Aku, TUHAN, tidak berubah. - Maleakhi 3:6
Baru-baru ini aku membaca ulang sebuah buku lama berjudul The Indian Mutiny (Pemberontakan Orang India). Aku pernah ke India beberapa kali untuk bekerja dalam waktu yang singkat, di sebuah rumah sakit Kristen. Aku segera menyadari bahwa banyak temanku orang India menganggap peristiwa-peristiwa yang dibahas dalam buku itu sebagai tahap dalam perang memperjuangkan kemerdekaan, bukan suatu pemberontakan! Betapa pandangan terhadap peristiwa-peristiwa dan pendapat-pendapat yang dipertahankan dengan tulus itu bisa berubah. Apa yang pernah dianggap masuk akal, sering akhirnya jadi jauh berbeda. Kekejian seperti perbudakan dan apartheid, pernah disanjung-sanjung di daerah tertentu, kini merupakan aib memalukan bagi keturunan para pendukungnya. Demikian juga halnya dalam perawatan kesehatan. Dulu terapi dianggap pengobatan alternatif, sekarang jadi kontraindikasi karena ternyata kurang sempurna, atau telah diganti dengan yang lebih baik.
Allah tidak berubah. Ia tidak perlu berubah karena sebagai pusat dari pengetahuan dan hikmat, kedaulatan dan pemerintahan-Nya sempurna sejak awal. Aku tidak tahu bagaimana Tuhan Yesus memandang "pemberontakan" di India itu. Namun, jelas Ia berpihak pada orang miskin yang tertindas. Kesetiaan Allah-lah yang membuat Alkitab sangat mempesona. Bahkan saat aku tidak bisa menjelaskan, atau tidak mengerti sama sekali tentang apa yang dikatakannya, Alkitab selalu menarik. Sayangnya, orang sering menafsirkan Alkitab untuk dicocokan dengan praduga mereka dan mengambil pernyataan-pernyataan mendukung, sambil dengan hati-hati menghindari atau menyingkirkan apapun yang bertentangan dengan praduga mereka. Jadi, adalah baik jika mahasiswa teologi yang pemberani, sesekali menentang pandangan-pandangan sesat yang dianggap mapan. Beberapa diantara mereka mungkin dipenjarakan dan dihukum mati karena melakukan itu.
Mari kita menghindari kecenderungan untuk mengkritik, dan segera membuka Alkitab, mencari kebenaran di dalamnya bagi diri kita. Lalu kita menceritakan dan menguji tafsiran-tafsirannya dengan sesama orang percaya. Mengapa tidak memulai hari ini juga, dengan membaca ulang pasal-pasal pembukaan Kitab Kejadian berikut uraiannya tentang karya Pencipta Yang Mahabijak itu?
Baca : Kejadian 1.
Disadur dari : Sumber Hidup Praktisi Medis 2002.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar