menjadi dokter misionari dan melakoninya dengan baik, tetapi Tuhan hanya mengizin kami mengalaminya selama satu musim saja. Saat Tuhan mengganggu ketenangan roh saya dan mulai memanggil saya keluar dari apa yang saya sukai, sekali lagi saya harus kembali ke awal.  Membutuhkan waktu kurang lebih setahun dan banyak percakapan dengan Tuhan sebelum akhirnya saya beriman melakukan apa yang Ia kehendaki saya lakukan, yakni meninggalkan Kenya dan kembali ke Amerika Serikat untuk memimpin World Medical Missions sebelum itu menjadi CMDA (Christian Medical & Dental Association) Amerika Serikat. Anda harus percaya, tidaklah mudah meninggalkan Kenya dibandingkan waktu saya  berkemas membawa keluarga saya yang masih baru dan menuju ke suatu tempat yang hampir mengeliling setengah dari bumi ini jauhnya untuk memulai pelayanan sebagai misionari. Tetapi saya senang sekali saya mentaati panggilan Tuhan.

          Tidak ada kepuasan atau rasa aman yang lebih besar dari pada kehidupan yang berpusat pada kehendak Allah. Kejarlah itu dengan bersemangat.

__________________________________________________________________
by David Stevens, M.D.
Sumber : http://www.cmda.org/AM/Template.cfm?Section=Your_Call1&TEMPLATE=/CM/ContentDisplay.cfm&CONTENTID=14642

Tidak ada komentar:

Copyright 2007, Pelayanan Medis Nasional (PMdN) Perkantas

Jl. Pintu Air Raya 7, Komplek Mitra Pintu Air Blok C-5, Jakarta Pusat
Telp. (021) 3522923, 3442463-4 Fax (021) 3522170
Twitter/IG : @MedisPerkantas
Download Majalah Samaritan Versi Digital : https://issuu.com/samaritanmag