Rabu, 02 November 2011

GRASPING HEAVENS (5a)

... sambungan....

5. Panggilan Melayani ke Cina

“Belum ada suara dari Tuhan, meski yang jelas Dia menghendaki saya melayani-Nya sebagai seorang dokter” kata Tami saat bersaksi di depan teman-teman gerejanya di Intown Community fellowship, Atlanta. “Saya bahkan tidak bisa mengingat film misionari medis yang saya tonton waktu saya berusia sembilan tahun. Tapi kepastian panggilan-Nya saat sedang menonton film itu tidak pernah meninggalkan sayahingga saat ini…”

Tami berhenti sejenak. Aneh rasanya tidak ada yang lebih spektakuler atau supranatural untuk ditambahkan, namun yang pasti tidak ada keraguan sama sekali di hatinya. Bertahun-tahun tidak ada keraguan, tak sekalipun selama masa remajanya, di Wheaton College, di Emory University, tidak juga selama masa residensinya di Rochester. Tidak penah! Panggilan ini sebegitu menyatunya dengan diri Tami hingga membuatnya takut jika dirinya hidup tanpa panggilan itu, tanpa masa depan. Panggilan itu telah menjadi bagian dari identitasnya.

Tami tersenyum dan melanjutkan, “Saya tidak berpikir Tuhan memimpin saya ke Cina. Mulanya saya pikir Afrika tempat di mana Tuhan ingin saya pergi. Saya pergi ke Afrika dua kali, melakukan praktek medis dan penelitian malaria di Zambia. Kedua hal tersebut benar-benar menantang saya baik secara medis maupun spiritual, dan pulang ke rumah dan berpikir betapa mudahnya saya merasa betah dan bekerja di sana. Tetapi Tuhan mengarahkan saya secara berbeda. Universitas Emory dan juga RS di Rochester banyak didatangi para dokter dan mahasiswa dari seluruh dunia, terutama Cina sehingga saya segera mengenal para dokter dari Cina. Tidak berapa lama kemudian saya sudah berteman dengan mereka. Saya begitu senang bisa berdiskusi mengenai budaya dan bahasa Cina dengan mereka. Budaya kuno yang kaya yang selama ini begitu tersembunyi…”

“Bila melihat ke belakang, saya bisa dengan jelas melihat tangan Tuhan memimpin. Sebagai hasilnya dari persahabatan dan beberapa koneksi di universitas dengan orang Cina, kemungkinan bagi saya untuk melaksanakan sebagian residensi saya di Cina menjadi nyata. Sebelum saya sadari Tuhan sudah membuka pintu bagi saya untuk ke Cina, setelah selesai magang pertama dan bergulat dengan paper-paper yang menggunung seakan tiada habisnya dengan masih mempelajari tentang Cina di malam hari. Akhirnya pada bulan Agustus 1993 saya berangkat ke Cina. Pertama saya bekerja selama enam minggu di RS Anak-anak di Beijing, kemudian saya menjalankan tugas di Public Health Department of Kunming Medical College di bagian Barat Daya Cina, di propinsi Yunan yang berbatasan dengan Thailand dan Myanmar. Saya mengunjungi segala sesuatu, mulai dari dua ruangan sempit di klinik pedesaan dimana ‘dokter’ menyelesaikan sekolah menengah atasnya sampai ke RS universitas yang sangat besar yang menerapkan teknologi yang hanya bisa dibandingkan dengan AS!”

Tami beristirahat sejenak sambil tatapan matanya menatap cakrawala. “Pada waktu saya tiba di Cina segera saja saya jatuh cinta dengan Negara yang luas dan kaya budaya ini. Tak berapa lama setelah saya menginjakkan kaki saya di bandara Beijing, seorang wanita Cina, sekitar usia 20-an, mendekati saya. Dia berbahasa Ingsris terbata-bata dan saya bahkan lebih terbata-bata lagi dalam berbahasa Mandarin, namun tiba-tiba ia berkata: “saya sudah menunggu seorang asing untuk menjelaskan pada saya semua hal mengenai kekristenan, saya ingin menjadi percaya tapi saya tidak tahu apa-apa…” Saat itu menjadi sejelas kristal bagi saya bahwa Tuhan memang memanggil saya untuk melayani di Cina. Ada banyak orang Cina yang mencari jawaban-jawaban yang lebih mendalam. Inilah peran yang saya lihat akan saya jalani di masa yang akan datang dan ini pula alasan saya berdiri di hadapan anda sekalian…” Tami memperhatikan mereka yang mendengar kesaksiannya.

“Tahun 1951 semua misionaris dipaksa pulang ke negaranya. Selama beberapa dekade Cina tertutup untuk dunia luar dan baru terbuka kembali pada tahun 1980-an. Sekarang Cina menyambut para ahli dari Negara lain. Tak seorang pun membayangkan Cina akan berkembang sangat pesat terutama kota-kota di Pantai Timurnya, namun sayangnya propinsi-propinsi di bagian pedalaman masih tetap miskin. Ada lebih dari 50 suku atau minoritas, mereka hidup di bagian yang sangat pedalaman di Cina bagian barat dan kebanyakan dari mereka hidup dalam keadaan yang teramat miskin…” Tami menarik nafas panjang.

“Saya percaya Tuhan telah memanggil saya melayani di Cina. Saya memiliki beban untuk pergi ke propinsi-propinsi yang ada di daratan Cina untuk melayani mereka yang miskin dan sakit. Cina terbuka untuk kaum professional. Tuhan telah mengizinkan saya mendapatkan pendidikan untuk menjadi seorang dokter. Saya tidak bisa memastikan berapa lama pintu akan tetap terbuka bagi para ahli dari luar negeri. Seandainya pintu masih juga terbuka maka saya akan kembali ke Cina pada pertengahan tahun 1995. Sementara itu saya perlu menyelesaikan residensi saya, belajar untuk ujian akhir saya, dan mencari pekerjaan untuk tahun depan…”

Tepuk tangan bergema setelah Tami mengkahiri kesaksiannya dan Pendeta berdoa untuknya. Sekali lagi Tami menyerahkan masa depannya pada Tuhan saat dia berlutut di lantai gereja saat itu. Setelah itu banyak teman-teman gerejanya mengelilinginya.

“Tami, kami akan mendukungmu secara financial…kirimi kami surat”

“Tami, itu tadi sangat luar biasa. Saya ingin belajar lebih banyak mengenai Cina dan saya akan komit berdoa untuk Negara yang special ini. Pastikan kamu mencantumkan nama saya di daftar pengiriman newsletters kamu…”

Tami begitu terharu dan terdorong. Paula Helms juga mendekati Tami, dan berkata: “Tami, sebagai administrator misi dari gereja ini saya akan mendukung kamu dalam hal apa saja yang kamu butuhkan di Cina. Kesaksianmu malam ini sangat menginspirasi saya! Membuat saya mulai berpikir tentang kemungkinan saya sendiri untuk pergi ke Cina suatu hari nanti…”

“Itu bagus sekali, Paula…Bila Tuhan menghendaki kamu melayani di sana maka Dia akan membukakan pintu-pintu untuk itu…!”

Ada banyak hal yang masih harus Tami kerjakan. Dia kembali ke pekerjaan dan rencananya. Dia berhasil lulus ujian dengan sangat baik.

“Akhirnya!!…akhirnya sekarang aku seorang spesialis…seorang spesialis di bidang internal medicine dan pediatrics..” katanya pada teman-teman dan para pendukungnya.

Oleh karena Tami meminjam pinjaman yang disediakan untuk mahasiswa selama tahun terakhir studinya maka dia bermaksud mengembalikannya sebelum dia pergi ke Cina. Tami memilih bekerja dalam satu serial pekerjaan yang memungkinkannya bisa melihat lebih banyak Negara bagian AS sebelum dia berangkat ke Cina, dia menyebutnya sebagai rencana: ‘pembayaran pinjaman yang menyenangkan’. Pertama Tami bekerja di Montana dekat Glacier National Park bersama teman seresidennya, Cathy. Kemudian dia pergi ke Michigan Barat Daya praktek berkelompok dengan beberapa orang dokter. Rasa ingin tahunya begitu tergugah dengan konsep rencana misi dari para dokter ini yang mencakup beberapa klinik kota dan berotasi dalam siklus selama tiga bulan bekerja di lokasi-lokasi di luar negeri. Saat Tami menyelesaikan putarannya di sana mereka semua meyakinkannya bahwa mereka ingin menjadi pendukung tetapnya.

Di saat terakhir dari pekerjaannya ‘keliling’ empat Negara bagian AS Tami melamar kerja jangka pendek di Colorado. Dengan gembira dia menelpon orang tuanya: “Aku dapat kerja di Denver…!”

“Bagus Tami…! Kami menantikan saat-saat kami akan bersamamu setelah tahun-tahun perkuliahan, sekolah kedokteran, dan residensimu…”

“Terima kasih banyak! Ya, aku juga ingin bersama kalian. Aku harap berada di Colorado selama musim semi. Namun demikian aku ingin mengingatkan kalian…aku akan sibuk dengan praktek medisku. Dan karena aku ingin memaksimalkan persiapanku ke Cina maka aku berencana mengambil beberapa kursus di Wheaton College untuk belajar lebih banyak lagi tentang Cina. Aku juga ingin mendapatkan seorang Tutor Cina, terlibat dalam kehidupan gereja lagi, dan ski..tentu saja ski tidak terlalu penting..” dia tertawa kecil. “Aku rencana kembali ke Cina bulan Agustus nanti. Saat ini aku sedang memproses lamaranku ke beberapa organisasi yang menempatkan para ahli luar negeri ke Cina. Tolong doakan agar aku bisa menemukan organisasi yang cocok…”


========= Bersambung ke GRASPING HEAVEN (5b)

Sumber:

Diterjemahkan dari:

Annelies & Einar Wilder-Smith, “GRASPING HEAVEN- Tami L. Fisk, A Young Doctor’s Journey to China and Beyond”, Genesis Books, 2010.

Tidak ada komentar:

Copyright 2007, Pelayanan Medis Nasional (PMdN) Perkantas

Jl. Pintu Air Raya 7, Komplek Mitra Pintu Air Blok C-5, Jakarta Pusat
Telp. (021) 3522923, 3442463-4 Fax (021) 3522170
Twitter/IG : @MedisPerkantas
Download Majalah Samaritan Versi Digital : https://issuu.com/samaritanmag