Apakah untungnya bagi-Mu mengadakan penindasan, membuang hasil jerih payah tangan-Mu, sedangkan Engkau mendukung rancangan orang fasik? - Ayub 10:3
Berbeda dengan Yakub dan Yeremia, dalam penderitaannya Ayub protes kepada Tuhan. "Tetapi sekarang, Ia telah membuat aku lelah dan menceraiberaikan segenap rumah tanggaku" (Ayub 16:7)
20 tahun yang lalu, aku berada di Inggris bersama keluargaku untuk cuti. Telepon berdering. Pimpinan lembaga misi kami mengabarkan pagi itu ada kecelakaan lalu lintas yang mengerikan di dekat rumah sakit misi kami di Thailand, dan 12 orang yang meninggal dalam kecelakaan itu adalah kawan-kawan dekat kami. Keesokan paginya aku terbang ke Bangkok. Dalam kepenatan dan penderitaan mental yang amat sangat aku berkata, "Tuhan, Kau telah melakukan kesalahan. Engkau telah membunuh 12 orang yang baik : dokter, ahli bedah, istri-istri dan anak yang terkasih. Apa yang aku lakukan di dalam pesawat ini, terbang menuju kengerian dan kehilangan yang disebabkan oleh-Mu?"
Bila mengingat perkataanku itu, aku pikir seharusnya Tuhan langsung menghukumku. Tidak ada seorang pun yang pernah mengatakan kita boleh berbicara seperti itu kepada Tuhan saat kita mengalami malapetaka. Herannya, ketika pesawat mendarat aku sangat merasakan kehadiran Tuhan. Aku tidak pernah tahu mengapa kecelakaan yang mengerikan itu harus terjadi, tapi entah kenapa, aku jadi siap menerima kenyataan tidak tahu jawabannya.
Dua minggu berikutnya suasana sungguh menggentarkan. Bersama sanak-saudara yang kehilangan aku menangis dan berpelukan. Aku menyaksikan kamar mayat rumah sakit penuh dengan peti mati yang dibuat tergesa-gesa. Di sisi kuburan yang besar di Bangkokaku berbicara pada kebaktian-kebaktian penghiburan. Namun, di sepanjang waktu itu aku sangat merasakan bahwa Ia hadis dan semua yang terjadi tidaklah di luar kontrol-Nya.
Tuhan membuktikan Ayub tidak bersalah, tapi para "penghiburnya" bersalah, karena mereka tidak berbicara jujur. Jika dalam iman kepada Tuhan Yesus, Tuhan adalah teman terbaik anda, bicaralah dengan jujur kepada Dia, khususnya saat kesusahan melanda. Anda akan merasakan kehadiranNya dengan dan dengan bersandar kepada Dia, anda akan menerima damai sejahtera dan berkat-Nya.
Baca : Ayub 19:21-37; 42:1-6
Tidak ada komentar:
Posting Komentar