Sabtu, 26 November 2011

GRASPING HEAVENS (7a)

Bagian II: Journey to China


7. Tiba di Cina

“Aku benar-benar di sini…! Aku benar-benar berada di sini…! Tami harus mencubit tangannya begitu pesawat dari Hong Kong mendarat di Chengdu…”Akhirnya aku berada di Cina! Setelah semua persiapan bertahun-tahun….” Di meja imigrasi dia memberikan passport ke petugas sambil berpikir: “Ini bukan hanya sekedar kunjungan…tapi ini suatu permulaan dari fase baru dalam kehidupanku…!”

Huan ying…Welcome,Dr. Fisk…” perwakilan hubungan internasional dari Universitas Sichuan sudah menantikannya di pintu keluar bandara Chengdu. Begitu masuk dalam mobil universitas selama perjalanan Tami mulai menyerap kesan-kesan pertamanya. Sekelilingnya adalah orang banyak…orang banyak…dan orang banyak. Kota besar ini berdengung dengan sejumlah besar bunyi mobil, motor, dan sepeda. Bangunan yang tak terhitung jumlahnya berjejer sepanjang jalan utama dari bandara ke universitas. Lalu lintasnya kacau.

“Kami akan mengantar Anda ke asrama di mana Anda akan tinggal. Anda akan sekamar dengan seorang mahasiswa dari luar negeri juga” kata petugas padanya. Setiba di universitas Tami melihat bahwa kampusnya dipadati mahasiswa.

“Kami memiliki lebih dari 50.000 mahasiswa di universitas ini” kata wakil universitas Sichuan dengan bangga dalam aksen bahasa Inggrisnya yang berat. “Universitas Sichuan merupakan salah satu universitas terbesar di Chengdu” tambahnya “tapi bukan yang terbesar di Cina. Kota-kota seperti Beijing atau Shanghai bahkan mempunya universitas yang lebih besar” katanya sambil memandu Tami menaiki tangga ke kamarnya di asrama mahasiswa.

“Tidak terlalu buruk..” piker Tami ketika masuk. Kamarnya bersih dan berkarpet bahkan dengan kamar mandi yang bagus.

Tak lama kemudian teman sekamarnya masuk ke kamar dan memperkenalkan dirinya: “Hai, nama saya Naara, dari Mongolia…” Tami memperkenalkan dirinya dan menambahkan: “ Saya senang tinggal bersama Anda di kamar ini”. Tapi Naara menjawab: “Nama saya Naara, dari Mongolia dan tidak bisa berbahasa Inggris”

“sepertinya aku harus meningkatkan kemampuanku berpantomim untuk bisa bercakap dengannya” pikir Tami. Naara kelihatannya seorang yang baik, dia ingin mengenalnya lebih jauh.

Satu hari di koridor saat menuju ke pintu keluar Tami bertemu seorang mahasiswa Amerika yang studi mengenai Cina. “Di mana mataharinya? “ tanya Tami kepadanya sambil becanda. Mereka keluar berkeliling kota dan Tami melihat betapa tebalnya awan abu-abu menutupi Chengdu, menggantung di atas rumah-rumah dan mengurangi jarak pandang. Dia terbiasa dengan udara bersih dan langit biru Colorado.

Hari berikutnya kelas bahasa Mandarin dimulai. Setelah sedikit introduksi, guru bahasanya mulai menjelaskan sedikit mengenai Chengdu, “Ini adalah kota industry, dan kota kelima terbesar di Cina dari segi jumlah penduduk setelah Shanghai, Beijing, Tianjin, dan Chongqing. Begitu Anda jalan-jalan di Chengdu maka Anda akan segera bisa melihat aktifitas industrialnya…” Sesudah itu dia membagikan buku-buku bahasa yang akan digunakan selama semester itu.

Pada akhir minggu pertamanya di Chengdu Tami menulis sebuah surat yang panjang kepada orang tuanya: “aku sedikit bingung, sedikit bisu, dan sedikit kelebihan beban dengan semua sensasi baru ini. Aku sudah berjalan-jalan ke pasar-pasar yang sangat sibuk yang menjual segala sesuatu, mulai dari baju sampai daging mentah yang masih tergantung-gantung di gantungannya, dari lampu-lampu sampai sayur mayur dan buah-buahan, beberapa bisa dikenali dan yang lain tidak bisa. Minggu pertamaku di Chengdu seperti petualangan. Pertama, “Great Banking Adventure” (atau bagaimana menghabiskan waktu sepanjang hari hanya untuk menemukan bank yang tepat untuk menukar cek USD dan meyakionkan pegawai banknya agar melakukan itu)…diikuti dengan great Phone Call Adventure (atau bagaimana mempelototi setengah kota dan menghabiskan seluruh hari coba menelpon ke AS menggunakan kartu MCI-ku). Berikutnya “Great Laundry Adventure” (atau bagaimana menghabiskan waktu sepanjang hari… tidak, aku hanya bercanda; di asrama kami ada mesin cuci semi otomatis). Selanjutnya dalam minggu ini aku jadi “bintang yang tidak dinantikan” dari dua buah drama pendek yang berlokasi di jalan-jalan Chengdu. “Orang barat membeli sepeda” dan satu lagi hampir seperti “Bule memperbaiki sepedanya”. Sisanya yang lain hanyalah “hello”.

Mengendarai sepeda di Chengdu mulanya menakutkan tetapi tak lama berselang Tami sudah bisa menyesuaikan diri. Hanya mengendarai sepeda sampai ke gedung di mana dia belajar bahasa. Tami harus menyelip-nyelip melintasi kerumunan mobil, motor, sepeda, dan pejalan kaki yang seakan tidak bisa ditembus. Saat berada di atas sadel sepedanya dia seakan bisa melihat kumparan lautan kepala hitam yang mau menelan dirinya seperti pulau sejauh matanya memandang. “Lebih tinggi dari orang lain pada akhirnya terbukti ada manfaatnya juga…setidaknya saat mengendarai sepeda di Cina” pikirnya.


bersambung...... ke GRASPING HEAVEN (7b)


Sumber diterjemahkan dari:

Annelies & Einar Wilder-Smith, “GRASPING HAEVEN- Tami L. Fisk, A Young Doctor’s Journey to China and Beyond”, Genesis Books, 2010.

Tidak ada komentar:

Copyright 2007, Pelayanan Medis Nasional (PMdN) Perkantas

Jl. Pintu Air Raya 7, Komplek Mitra Pintu Air Blok C-5, Jakarta Pusat
Telp. (021) 3522923, 3442463-4 Fax (021) 3522170
Twitter/IG : @MedisPerkantas
Download Majalah Samaritan Versi Digital : https://issuu.com/samaritanmag