Rabu, 14 Mei 2014

Kenapa Gagal?

Bukan apa yang aku kehendaki yang aku lakukan...-Roma 7 : 15

Ketika aku sedang bersiap-siap menulis renungan ini, tiba-tiba listrik padam. Nyala lilin menggantikan listrik, dan aku tidak bisa berbuat apa-apa. Jadi, aku duduk mengobrol di depan perapian, di rumah seorang teman. Kami jarang bertemu. Malam itu berubah menjadi malam penuh berkat ketika kami membicarakan cara Tuhan mendatangkan kebaikan dari hal yang buruk.

Listrik padam karena ada lonjakan listrik yang besar dan tak terkendali, yang merusak semua peralatan dan menimbulkan kekacauan dimana0mana. Penyebabnya, ada listrik berkekuatan besar yang digunakan melebihi kapasitas yang seharusnya sehingga putus hubungan dengan pusat. Dalam zaman teknologi maju, ada godaan bagi ahli pelayanan kesehatan untuk berkata, "Kekuasaanku dan kekuatan tangankulah yang membuat aku memperoleh kekayaan ini" (Ul 8 : 17). Tapi, kekuasaan Tuhan disertai kasih dan disiplin diri (2 Tim 1 :7). Kegagalan dalam kehidupan pribadi maupun dalam pekerjaan terjadi ketika mencintai diri (bukan mengasihi Allah) dan mengandalkan diri sendiri (bukan mendisiplinkan diri), memutuskan hubungan kita dengan sang Kepala (Kol 2 : 19). Putusnya hubungan seperti ini hanya bisa diperbaiki kalau kita mengakui kesalahan kita dan memohon agar dipulihkan kembali. Dengan begitu, kita akan memiliki tenaga dan hikmat baru.

Budaya barat dewasa ini, yang terbiasa dengan keberhasilan dalam bidang kedokteran, melihat kematian sebagai tidak ada daya, sepeti putusnya arus listrik. Tentu saja, kita apat berjuang menyelamatkan nyawa seseorang selama kita bisa, tapi kekuatan Ilahi tidak akan terus berjuang untuk apa yang sudah lenyap. Jika kasih dan disiplin diri diabaikan, perjuangan kita yang tak henti dalam mengusahakan kesembuhan, bisa menghancurkan hari-hari terakhir pasien dan kenangan terakhir keluarganya. Paulus, yang menderita batin karena persaingan kekuatan dalam dirinya itu, bertanya, "Siapakah yang akan melepaskan aku?(Rm 7:24). Kelak,ia memberi jawaban yang menentukan. Baik "lonjakan daya" maupun " tidak ada daya", tidak bisa "memutuskan" kita dengan Tuhan, jika kita terkait dengan Tuhan dan diubah oleh kasih-Nya dalam Yesus Kristus Tuhan kita (Rm 8 : 38-39).


Dikutip dari :

Sumber Hidup Praktisi Medis

Tidak ada komentar:

Copyright 2007, Pelayanan Medis Nasional (PMdN) Perkantas

Jl. Pintu Air Raya 7, Komplek Mitra Pintu Air Blok C-5, Jakarta Pusat
Telp. (021) 3522923, 3442463-4 Fax (021) 3522170
Twitter/IG : @MedisPerkantas
Download Majalah Samaritan Versi Digital : https://issuu.com/samaritanmag