Jumat, 03 April 2020

Apakah yang Aku Peroleh?


Petrus pernah mengajukan satu pertanyaan kepada Tuhan Yesus. Pertanyaan Petrus sederhana saja. Petrus bertanya: ‘Kami telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau; jadi apakah yang akan kami peroleh?’. Pertanyaan Petrus kelihatannya sederhana, apa yang akan kami perolehPermohonan yang wajar. Tetapi Tuhan Yesus menjawabnya secara panjang lebar. Jawaban yang menyingkapkan pertanyaan Petrus tidak sesederhana seperti yang terlihat. 

Pertanyaan Petrus suatu pertanyaan serius. Tetapi sebelum kita membedah pertanyaan Petrus, perlu ditelusuri mengapa Petrus sampai mengajukan pertanyaan itu. Jawabnya terungkap dalam peristiwa sebelumnya yang direkam dalam Matius 19:16-26. Seorang muda yang kaya datang kepada Yesus dan bertanya bagaimana memperoleh hidup kekal? Yesus menjawab pencarian orang muda yang kaya itu dengan suatu perintah untuk menjual segala milikmu dan mengikut Yesus. Tetapi orang muda yang kaya itu tidak siap untuk menukar keutamaan hartanya dengan Yesus. Orang muda yang kaya itu lebih mengasihi harta ketimbang Yesus. Petrus mengamati peristiwa ini. Dalam logika Petrus, jika ia sudah mengikut Yesus dan meninggalkan segalanya, tentulah upah yang diterimanya lebih besar dari harta yang dimiliki orang muda yang kaya itu. 

Sekarang waktunya untuk bertanya kepada Yesus, apa yang akan diperoleh Petrus? Bagaimana Tuhan Yesus menjawab permintaan Petrus? 

Yesus memenuhi permohonan Petrus dengan menunjuk tiga hak istimewa yang diterima para pengikut-Nya. Tiga hak istimewa itu adalah: menghakimi dua belas suku Israel dan menerima seratus kali lipat serta memperoleh hidup kekal (Matius 19:28-29). Tiga hak istimewa yang membedakan murid-murid Yesus dengan manusia lainnya yang bukan murid Yesus. Istilah menghakimi dapat menunjuk kepada jabatan atau tugas. Murid-murid diangkat menjadi hakim atau murid-murid diberi tugas untuk menghakimi selama periode tertentu. Murid diberi hak istimewa sebagai pemimpin pada waktu penciptaan kembali (19:28). Apa maksudnya penciptaan kembali? Ungkapan penciptaan kembali menunjuk kepada periode antara kenaikan Yesus ke surga setelah bangkit dari kematian dan kedatangan Yesus yang kedua kali. Tidak hanya jabatan dan tugas sebagai pemimpin, murid juga diberi hak istimewa menerima kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup kekal.

Tuhan Yesus mengabulkan permintaan Petrus. Ada upah tersedia bagi mereka yang mengikut Yesus. Itu hak istimewa yang diberikan kepada murid-murid Yesus. Tetapi Tuhan Yesus segera mengingatkan mereka melalui suatu perumpamaan bahwa semua manusia pada dasarnya setara. Perumpamaan yang lebih tepat disebut sebagai perumpamaan tuan dan pekerja Tuhan Yesus mengajarkan tentang kesetaraan manusia. Tidak ada manusia yang lebih berharga atau lebih tinggi dari manusia lainnya. Apa maksud setara disini? Kesetaraan dalam hal apa? Kesetaraan dalam kesempatan? Kesetaraan dalam ekonomi? Bukan! Kesetaraan yang dimaksud adalah kesetaraan sebagai manusia. Pengakuan manusia lain sebagai manusia. Itulah kesetaraan. Maksudnya manusia harus memperlakukan manusia lainnya sebagai manusia, bukan sebagai benda atau objek. Yesus menyadarkan murid-murid-Nya akan kesetaraan semua manusia. Jika mereka menyadari kesetaraan manusia, tidak masuk akal bila mereka menuntut, seperti pertanyaan Petrus, apa yang akan kuperoleh? Meskipun murid-murid menerima tiga bentuk hak istimewa, mereka harus menyadari bahwa itu semua adalah pemberian. Pemberian yang berasal dari kasih Yesus. Kasih itu memberi bukan menuntut. Yesus menjawab tuntutan Petrus karena kasih-Nya kepada Petrus. Tuntutan Petrus dijawab Yesus dengan kasih yang memberi. Lebih jauh Yesus memperlihatkan bahwa kasih dalam bentuk terdalam berarti memberi hidup kepada orang lain (Matius 20:17-19).

Tetapi apakah murid-murid mengerti ajaran Yesus? Tidak. Dua murid lain yang juga dekat dengan Yesus, disamping Petrus, yakni Yakobus dan Yohanes meminta posisi terhormat dalam kerajaan Yesus. Ungkapan ‘tahta kemuliaan’ pada 19:28 membuat mereka cemas dan cemburu. Apakah Petrus memperolehnya? Bagaimana mereka berdua? Apa yang mereka peroleh? Mereka tidak rela jika Petrus memperolehnya. Apa akal? Yohanes dan Yakobus melibatkan ibunya dalam pertarungan memperoleh kemuliaan lebih besar dari Petrus.Yakobus dan Yohanes meminta kuasa pada Yesus. Mereka ingin lebih besar dan berkuasa dari Petrus. Bagaimana Yesus merespons permintaan mereka? 

Yesus mengingatkan Yakobus dan Yohanes bahwa permintaan mereka tidak seperti yang mereka bayangkan. Mereka membayangkan posisi mulia di samping tahta kemuliaan Yesus. Tetapi Yesus menunjuk pada arah berbeda yakni ke arah salib. Itulah sebabnya Yesus menjawab ‘Dapatkah kamu meminum cawan yang harus Kuminum’ (20:22). Cawan yang dimaksud di sini adalah murka Allah atau penghukuman Allah. Yesus melihat salib. Salib adalah tempat di mana Allah mencurahkan murka-Nya. Dalam penglihatan demikian tentu tidak mungkin kedua murid berada di salib di sisi kiri dan kanan-Nya. Posisi di kiri dan kanan Yesus adalah para pencuri seperti dilaporkan dalam 27:38. 

Posisi yang dalam pengertian Yesus telah ditentukan oleh Bapa-Nya seperti tertulis dalam Yesaya 53:12 ‘ia terhitung di antara pemberontak-pemberontak’. Terhadap jawaban Yesus kedua murid menegaskan bahwa mereka sanggup meminum cawan. Tetapi maksud murid-murid seperti terlihat dalam 26:33-35 merupakan suatu sikap bahwa mereka bersedia membayar harga untuk memperoleh kemuliaan kelak yang akan diberikan Yesus di sisi kiri dan kanan-Nya. Mereka memahami penderitaan Yesus yang disampaikan pada 20:17-19 hanya sebatas penderitaan dalam perjuangan untuk mencapai kesuksesan. Kekuasaan dan sukses diperoleh setelah melewati penderitaan. Ini pikiran murid-murid, bukan pikiran Yesus. Meski demikian, Yesus membenarkan bahwa murid-Nya akan meminum cawan. Apa maksudnya? Apakah kedua murid kelak akan mati martir? Hanya Yakobus yang martir sekitar tahun 44 EK (Kisah Para Rasul 12:1-2), sedang Yohanes tidak. Mungkin maksudnya menunjuk kepada kesediaan murid kelak untuk meneladani Yesus. Teladan dalam hal apa? Kasih. Mengasihi manusia berarti melayani bahkan memberi hidup. Melayani dan memberi hidup tidak lain merupakan suatu bentuk kuasa. Kuasa yang berbeda dengan kuasa dunia ini (20:25). Yesus tidak menolak kuasa dunia ini. Tetapi Yesus sedang memberi alternatif lain terhadap suatu bentuk kuasa yang dikenal manusia. Kuasa yang lebih besar yakni melayani dan memberi hidup. Yesus memberi hidup-Nya kepada semua orang, bukan ‘banyak orang’ seperti terjemahan LAI-TB. Istilah ‘polloi’ lebih bersifat inklusif (semua) ketimbang eksklusif (banyak). Terjemahan yang tepat adalah ‘untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi semua orang’.

Pertanyaan Petrus, kelihatannya sederhana. Tetapi jawaban Yesus yang panjang menyingkapkan pertanyaan Petrus merupakan pertanyaan penting. Pertanyaan Petrus menyingkapkan tiadanya kasih karena ingin memperoleh ketimbang memberi. Pertanyaan Petrus menafikan kesetaraan manusia karena ia memiliki hasrat untuk mengekploitasi manusia lainnya untuk kepentingan diri sendiri. Pertanyaan Petrus menguak sikap ingin menguasai karena ingin dilayani ketimbang melayani. Jika Petrus, seorang murid yang dekat dengan Yesus, sampai mengutarakan keinginan demikian, barangkali tidak salah jika dikatakan bahwa pada dasarnya manusia memiliki mentalitas apa yang kuperoleh dalam dirinya. Ada manusia yang berhasil mengartikulasikan hasrat tersebut bahkan menggapainya dengan berbagai cara. Tetapi lebih banyak manusia tidak memenuhinya. Mentalitas seperti itu perlu ditransformasi secara radikal. Mentalitas apa yang kuperoleh tidak sesuai dengan norma kerajaan Allah. Cara pandang Petrus demikian perlu diubah radikal. Bukan mentalitas apa yang kuperoleh melainkan mentalitas apa yang kuberi yang perlu ditumbuhkembangkan oleh setiap pengikut Yesus. Mentalitas apa yang kuberi? Mencerminkan kasih yang didasarkan pada kesadaran kesetaraan manusia dan merupakan implementasi kuasa yang melayani orang lain. Ringkasnya, konsep-konsep kasih, keadilan dan kuasa terangkum ringkas dalam sikap hidup apa yang kuberi?

Sebagai warga kerajaan Allah yang melayani di bidang medis, mulailah hari dengan pertanyaan apa yang kuberi hari ini kepada sesamaku? Cobalah melihat pasien bukan dalam kerangka pikir apa yang kuperoleh dari pasien ini?, melainkan melihatnya dengan kacamata norma kerajaan Allah, apa yang kuberi kepadanya hari ini? Dengan memiliki sikap hidup apa yang kuberi, hidup lebih bermakna dan berarti. Bukankah kasih itu berarti memberi? Dan bukankah memberi lebih berbahagia dibanding menerima?
_________________________________________________________________
"Apakah yang Aku Peroleh" oleh Pdt. Armand Barus 
Dalam Majalah Samaritan Edisi Tahun 2008

Tidak ada komentar:

Copyright 2007, Pelayanan Medis Nasional (PMdN) Perkantas

Jl. Pintu Air Raya 7, Komplek Mitra Pintu Air Blok C-5, Jakarta Pusat
Telp. (021) 3522923, 3442463-4 Fax (021) 3522170
Twitter/IG : @MedisPerkantas
Download Majalah Samaritan Versi Digital : https://issuu.com/samaritanmag