Rabu, 24 Agustus 2011

Renungan

Salam kasih sahabat-sahabat PMdN,

Saya banyak berpikir tentang kesederhanaan akhir-akhir ini. Mengapa? Karena nampaknya cukup sulit untuk seseorang hidup sederhana, terutama kalau kita tinggal di kota yang cukup besar.

Keinginan untuk memiliki telah menjadi budaya masa kini. Konsumerisme telah menjadi budaya hidup masyarakat masa kini. Kehadiran mal dan berbagai iklan di koran dan TV serta apa yang dilihat di film-film telah mempengaruhi kehidupan banyak orang. Budaya konsumerisme juga telah merasuki pikiran dan kehidupan orang-orang Kristen. Tidak terkecuali dokter dan dokter gigi Kristen.

Di sinilah kita perlu menemukan simplicity (kesederhanaan). Kesederhanaan Kristiani memerdekakan kita dari ‘kegilaan untuk lebih’ pada masa kini. Sederhana secara lahiriah tidak akan mungkin kita miliki, apabila kita tidak belajar kesederhanaan yang lebih mendasar yaitu kesederhanaan batiniah kita. Kesederhanaan secara batin menyangkut kemurnian hati dan motivasi dalam hidup kita.

Kenapa perlu hidup sederhana?

Sebab kata Tuhan Yesus: “di mana hartamu berada disitu hatimu berada.”

Harta dan barang-barang kita bisa membuat distraksi relasi kita dengan Allah.

Pengandalan akan materi akan menghambat pertumbuhan rohani dan karakter kita.

Ada satu hal menarik yang saya pelajari dari budaya ‘ingin lebih’ ini, yaitu misi dari dunia iklan. Dunia iklan menciptakan kebutuhan dalam diri kita. Kita mengatakan barang itu kebutuhan kita karena iklan itu mengatakannya demikian. Jika kita mempercayainya, tanpa disadari kita menjadi “pengumpul sampah”, kalau mengoleksi barang-barang yang kurang bermanfaat. Yang lebih parah lagi adalah bila demi untuk memodali ‘kebutuhan-kebutuhan’ semu tadi kita jadi terjebak pada hutang, berhutang pada kartu kredit, pada bank, pada teman, keluarga, dan sebagainya.

Dan yang terpenting, gaya hidup yang tidak sederhana ini bisa menyimpangkan kita dari sasaran utama hidup kita. Di dunia ini terlalu

banyak pilihan. Janganlah habiskan waktu untuk memilih. Marilah memfokuskan diri pada tujuan utama hidup kita.

Nah, bagaimana kita bisa hidup dalam kesederhanaan ditengah arus ‘budaya lebih’ ini ? Salah satunya, mungkin kita perlu belajar memahami akan rahasia contentment. Learn to say: enough is enough. Lalu mengucap syukur dengan apa yang ada pada kita, menghitung berkat Tuhan yang telah kita miliki dan yang belum kita nikmati. Membagi dengan sesama kita jika sesuatu itu lebih bermanfaat baginya daripada tetap kita simpan.

Selamat mempraktekkannya, semoga Tuhan memberkati!

Soli Deo Gloria!

Lydia Pratanu Gunadi

Pengurus PMdN, Div. Pembinaan

Tidak ada komentar:

Copyright 2007, Pelayanan Medis Nasional (PMdN) Perkantas

Jl. Pintu Air Raya 7, Komplek Mitra Pintu Air Blok C-5, Jakarta Pusat
Telp. (021) 3522923, 3442463-4 Fax (021) 3522170
Twitter/IG : @MedisPerkantas
Download Majalah Samaritan Versi Digital : https://issuu.com/samaritanmag