Selasa, 22 November 2011

Doctors Who Follow CHRIST (1)

THOMAS SYDENHAM
(1624 - 1689)


"HIPOCRATES BANGSA INGGRIS"

“.Sebab kepada yang seorang Roh memberikan...karunia untuk menyembuhkan”

(1 Korintus 12:8-9)


Banyak dokter terlibat dalam putusnya hubungan dengan tradisi yang membawa manusia dari kesalahan-kesalahan Hippocrates dan Galen. Kecuali mungkin bagi Paracelsus, tak satupun dari mereka yang mengambil langkah sekaligus. Sydenham merupaka salah seorang dari para pengamat baru. Walaupun ia juga menanggung kesalahan dari para nenek moyangnya, ia melihat sekali lagi pada penyakit. Ia berada bersama dengan mereka-mereka , yang setelah berabad-abad taat seperti budak bagi tradisi, pada akhirnya mulai mengadakan pengamatan demi diri mereka sendiri.

Sejarah bergantung pada peristiwa-peristiwa. Tak terkecuali sejarah dunia kedokteran.

Inggris berada pada masa perang. Bertempur di satu sisi dengan pasukan parlemen yang mewakili konstituen Puritan. Dan di sisi lain para pengikut Raja Charles yang setia, para Royalis yang partainya didukung oleh formalis-fomalis religius Gereja Church of England dan Roman Catholic Church. Keluarga Sydenhams bukan hanya sebuah keluarga yang terkemuka tetapi juga kaum puritan yang dengan rajin berpegang teguh pada peraturan-peraturan tata susila. Thoma Sydenham, sama seperti audara-saudara laki-lakinya, ikut berperang. Selama peperangan itu suatu peristiwa terjadi, yang mengubah sejarah kedokteran. Di suatu saat yang dramatis, seorang Royalis yang mabuk memasuki ruang tidur Thomas dan menodongkan pistol di dadanya. Senjata itu meletus dengan letusan yang kuat dan Thomas tidak terluka. Keberuntungan bagi dunia ilmu kedokteran, karena rupanya si pembunuh mabuk pada saat itu secara tidak sengaja menggerakkan tangan kirinya ke depan senjatanya dan letusan itupun menghancurkan tangannya sendiri dari pada mengenai jantung Thomas.

Thomas Sydenham terluput dari kematian untuk menjadi ”Hippocrates Bangsa Inggris”. Namun ia mencapai puncak penghargaan tersebut dengan cara yang eratikal. Ia baru saja masuk ke Magdalen Hall pada tahun 1642, mungkin bermaksud untuk mempelajari ilmu kedokteran ketika perang meletus antara Palemen dan raja. Pendidikan Sydenham menjadi kacau. Setidaknya dua kali ia masuk dan keluar dari dinas militer tersebut. Satu kali ia ditinggal dalam keadaan hampir mati di medan perang. Dalam petisinya ia menulis, bahwa ia harus mencucurkan darah yang banyak untuk memperoleh bayaran kembali terhadap hutang kepada saudaranya yang terbunuh di medan perang. Dalam Exeter 1643 ia ditangkap kaum Royalis dan dipenjarakan selama sembilan bulan. Ia sangat tidak bisa tidak untuk memusuhi kaum Royalis ini, Tidak hanya karena salah seorang dari mereka pernah hampir membunuhnya, tetapi pimpinan Royalis membunuh Ibunya secara biadab pada tahun berikutnya.

Pulang ke rumah setelah perang untuk pertama kali, Thomas bertemu dengan Dr. Thomas Coxe yang merawat salah satu saudara laki-lakinya yang terluka pada saat perang. Coxe menyarankan dan mendorongnya untuk belajar kedokteran. Thomas menyetujuinya meskipun tanpa semangat dan kembali ke Magdalene Hall tahun 1647. Studinya sama sekali tidak berjalan mulus sebelum akhirnya ia lulus dalam bidang kedokteran karena perintah dari Earl of Pembroke pada tahun 1948. Standar pendidikan kedokteran begitu rendah sehingga perintah seorang Earl bisa menghasilkan seorang dokter yang tanpa pengetahuan dan ketrampilan medis. Dalam hal ini berarti Sydenham bisa menjadi dokter militer. Ia tinggal di universitas selama beberapa tahun lagi, tahun-tahun yang diselingi oleh tugas kemiliterannya yang kedua, sebelum mengambil praktek kedokteran di London. Oleh karena belajar yang sporadis, ia tidak bergaul banyak dengan pengetahuan medis yang tua dan tidak akurat yang terdapat dalam buku-buku pada waktu itu. Keadaan ini melindunginya dari banyak kesalahan dan memaksanya untuk mengandalkan pengamatan dan kecerdasannya, yang kurang lebih sama artinya dengan pengembangan ilmu kedokteran.

Tahun 1655, sang mahasiswa yang penuh harapan ini mulai praktenya sendiri dan menikah dengan modal 600 pounsterling yang dipinjamkan parlemen untuk membayar utang untuk saudaranya yang meninggal di medan perang. Ia sempat berusaha terpilih untuk duduk di parlemen. Gagal dengan upayanya tersebut, ia menerima pekerjaan yang disebut ”comptroller of the pipe” yang memudahkannya dalam hal keuangan, yang mencukupinya untuk melanjutkan studi kedokteran secara serius. Ia mengadakan perjalanan ke Montpellier, Perancis untuk mengikuti kelas-kelas kedokteran. Usahanya ini mengantarnya memperoleh suatu penghargaan dari Royal College of Physician di tahun 1663, walaupun dia sendiri belum menjadi dokter sepenuhnya hingga tahun 1676.

Namun jauh sebelum diakui itu, kejeniusannya membawanya menjadi termasyhur. Selama musim wabah di tahun 1665 Sydenham menulis dan mempublikasikan bukunya yang pertama berjudul Methodus Curandi Ferbes, sebuah buku yang sangat berpengaruh. Di masa itu lusinan penyakit terjadi dikarenakan oleh satu nama yaitu fever”. Sydenham denga pengamatannya yang teliti mampu membedakan perbedaan antar penyakit-penyakit tersebut.. ”Dalam menulis....sejarah alamiah penyakit, maka setiap hipotesis filosofis harus dikesampingkan dan manifestasi serta gejala harus dicatat dengan tingkat keakuratan sepenuhnya”. Ia menekankan bahwa ”gejala yang ganjil dan konstan” umum bagi penyakit yang sama, tidak perduli pada siapa itu ditemukan.Dari pada menganggap penyakit adalah suatu ketidak seimbangan dari satu ”humors” seseorang, ia mulai mencari dan menggambarkan sejarah alamiah dari penyakit. Penyakit mungkin menyerang kelemahan seseorang tetapi pada akhirnya dokter harus memerangi setiap penyakit dengan metode yang tepat untuk itu. Meskipun manusai berespons berbeda terhadap penyakit, namun sesungguhnya penyakit-penyakit tersebut jelas berbeda.

Cukup banyak dokter yang merasakan pengaruh dibalik pendekatan baru Sydenham yang mendominasi metode kedokteran di abad ke 18, antara lain Hermann Boerhaave (1668-1738), seorang dokter Belanda yang termasyur yang senantiasa mengangkat topi setiap kali mendengar nama Sydenham disebut. Deskripsi Sydenham yang jelas mengenai sejumlah penyakit dengan cepat dapat diterima oleh sejawatnya di Eropa, kecuali saingannya di Inggris. Semakin bertambah jumlah dokter yang menyumbangkan deskripsi yang pasti mengenai penyakit yang spesifik. Pada saat seorang dokter datang ke tempat tidur pasien, maka ia mengupayakan dan teruama membuat diagnosa. Ini akhirnya menjadi suatu standard dalam praktek kedokteran.

Sampai pada akhir masanya Sydenham senantiasa praktis dari pada teoritis. Sepertinya ia tidak sepenuhnya menyadari implikasi dari penemuan-penemuannya. Misalnya, ia tidak sepenuhnya meninggalkan padangan Hippocratic bahwa penyakit disebabkan oleh humors, sebuah teori yang ”diledakkan” oleh Johannes Baptista van Helmont (1579-1644). Bagi Sydenham hasil lebih berarti dari pada teori sehingga ia memegang teori-teori Yunani kuno ini dan juga miliknya sendiri tanpa merasa ada kontradiksi diantaranya.

Thomas Willis (1621-1675), seorang kontemporer yang hampir sama dalam beberapa hal lebih ilmiah dalam pendekatannya terhadap masalah medik. Ia sedikit lebih maju dari Hippocrates dibandingkan dengan Sydenham, tetapi pengamatan Sydenham yang teliti memberikan penelitiannya terhadap demam ini lebih awet dari pada penelitian Willis. Terhadap phasil penelitian Sydenham ini kita berhutang pengenalan akan pil kina dan laudanum dalam ilmu farmakologi Inggris. Istirahat di tempat tidur, udara segar, puasa (diet) merupakan perawatan yang umum dianjurkannya untuk purging, bloodletting atau steam cures.

Diantara teman-teman dekat Sydenham terdapat seorang yang baik hati seperti Robert Boyle (1627-1691) dan filsuf John Locke (1632-1704). Kepada kedua temannya ini ia menulis suatu deskripsi yang hidup mengenai kalkulus (batu-batu) dan encok yang sangat dideritanya. Sama seperti kedua temannya ini, Sydenham juga seorang kristen, dan nampaknya ia mengajarkan implikasi medisnya dari Inkarnasi. Selembar dokumen menggambarkan pandangannya. Kristus, dengan menjadi manusia menunjukkan betapa bernilainya tubuh manusia, pikirnya, oleh karena itu dunia kedokteran, dengan menyembuhkan manusia, yang serupa dengan Kristus, bisa dan harus melayani kemuliaan Allah. Ia mengingatkan para dokter bahwa mereka juga bersifat tidak kekal dan akan mempertanggungjawabkan profesi medis mereka pada saat penghakiman terakhir.

Jejak kesalahannya yang nampak merupakan suatu ledakan kepahitan terhadap para musuhnya. Melawan kelemahan ini, ia menyeimbangkan perhatiannya yang sejati terhadap para pasiennya dengan mengunjungi mereka secara pribadi, terkadang ditemani oleh Boyle atau Locke. Ia memberikan bantuan medis yang nyata bagi kaum miskin , sesekali ia meminjamkan kudanya untuk pasien yang butuh menunggang kuda untuk kesehatannya. Ia seorang saleh yang menganut ajaran puritan dengan kuat. Dengan teladan Kristus di hadapannya ia mencari dengan sungguh-sungguh dan hati-hati untuk membuat kehidupan sesamanya lebih baik.

Sejarah tergantung pada peristiwa-peristiwa. Kita diberkati dengan terluputnya Sydenham dari peristiwa penembakan semasa perang saat itu.


Source: Doctors Who Follow Christ - DAN GRAVES

Tidak ada komentar:

Copyright 2007, Pelayanan Medis Nasional (PMdN) Perkantas

Jl. Pintu Air Raya 7, Komplek Mitra Pintu Air Blok C-5, Jakarta Pusat
Telp. (021) 3522923, 3442463-4 Fax (021) 3522170
Twitter/IG : @MedisPerkantas
Download Majalah Samaritan Versi Digital : https://issuu.com/samaritanmag