"Ibadah yang murni dan yang
tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan
janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak
dicemarkan oleh dunia.." (Yakobus 1 : 27)
Jika padaku ditanyakan apa akan
kusampaikan dalam dunia yang penuh dengan cobaan. Aku bersaksi dengan kata,
tapi juga dengan karya menyampaikan kasih Allah yang sejati”. Syair lagu yang
dimuat dalam Kidung Jemaat 432 ini mengingatkan tentang hal yang sesungguhnya
harus Kristen lakukan, yaitu menjadi pendengar sekaligus pelaku firman Tuhan.
Yakobus memberi penjelasan penting lainnya tentang arti berbahagia yang
sesungguhnya. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa tidak semua Kristen
"berbahagia" mendengar penjelasan ini. Ketidakbahagiaan ini lebih
disebabkan oleh sikap penolakan diri untuk menjadi pelaku firman Tuhan dalam
kehidupan sehari-hari. Penolakan ini bukan disebabkan oleh ketidakmampuan
melakukan tetapi karena ketidakmauan! Orang-orang yang seperti ini lebih senang
menuruti kehendak hati dan kebenaran dalam persepsi diri sendiri daripada
menuruti kehendak dan kebenaran Allah.
Edward Jenner, siapa yang tidak
mengenalnya? Edward Jenner adalah sang penakluk penyakit cacar. Penyakit cacar
merupakan teror dan momok daratan Eropa. Beribu-ribu manusia meninggal setiap
tahunnya karena penyakit ini. Sedang yang lain mencari perlindungan dengan cara
sengaja minta disuntik dengan virus cacar yang masih hidup. Tehnik ini sudah
lama dipergunakan sejak zaman kekaisaran Ottoman (Kerajaan Turki) dan dibawa ke
Inggris, yang mana hal itu berhasil dengan baik di tangan para dokter seperti
Thomas Dimsdale (yang bahkan menyuntik "Cathrine Agung" dari Rusia),
namun kurang berhasil di tangan dokter-dokter lainnya. Harapannya adalah mereka
yang tidak terlindung dari virus akan menderita kasus ringan, tetapi tentu
saja, beberapa menderita kasus yang berat dan sedikit yang meninggal karena
treatment ini. Bahkan jika seseorang yang sudah disuntik tidak menderita
penyakit ini, maka siapa saja yang berada dekatnya selama periode waktu yang
cukup lama berisiko terkena infeksi yang serius. Penyembuhan itu sama sekali
tidak memuaskan.
Suatu waktu, Edward Jenner dibawa
dari rumahnya ke suatu tempat (semacam kurungan) untuk mendapatkan vaksinasi.
Di tempat ini ia mengalami pendarahan dan tidak diberi makan (puasa) untuk
operasi, pengobatan dan diikat untuk mencegahnya agar melarikan diri. Ia
menjadi sangat sakit dan kondisinya merosot. Seorang anak yang dulunya kuat dan
sehat menjadi sakit dan sangat lemah. Selama bertahun-tahun ia mendengar
suara-suara. Ia dikirim ke sebuah sekolah kecil selama masa penyembuhannya,
tetapi ia juga sangat lemah sehingga kakaknya, Stephen membawanya pulang ke rumah.
Orang tua mereka sudah meninggal dalam hitungan minggu selama masa itu, ketika
Edward berusia 5 tahun sehingga Stephen menjadi pelindungnya.
Pengalaman divaksinasi mungkin
membekas dalam diri Jenner muda ini. Bagaimanapun juga hal itulah justru memacu
dirinya untuk tertarik lebih dari biasanya pada tanda-tanda yang pada akhirnya
menuntunnya dalam mengembangkan vaksin cacar sapi, sebuah vaksin yang akhirnya
menghapus penyakit cacar dimana saja di bumi kecuali laboratorium.
Setelah ia sembuh, Jenner dikirim
belajar untuk melayani. Walaupun ayahnya seorang Pendeta tetapi ia tidak
menunjukkan minat sama sekali untuk pelayanan mimbar. Sebaliknya ia justru
mati-matian ingin menjadi seorang naturalis. Memang ia mengkoleksi banyak
spesimen dan mengikuti kursus yang mengajari sistem klasifikasi dari seorang
naturalis kenamaan asal Swedia, Carl Linnaeus (1707-1778). Usia 13 tahun Jenner magang pada
dokter ahli bedah, John Ludlow. Meskipun kondisi kesehatannya masih belum
pulih, Jenner bekerja keras dan membantu pembedahan. Setelah masa magangnya
selesai, Jenner pindah ke London dimana ia berguru pada Dr. John Hunter yang
terkenal. Hunter adalah seorang pria agresif yang kurang peduli pada kaidah
atau aturan. Jenner gemar dengan orang yang tempramental ini dan dictumnya :
"kebenaran..kebenaran..kebenaran! Sebaliknya Hunter mempercayai Jenner.
Hanya Hunter kurang terkenal karena membayar seorang
"resurrectionists" (pembangkit manusia) untuk merampok kuburan demi
mendapatkan mayat-mayat. Jenner belajar
anatomi dengan mempelajari tubuh-tubuh curian ini. Jenner mengganti kegiatannya.
Ia menyusun katalog specimen untuk Joseph Bank, ahli botaninya Kapten Cook.
Pekerjaan yang biasa dikerjakan selama 6 bulan, tetapi oleh Jenner diselesaikan
dalam waktu 2 bulan. Merasa terkesan Cook menawarkan jabatan di kapalnya tetapi
Jenner menolak termasuk tawaran Hunter untuk bekerja sama juga ditolak karena
ia ingin kembali ke pedesaan.
Berbagai penelitian dilakukan
oleh Jenner dan berbagai tantangan harus dihadapinya. Salah satu penelitiannya mengenai tingkah laku/kebiasaan cuckoo (burung elang malam). Hasil penelitian
ini menghadapi sejumlah penentang. Tingkah laku yang digambarkannya kelihatan
terlalu aneh dimana ia membuktikan bahwa burung cuckoo mempunyai kebiasaan meletakkan telur-telur mereka di sarang
burung lain. Namun, Royal Society
berhasil diyakinkannya dan menjadikannya anggota. Di waktu tertentu, Jenner belajar
dari milkmaids bahwa mereka yang
terkena cacar sapi imun terhadap cacar. Ia melakukan penelitian selama 20 tahun
kemudian, sementara ia sendiri juga mengimplementasikan ide-ide baru dalam
pengobatannya terhadap cacar. Ia menghentikan pendarahan para pasien cacar dan
memberikan tubuh mereka suatu kesempatan yang lebih baik untuk sembuh dari
penyakit. Ia menyuntik tangan-tangan petani untuk menerima vaksinasi cacar
sapi, dan ternyata tidak seorang pun yang terkena cacar.
Yakin apa yang ditemukannya ini,
Jenner menguji idenya ini dengan cara menjangkitkan seorang anak suruhan
bernama Phipps dengan cacar sapi. Dua bulan kemudian ia menyuntik anak ini
dengan virus cacar yang masih hidup. Rumahnya dikerumuni orang banyak. Para
pesuruh bersumpah, jika sampai si anak meninggal maka Jenner akan dihukum
gantung sebagai pembunuh. Terbukti si anak imun. Setidaknya Jenner telah
memiliki bukti positif. Namun setelah itu sebuah selebaran yang mencelanya
dipublikasikan. Situasi dalam komunitas medis juga tidak mendukungnya. Para dokter
mencaci dan mencemooh Jenner dan memperlakukannya dengan mengusirnya dari
perkumpulan mereka. Bahkan jurnal kedokteran menolak menerbitkan hasil
penemuannya ini.
Jenner tidak dapat dipengaruhi
situasi ini. Yakin akan keberhasilannya yang pertama, ia mulai bekerja sendiri
dalam mempromosikan idenya. Ia bisa melihat bahwa jika sautu hal bisa berguna
bagi sesame manusia maka pertimbangan-pertimbangan pribadi harus dikesampingkan.
Akibatnya ia menderita secara finansial. Uangnya habis untuk membiayai
penelitian-penelitiannya yang tiada putus-putusnya. Sementara ia mendapatkan
sedikit pemasukan, karena serangan-serangan dari dunia medis tentang dirinya,
dan para pasien menjadi jarang yang mau berobat kepadanya. Pada akhirnya tentu
saja, ia mendapatkan banyak penghargaan. Satu per satu, para dokter berpikiran
terbuka membaca bukunya dan mengadakan uji lebih lanjut. Dan ia dikenal sebagai
Bapak Ilmu Virology dan Pengobatan Preventif.
Sebagai ucapan terima kasih atas
karyanya, Parlemen memberi sebagai hadiah untuknya yang senilai 10.000
poundsterling. Dengan kepribadiannya yang tidak hanya memikirkan diri sendiri,
ia menggunakan uang untuk menolong para dokter yang membutuhkan. Kehidupan Jenner
bukanlah sebuah kehidupan yang mudah. Sebagai tambahan atas masa kecilnya yang
penuh penderitaan, kehilangan istri dan anak sulungnya dan penganiayaan yang
dialaminya dari dunia profesinya, ia terjangkit penyakit tifus yang tertular
dari seorang pasien dan hampir mati. Di lain waktu ia hampir mati beku saat ia
mengunjungi pasien yang sakit. Hari sebelum kematiannya ia berjalan ke kota
untuk membeli kayu bakar untuk orang miskin dengan uangnya sendiri. Dengan perhatian
dan kepeduliannya terhadap kaum miskin ia menyatakan dirinya sebagai seorang Kristen
sejati. Dalam tulisannya ia meminta Kristus agar mau menerima jiwanya yang
kekal. Nama dan karyanya akan diingat selama dunia mengingat kedermawaannya. Bagaimana
dengan kita yang mengaku seorang dokter Kristen? Sudahkah kita menjadi pelaku Firman yang sejati?
Disadur dari Majalah Samaritan
Edisi Keempat Tahun 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar