Senin, 13 Juli 2015

RENE THEOPHILE HYACINTHE LAENNEC: Penemu Stetoskop

RENE THEOPHILE HYACINTHE LAENNEC:
Penemu Stetoskop

"Aku telah menetapkan syarat bagi mataku, masakan aku memperhatikan anak dara? "
(Ayub 3I:1)

Pada saat lbunda Rene Laennec meninggal, Ayahnya, Teophile yang seorang dilettante (penikmat seni, puisi, dan semacamnya) membuang dirinya serta saudara laki-laki dan perempuannya ke sanak keluarga mereka. Laennec waktu itu baru berusia lima tahun. Saat ia berusia tuiuh tahun, itulah kemujurannya karena diseret tinggal dengan pamannya, Guillaume, seorang dokter dan profesor di Nantes (sebuoh koto di sebeloh borot Perancis). Pamannya inilah yang menanamkan minatnya dalam bidang medis.

Saat itu merupakan hari-hari yang mengerikan dari Revoluli Perancis. Rene Laennec meskipun dalam kerusuhan ia tetap menekuni studi kedokterannya karena instrukturnya secara pintar dan tenang mengatasi kelas seakan tidak terjadi sesuatu yang tidak biasa di luar kelas mereka. Namun sulit bagi sang remaja ini untuk tetap berpura-pura tidak tahu, apalagi ketika Paman Guillaume-nya
ditahan.

Meskipun ditentang oleh Ayahnya, Rene tetap memutuskan unluk sekolah kedokteran. "Profesi orang-orang dungu" demikion kata lbu Tirinya. Tetopi Guillaume hanya memperoleh jabatan yang rendah di sebuah RS yang suram dan menghasilkan sedikit uang untuk Rene. Selama revolusi, sang anak muda bekerja di RS kota dan bahkan berpetualang masuk sampai ke dalam jajaran pasukan Republik, mempraktekkan keahliannya terhadap korban yang terlalu sangat parah sakitnya. Selama bertahun-tahun ia belajar dengan keras dan mempraktekkan kedokteran secara tertatih-tatih disertai rasa gugup, serta tanpa izin orang tua untuk berkarir di bidang medis.

Tetapi dunia medis tidak menghabiskan seluruh waktunya.Walaupun menderita "asma", mungkin satu gejala pertama TBC, ia belajar memainkon seruling. Seperti Ayahnya, ia mencoba menulis puisi. Sebuah potret diri yang dibuatnya beberapa tahun sebelum ia meninggal menuniukkan bahwa ia seorang pelukis yang kompeten. Dalam tiap kesempatan ia berjalan kaki ke daeroh pedesaan, terpesona dengan tumbuh-tumbuhan. Biasanya ia pulang dari ekspedisi-ekspedisi seperti ini dalam kondisi hidung berdarah dan sakit. la mempelajari bahasa Yunani dan Latin sehingga ia bisa membaca tentang medis klasik dalam bahasa aslinya, dan juga bahasa Brenton sehingga ia bisa lebih dekat lagi ke akarnya. Paman Guillaume mengadakan perjanjian dengan Teophile ayahnya untuk mengizinkon Rene untuk studi kedokteran di Paris.

Akhirnya Teophile menjadi lunak dalam sikap menentangnya. Maka segeralah Rene menempuh perjalanannya sejauh dua ratus mil ke Paris. Ia tiba di sana dalam keadaan sakit dan demam namun demikian ia tetap mengikuti pelajarannya. Tahun-tahun berikutnya meskipun terus menerus sakit ia boleh mencapai hal-hal besar.

Ia mendapatkan penghargaan dalam bidang pengobatan dan pembedahan. Untuk mendapatkan tambahan penghasilan ia membuka kelas pelajaran anatomi. Mengamati lebih dekat maka kita akan tahu bahwa Laennec lah yang pertama-tama memberikan  deksripsi yang akurat mengenai peritonitis, adhesions, false membrane, dan ciri-ciri intestinal lainnya. Dialah yang pertama-tama memberikan perhitiungan akurat yang masuk di akal mengenoi fungsi dari prostat. Jurnal-jurnal kedokteran menerima tulisan-tulisannya. Satu dari penemuan-penemuan aslinya adalah bahwa tubercular lesions biso terbentuk di dalam tubuh di samping paru-paru. Fakta ini masih jauh dari jelas (Ironisnya itulah TBC yang mengakibatkannya meninggal dunia walaupun ia menyangkali itu sampai akhir masa hidupnya bahwa ia mengidap penyakit tersebut. lbunya dan beberapa kerabatnya meninggal karena mengidap penyakit yang sama).

Pada masa Laennec para dokter belajar auskultasi dengan cara menempelkan telinga mereka ke dada
manusia untuk mendengar apa yang terjadi di dalam tubuh. Satu gadis muda yang datang pada Laennec berdada besor dan merasa malu dengan cara yang intim ini. Kebanyakan dokter merasa diejek dan tertekan dengan prosedur ini; seorang pria yang lemah bisa saja tidak melakukan prosedur ini sama sekali. Namun Laennec adalah seorang pria yang baik dan penuh tekad. la ingin menuniukkan penghargaannya kepada gadis tersebut, ia tahu perasaa
n gadis itu tetapi gadis itu harus diperiksa. Laennec berusaha keras menemukan cara untuk menolongnya. Fisika telah mengajarkannya sesuatu mengenai transmisi suara/bunyi. Dalam saat penuh inspirasi tersebut, nampaklah baginya bahwa ia bisa menggulung kertas menyerupai tabung dan meletakkannya di dada si gadis. Pada waktu ia mencoba cara bijaksana ini ia begitu terkejut mendapati betapa jelas ia bisa mendengar suara/bunyi di dalamnya dibanding dengan yang dilakukannya kepada para pasien sebelum itu. Saat itu lahirlah Stetoskop.

Segera Laennec meningkatkan penemuannya tersebut. Dengan mengabaikan sejumlah solusi yang tidak bermanfaat ia meneruskan idenya mencoba dengan potongan-potongan kayu yang bisa dengan mudah disembunyikan. Dengan karakternya yang sederhana, ia membawa perlengkapan barunya ini
di dalam topinya sehingga bisa selalu bersamanya kapan pun ia membutuhkannya. Suatu saat ia melihat bagaimana sebuah stetoskop yang baik itu bisa lakukan. Para dokter tidak bisa mengobati apa yang tidak bisa mereka diagnosa. Stetoskop memungkinkon Rene untuk membuat pengamatan secara menyeluruh. Sejak hari itu, ia berusaha mengkorelasikan suara/bunyi di dada dan perut dengan fungsi-fungsi anatomis yang spesifik.

Berangsur-angsur Laennec mulai mengklasifikasi semua ienis suara/bunyi cardiac dan pulmonary yang didengarnya dan menjelaskan signifikonsi mereka. Diantara penyakit-penyakit yang digambarkannya yaitu gongrene of the lungs, penumonia dalam semua tahapan, tuberculosis (consumption), ephysema, dan bronchitis. Untuk memastikan bahwa rekan-rekan sesama dokternya menggunakon peralatan diagnostik yang baru, ia membuat dan menyerahkan beberapa stetoskop (berupa potongan-potongan) yang lebih untuk mereka. la menerbitkan catatan-catatannya berdasarkan hasil penelitiannya.

Tahun 1819 Laennec dipaksa untuk menghentikan prakteknya dan kembali ke pedesaan untuk memulihkan kesehatannya. Jelaslah, ia mengidap TBC. Pada waktu ia kembali ke Paris ia menerima tawaran dari pemerintah Royalis yang menggantikan para kaum revolusionaris. Tulisannya menarik
perhatian dan bergaya baru, mereka jelas dan mudah dimengerti. Para dokter berdatangan dari
seluruh dunia untuk mempelajari metodenya.Mereka sangat terkesan dengan kelemahlembutan dan
keahliannya di bidang anatomi. Mereka mendengar sendiri nilai sebuah stetoskop pada saat ia mengajari mereka suara/bunyi yang harus mereka dengar.

Sama seperti pendahulunya, Hermonn Boerhoove ia memakai bahasa Latin di kelasnya sehingga seluruh bangsa Eropa bisa memahaminya. Metodenya adalah mengambil status pasien (patient's history), memeriksa pasien, mengizinkan para calon dokter memeriksa pasien, mendiskusikan hasil penemuan mereka, menentukan bentuk pengobaton, dan jika pasien meninggal, melakukan autopsi. Metode ini akhirnya ditiru secara luas. Tetapi "obat salep" kesuksesannya bukan tanpa "lalat". la menjadi fokus serangan rasa iri hati. Walaupun ia meresponinya dengan jelas dan humor yong baik, serangan-serangan terhadap nama baiknya ini sangat melukai hatinya. Sebuah kampanye fitnah menuntunnya memasuki kehidupan pernikahan. Dalam memudahkan kehidupan rumah tangganya, Laennec mempekerjakan seorang pembantu, seorong godis Kotolik berusia paruh baya dan soleh. Para tetangganya mempergunjingkannya. Para musuhnya menuduhnya tidak bermoral. Untuk menutup mulut mereka dan mengembalikon nama baik wanita tersebut, ia menikahi wanita tersebut dan merasa bahagia. Kebahagiannya hanya bertahan selama dua tahun. Tahun 1826 ia terlalu sakit untuk terus bekerja dan akhirnya harus pergi ke daerah pedesaan lagi untuk istirahat. la meninggal enam minggu kemudian setelah ia kembali ke Brenton, sambil melepaskan cincin dari jari-jarinya sesaat sebelum kematiannya (ia menjelaskan) untuk memberi kesempatan kepada siapo saja untuk tugas yang tidak menyenangkan. la mengucapkan selamat tinggal kepada dunia ini dengan sedikit lebih kaya dari pada waktu ia memasukinya. Laennec memberikan kepada dunia ini sebuah peralatan yang canggih untuk mendiagnosis, dan pengamatannya yang praktis menuniukkan bagaimana peralatan baru ini mungkin dipergunakan. Dengan penemuannya terbitlah suatu era baru dalam bidang diagnosis fisik.


Sumber: Doctors Who Follow Christ - Dan Groves (dalam Samaritan),
diterjemahkan oleh lr. Nora D. Jacob.

Tidak ada komentar:

Copyright 2007, Pelayanan Medis Nasional (PMdN) Perkantas

Jl. Pintu Air Raya 7, Komplek Mitra Pintu Air Blok C-5, Jakarta Pusat
Telp. (021) 3522923, 3442463-4 Fax (021) 3522170
Twitter/IG : @MedisPerkantas
Download Majalah Samaritan Versi Digital : https://issuu.com/samaritanmag