Sebab kepada yang seorang Roh memberikan ....karunia untuk menyembuhkan
(1 Korintus 12 : 8-9)
Sejarah bergantung pada
peristiwa-peristiwa. Tak terkecuali sejarah dunia kedokteran. Saat lnggris
berada pada masa perang, keluarga Sydenham bukan hanya sebuah keluarga yang
terkemuka tetapi iuga kaum puritan yang dengan raiin berpegang teguh pada peraturan-peraturan
tata susila. Thomas Sydenham (1624 - 1689), sama seperti saudara -saudara laki-
lakinya, ikut berperang. Selama peperangan itu suatu peristiwa terjadi, yang
mengubah sejarah kedokteran. Di suatu saat yang dramatis, seorang Royalis (pengikut
kerajaan lnggris) yang mabuk memasuki ruang tidur Thomas dan menodongkan pistol
di dadanya. Senjata itu meletus dengan letusan yang kuat dan Thomas tidak
terluka. Keberuntungan bagi dunia ilmu kedokteran, karena rupanya si pembunuh
mabuk pada saat itu secara tidak sengaja menggerakkan tangan kirinya ke depan
senjatanya dan letusan itupun menghancurkan tangannya sendiri dari pada
mengenai jantung Thomas.
Thomas Sydenham
pun terluput dari kematian dan kemudian hari menjadi "Hippocrates Bangsa
lnggris". Ia mencapai puncak karirnya di masa-masa tidak sfabil. Ia baru saja
masuk ke Magdalen Hall pada tahun 1642,
mungkin bermaksud unluk mempelajari ilmu kedokteran ketika perang meletus antara
Palemen dan raja. Pendidikan Sydenham menjadi kacau. Setidaknya dua kali ia masuk
dan keluar dari dinas militer tersebut. Satu kali ia ditinggal dalam keadaan hampir
mati di medan perang. Dalam petisinya ia menulis, bahwa ia harus mencucurkan darah
yang banyak untuk memperoleh bayaran kembali terhadap hutang kepada saudaranya yang
terbunuh di medan perang. Dalam Exeter 1 643 ia ditangkap kaum Royalis dan
dipenjarakan selama sembilan bulan. la sangat memusuhi kaum Royalis ini, tidak
hanya karena salah seorang dari mereka pernah hampir membunuhnya, tetapi juga pimpinan
Royalis membunuh ibunya secara biadab pada tahun berikutnya.
Pulang ke rumah
setelah perang untuk pertama kali, Thomas bertemu dengan Dr. Thomas Coxe yong
merawat salah satu saudara laki-lakinya yang terluka pada saat perang. Coxe
menyarankan dan mendorongnya untuk belajar kedokteran. Thomas setuju meskipun tanpa
semangat dan kembali ke Magdalene Hall tahun 1647. Studinya sama sekali tidak berjalan
mulus sebelum akhirnya ia lulus dalam bidang kedokteran karena perintah dari Earl
of Pembroke pada tahun I 948. Standar pendidikan kedokteran begitu rendah sehingga
perintah seorang Earl bisa menghasilkan seorang dokter yang tanpa pengetahuan
dan ketrampilan medis. Dalam hal ini berarti Sydenham bisa menjadi dokter militer.
la tinggal di universitas selama beberapa tahun lagi, tahun-tahun yang diselingi
oleh tugas kemiliterannya yang kedua, sebelum mengambil praktek kedokteran di
London. Oleh karena belajar yang sporadis, ia tidak bergaul banyak dengan pengetahuan
medis yang tua dan tidak akurat yang terdapat dalam buku-buku pada waktu itu.
Keadaan ini melindunginya dari banyak kesalahan dan memaksanya untuk mengandalkan
pengamatan dan kecerdasannya, yang kurang lebih sama artinya dengan pengembangan
ilmu kedokteran.
Tahun 1655, sang
mahasiswa yang penuh harapan ini mulai praktek sendiri dan menikah dengan modal
600 poundsterling yang dipinjamkan parlemen untuk "membayar utang" karena
saudaranya yang meninggal di medan perang. Ia sempat berusaha terpilih untuk
duduk di parlemen. Gagal dengan upayanya tersebut, ia menerima pekerjaan yan
disebut “comptroller of the pipe” yang memudahkannya dalam hal keuangan, yang
mencukupinya untuk melanjutkan studi kedokteran secara serius. Ia mengadakan
perjalanan ke Montpellier, Perancis untuk mengikuti kelas-kelas kedokteran.
Usahanya ini mengantarnya memperoleh suatu penghargaan dari Royal College of
Physician di tahun 1663, walaupun dia sendiri belum menjadi dokter sepenuhnya
hingga tahun 1676.
Namun jauh
sebelum diakui itu, kejeniusannya membawanya menjadi termasyhur. Selama musim
wabah di tahun 1665 Sydenham menulis dan mempublikasikan bukunya yang pertama
berjudul Methous Curandi Ferbes, sebuah buku yang sangat berpengaruh. Di masa
itu lusinan penyakit terjadi dikarenakan ooleh satu nama yaitu “fever”.
Sydenham dengan pengamatannya yang teliti mampu membedakan macam dan rinci
penyakit-penyakit tersebut.. “Dalam menulis…sejarah alamiah penyakit, maka
setiap hipotesis filosofis harus dikesampingkan dan manifestasi serta gejala
harus dicatat dengan tingkat keakuratan sepenuhnya”. Ia menekankan bahwa
“gejala yang ganjil dan konstan” umum bagi penyakit yang sama, tidak peduli
pada siapa itu ditemukan. Dari pada menganggap penyakit adalah suatu
ketidakseimbangan dari satu “humors” seseorang, ia mulai mencari dan menggambarkan
sejarah alamiah dari penyakit. Penyakit mungkin menyerang kelemahan seseorang
tetapi pada akhirnya dokter harus memerangi setiap penyakit dengan metode yang
tepat untuk itu. Meskipun manusia punya respon yang berbeda terhadap penyakit,
namun sesungguhnya penyakit-penyakit tersebut jelas berbeda.
Cukup banyak
dokter yang merasakan pengaruh dibalik pendekatan baru Sydenham yang
mendominasi metode kedokteran di abad ke 18, antara lain Hermann Boerhaave
(1668-1738), seorang dokter Belanda yang termasyur yang senantiasa mengangkat
topi setiap kali mendengar nama Sydenham disebut. Deskripsi Sydenham yang jelas
mengenai sejumlah penyakit dengan cepat dapat diterima oleh sejawatnya di
Eropa, kecuali saingannya di Inggris. Semakin bertambah jumlah dokter yang
menyumbangkan deskripsi yang pasti mengenai penyakit yang spesifik. Pada saat
seorang dokter datang ke tempat tidur pasien, maka ia mengupayakan dan terutama
membuat diagnose. Ini akhirnya menjadi suatu standard dalam praktek kedokteran.
Sampai pada akhir
masanya Sydenham senantiasa menjadi orang yang praktis ketimbang teoritis.
Sepertinya ia tidak sepenuhnya menyadari imolikasi dari penemuan-penemuannya.
Misalnya, ia tidak sepenuhnya meninggalkan pandangan Hippocratic bahwa penyakit
disebabkan oleh humors, sebuah teori yang “diledakkan” oleh Johannes Baptista
van Helmont (1579-1644). Bagi Sydenham hasil lebih berarti dari pada teori
sehingga ia memegang teori-teori Yunani kuno ini dan juga miliknya sendiri
tanpa merasa ada kontradiksi
diantaranya.
Thomas Willis
(1621-1675), seorang kontemporer yang hampir sama dalam beberapa hal lebih
ilmiah dalam pendekatannya terhadap masalah medikl. Ia sedikit lebih maju dari
Hippocrates dibandingkan dengan Sydenham, tetapi pengamatan Sydenham yang
teliti memberikan penelitiannya terhadap demam ini lebih awet dari pada
penelitian Wilis. Terhadap hasil penelitian Sydenham ini kita berhutang,
teruta,a, pengenalan akan pil kina dan laudanum dalam ilmu farmakologi Inggris.
Istirahat di tempat tidur, udara segar, puasa (diet) merupakan perawatan yang
umum dianjurkan untuk purging, bloodletting atau steam cures.
Diantara
teman-teman dekat Sydenham terdapat seorang yang baik hati seperti Robert Boyle
(1627-1691) dan filsuf John Locke (1632-1704). Kepada kedua temannya ini ia
menulis suatu deskripsi yang hidup mengenai kalkulus (batu-batu) dan encok yang
sangat dideritanya. Sama seperti kedua temannya ini, Sydenham juga seorang
Kristen, dan nampaknya ia mengajarkan implikasi medisnya dari inkarnasi.
Selembar dokumen menggambarkan pandangannya. Kristus, dengan menjadi manusia
menunjukkan betapa bernilainya tubuh manusia, pikirnya, oleh karena itu dunia
kedokteran, dengan menyembuhkan manusia, yang serupa dengan Kristus, bisa dan
harus melayani kemuliaan Allah. Ia mengingatkan para dokter bahwa mereka juga
bersifat tidak kekal dan akan mempertanggungjawabkan profesi medis mereka pada
saat penghakiman terakhir.
Jejak
kesalahannya yang nampak merupakan suatu ledakan kepahitan terhadap para
musuhnya. Melawan kelemahan ini, ia menyeimbangkan perhatiannya yang sejati
terhadap para pasiennya dengan mengunjungi mereka secara pribadi, terkadang
ditemani Boyle atau Locke. Ia memberikan bantuan medis yang nyata bagi kaum
miskin, sesekali ia meminjamkan kudanya untuk pasien yang butuh menunggang kuda
untuk kesehatannya. Ia seorang saleh yang menganut ajaran puritan dengan kuat.
Dengan teladan Kristus di hadapannya ia mencari dengan sungguh-sungguh dan
hati-hati untuk membuat kehidupan sesamanya lebih baik.
Sejarah
bergantung pada peristiwa-peristiwa. Kita diberkati dengan luputnya Sydenham
dari peristiwa penembakan semasa perang saat itu.
Sumber :
Graves D., dalam
Smaritan Edisi 3 Tahun 2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar