Rabu, 09 Oktober 2019

Rumah Sakit Ladang Misi yang Unik (Bagian 1)

Bulan-bulan pertama berada di sebuah rumah sakit besar di dalam kota seperti menyaksikan pertunjukan sulap dengan menggunakan bola yang licin. Saya tidak pernah tahu apa yang sedang mengintai di sudut ruangan dan benda apa lagi yang akan saya jatuhkan selanjutnya.

Sebagai seorang Kristen, pemeliharaan iman merupakan hal yang sangat penting bagi saya. Tapi pada hari pertama saya dipertemukan dengan seorang senior yang menyatakan bahwa ia adalah seorang atheis, dan yang kedua, ia akan mengubah saya.

Keadaan ini mengingatkan saya pada seorang teman gereja yang berlatar belakang seorang perawat. Suatu kali ia pernah berkata bahwa ia tertantang untuk memikirkan sebuah tempat yang memiliki banyak keanekaragaman di dalamnya. Suatu tempat dimana terdapat begitu banyak orang dengan berbagai latar belakang, dan semuanya memiliki kepentingan yang berbeda. Masing-masing tidak dapat saling menolong, tetapi satu sama lain dihadapkan dengan berbagai macam karakter yang pernah ditemui Yesus selama selama pelayanan-Nya di dunia. Legion, iblis yang menguasai manusia (Lukas 8:27-33); wanita yang mengalami pendarahan (Lukas 8:42-48); orang lumpuh yang diturunkan melalui atap rumah (Lukas 5:17-20) dan tentunya si orang lumpuh dari Bethesda (Yohanes 5:1-15).

Yesus membuat kehidupan individu-individu tersebut berbalik. Satu menit yang lalu mereka masih dalam keadaan sakit dan tiba-tiba mereka telah disembuhkan. Bahkan mereka tidak perlu kembali lagi untuk perjanjian kontrol lanjutan. Sembuh dari penyakit yang tak dapat disembuhkan atau dari penyakit yang kronis, bukanlah merupakan masalah bagi Pencipta alam semesta ini.

Jika kita meninjau kembali ke belakang, yakni pada awal dari penginjilan, maka kita akan menemui Yohanes Pembabtis. Ia adalah pembuka jalan bagi Yesus, orang yang memberitakan tentang kedatangan-Nya. Apakah ia menggunakan papan reklame besar untuk mengiklankan keajaiban Yesus? "Keajaiban gratis - mari sembuhkan diri Anda". Tentu saja tidak... kata-katanya sangat sederhana: "Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat." (Matius 3:2). Ini merupakan kunci pesan Yesus, ditetapkannya Perjanjian Baru, pengampunan dosa melalui pengorbanan Yesus bagi kita di Kalvari. Inilah Kabar Baik yang sejati dari Penginjilan.


Penggambaran Peran
Mari kita terbang sejenak ke abad 21. Anda mengambil peran utama. Anda sedang duduk di ruangan A & E (Accident & Emergency) dengan kopi yang sudah mulai dingin. Anda masih harus memeriksa 8 orang pasien lagi. Di hadapan Anda duduk seorang wanita setengah baya. Ia menderita infeksi paru-paru, terlalu banyak merokok dan seorang ahli sejarah yang miskin.

Pada saat Anda sudah hampir tiba pada batas kesabaran Anda, karena mendengarkan ceritanya yang panjang, tiba-tiba ia mencucurkan air mata sambil bercerita bahwa ia tidak mempunyai harapan lagi untuk masa depan. Anda merasa kasihan dan menambah 20 menit lagi untuk konsultasi. Apa yang Anda katakan? Bukankah lebih mudah untuk menggumam "jangan kuatir", dan mulai memberikan ia ofloxacin 400 mg lalu bergegas meninggalkannya?

Apa yang pernah Yesus lakukan? Sebagai orang Kristen kita dipanggil untuk menjadi serupa dengan Dia (Efesus 5:1). Yesus sendiri tidak asing lagi berhubungan dengan masalah sosial. Perjumpaan-Nya dengan wanita di sebuah sumur dalam Yohanes 4 menunjukan perhatian-Nya. Dia 'berhubungan' dengan 'pasien-Nya' dengan penuh rasa kasih dan ketulusan hati, menyembuhkan mereka bilamana perlu, namun selalu membangkitkan rasa keingintahuan mereka tentang Bapa (Yohanes 4:13-15, 21-24). Yesus pasti sudah akan menemui wanita di dalam ruang A & E tersebut dan mengasihinya. Dengan tidak mementingkan diri sendiri Ia akan mendengarkan tentang kekuatiran wanita tersebut dan menceritakan pada-Nya tentang Kabar Baik.


Hari Demi Hari
Jika saya mau jujur, menceritakan Kristus kepada pasien merupakan satu hal yang paling sulit saya lakukan. Saya merasa sangat sulit untuk 'mengklinisikan' Allah, untuk melihat Dia diantara tugas-tugas harian saya yang rumit yang harus saya jalani. Saya juga merasa takut, sama seperti ketakutan yang mungkin juga Anda alami. Bagaimana jika saya menyinggung perasaannya? Bagaimana jika seorang pasien yang saya 'layani' memutuskan untuk menceritakan Kabar Baik tersebut pada konsultan saya pada pagi berikutnya?

Kita telah melihat dari contoh-contoh di atas bahwa Allah kita merasa hal ini sangat penting dan di dalamnya ada dorongan yang luar biasa. Paulus juga menunjukan imannya dengan cara memberitakan Perjanjian Baru tanpa mengenal waktu. Aktif menceritakan iman kita mungkin tampaknya mengerikan, namun pada saat yang sama juga membuat kita merasa dihargai: 'Dan aku berdoa agar persekutuanmu dalam iman turut mengerjakan pengetahuan akan yang baik di antara kita untuk Kristus (Filemon 1:16). Jadi, kita tidak mempunyai alasan untuk takut. Allah sudah berjanji pada kita, bahwa Ia akan memberi kekuatan dan meneguhkan kita dalam pekerjaan kita dalam nama-Nya (Yesaya 41:10).


Doa Mengubah Segalanya
Menceritakan iman kita merupakan suatu bagian integral dalam perjalanan kita bersama Allah. Kita tahu bahwa rumah sakit merupakan ladang misi yang unik, namun dari mana kita akan memulainya? Pertama-tama kita harus berdoa. Komit untuk menyerahkan hari itu bagi Tuhan dan membiarkan Ia membawa Anda pada pasien-pasien yang diperuntukkan bagi Anda.

Saya teringat bahwa saya pernah dibimbing oleh Roh Kudus kepada seorang peminum alkohol dengan DTs. Saya bertanya padanya, apakah ia memiliki iman yang akan menolongnya pada situasi seperti ini atau apakah ia tidak yakin akan adanya iman (suatu awal pembicaraan yang sangat baik dan suatu tindakan yang baik untuk meneruskannya!).

Ia membuka hatinya tentang kerinduannya untuk kembali bersekutu dengan Tuhan. Saya menawarkan diri untuk berdoa baginya dan ia menerima Yesus ke dalam hatinya. Pada saat terakhir saya menyadari bahwa ada seorang suster sedang menatap tajam dan ada pula wanita tua uang berada di ruang sebelah sedang dengan dengan kalut menyesuaikan alat bantu dengarnya supaya dapat mendengar dengan lebih baik.

Bagi dokter yang sibuk, waktu adalah salah satu halangan terbesar untuk berdoa. Kebanyakan doa-doa saya dilakukan dengan berbisik pada saat saya sedang berjuang dengan sungguh-sungguh membuat catatan, berjalan ke sana-ke mari dalam antrian makan malam, atau pada saat sedang menunggu jawaban telepon. Tapi biasanya kita berputar-putar di sekitar pernyataan "Tuhan, tunjukanlah pada saya siapakah yang harus saya hampiri hari ini". Meskipun demikian, Tuhan adalah setia dan dengan lembut Ia akan menguatkan usaha kita yang lemah dan berbuat lebih banyak lagi bagi mereka, lebih daripada yang pernah kita bayangkan (Efesus 3:20).



"Anak Manusia datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani". Bagaimana kita akan melayani pasien-pasien kita sama seperti yang telah Yesus lakukan?


Bersambung (Part 2-akhir) : Digarami, Raja yang Melayani...
________________________________________________________
Sumber: Sharing Christ with Patients, "Nucleus". Januari 2001, Liz Croton/Terjemahan dr. Renny Limarga
Dalam Majalah Samaritan Edisi I Tahun 2001

Tidak ada komentar:

Copyright 2007, Pelayanan Medis Nasional (PMdN) Perkantas

Jl. Pintu Air Raya 7, Komplek Mitra Pintu Air Blok C-5, Jakarta Pusat
Telp. (021) 3522923, 3442463-4 Fax (021) 3522170
Twitter/IG : @MedisPerkantas
Download Majalah Samaritan Versi Digital : https://issuu.com/samaritanmag