Kamis, 07 Juni 2018

STRESSBUSTER (Bagian 1)

        Ujian. Rata-rata 80 hingga 100 persen dari waktu dan kehidupan orang-orang di lingkungan kedokteran atau medis berada di seputar ujian: apakah itu ujian-ujian sekolah (semacam kuis mata kuliah), ujian pra klinik, BSc, dan kemudian ujian pasca kelulusan. Bagi para dokter, ujian-ujian merupakan gambaran dan penentuan masa depannya. Tentu saja bagi mereka -juga buat saya- kehidupan di seputar ujian ini penuh dengan tekanan (stress). 

        Apa ada yang dapat kita lakukan dalam hal ini? Saya ingin memberikan beberapa nasihat, didasarkan pada pengalaman pribadi dan hikmat Tuhan. Semoga ini berguna bagi Anda.


        Pertama, rencanakan revisi (perbaikan) Anda. Ketika di sekolah menengah saya bergabung dengan klub olah raga permainan rugby. Dalam permainan kami lebih bersemangat dan antusias daripada suara orang-orang yang menyoraki kami. Namun saya melihat sesuatu yang berbeda dengan tim lawan kami. Tim kami bermain sebagai individu-individu (15 orang). Sebaliknya tim lawan bermain sebagai satu tim. Tim kami melakukan permainan dengan cara kami masing-masing, seringkali malah mengabaikan kesempatan yang berharga. Sebaliknya tim lawan bermain dengan strategi. Setiap set, tim lawan mengetahui apa yang akan mereka lakukan. Mereka memiliki rencana permainan, dan mereka menang karena itu.

        Ketika ujian tiba, banyak di antara kita seperti tim rugby kami, kita cenderung mengabaikan kesempatan yang ada. Kita bekerja keras tetapi sebatas melakukan rencana jangka pendek saja, dan kalaupun melakukan rencana belajar jangka panjang, tidak realistik dalam arti sulit dilaksanakan. Jika kita ingin berhasil, kita perlu mengibah strategi belajar kita. Bagaimana caranya?

a) Kadar yang relatif dari subyek yang berbeda. Perubahan perlu dimulai ketika waktu yang kita miliki sudag memadai untuk mengcover semua materi (subyek) pelajaran yang akan diuji. Tetapi waktu yang dialokasikan untuk tiap materi sangat relatif, tergantung nilai kepentingannya. Materi yang berat seoerti Operasi memerlukan persiapan sekitar tiga minggu. Sedangkan materi yang lebih ringan seperti rhematology hanya perlu persiapan beberapa hari saja.
b) Mengantisipasi topik-topik. Soal-soal ujian memiliki topik-topik favorit yang digunakan untuk menguji pengetahuan dasar dan penerapannya dari para kandidat dokter. Porphyria dan congenital adrenal hyperplasia mungkin jarang kita temukan dalam kehidupan nyata, namun tidak demikian dalam soal-soal ujian. Jika memungkinkan (dan dianggap sah) carilah satu exp soal ujian yang lalu untuk Anda, ambil ide dasar dari berbagai pertanyaan yang diajukan tersebut. Kemudian, fokuskan perhatian Anda pada rencana perbaikan yang sedang Anda lakukan untuk kemudian digunakan pada waktu yang akan datang.
c) Tipe-tipe pertanyaan. Dari soal-soal ujian yang lama tadi, perhatikan seperti apa bentuk jawaban yang diinginkan oleh soal tersebut. Kemudian, Anda dapat menuliskan essay-nya dan mempersiapkan garis besar tema untuk mengantisipasi topik-topik yang akan diuji. Jika pertanyaannya meminta jawaban yang pendek, pelajarilah materi yang non-essay. Atau, lihatlah pada buku teks beberapa jawaban yang tidak Anda ketahui.
d) Kenali kepribadian Anda. Memahami kepribadian Anda akan menolong Anda di dalam merencanakan belajar Anda. Apakah Anda termasuk 'orang malam'? Jika demikian Anda harus meluangkan waktu Anda pada malam hari untuk belajar. Jika Anda tipe 'orang pagi' bangunlah lebih pagi untuk belajar sebelum pergi kuliah atau bertugas. Menggunakan pagi hari di akhir pekan mungkin dapat menolong Anda menggunakan waktu secara efektif.


        Kedua, rencanakan periode istirahat Anda. Ketika Allah menciptakan manusia Dia tidak menyuruh kita bekerja tujuh hari dalam seminggu. Dia menciptakan kita dengan 'keterbatasan' supaya kita memerlukan sedikitnya satu hari dalam seminggu untuk beristirahat, serta membangun relasi dengan Dia. Betapa menakjubkan! Allah ingin kita mengambil waktu yang cukup untuk beristirahat. Dia tidak ingin kita menggunakan seluruh waktu kita untuk bekerja siang dan malam. Ketika kita melanggar prinsip ini kita melanggar pula hakekat diri kita sebagai ciptaan-Nya. Kita jadi sangat lelah, mudah meledak, suka membantah, dan manja dalam relasi dengan orang-orang sekitar kita. Perintah Allah agar kita berhenti sejenak dari kesibukan kita bukan untuk membeatkan kita, melainkan supaya kita memiliki interaksi dengan Dia dan sesama.

        Pada abad pertama sesudah Masehi pemerintah Roma menganggap orang-orang Kristen (saat itu sebagai tawanan) pemalas, sebab mereka minta satu hari untuk istirahat. Banyak dari mereka yang dipaksa untuk bekerja pada majikan mereka. Tetapi kemudian pemerintahan Roma segera mengumumkan bahwa orang-orang Kristen itu diizinkan untuk istirahat satu hari dalam seminggu, karena ternyata mereka bisa bekerja lebih baik dalam enam hari daripada menggunakan tujuh hari kerja dalam seminggu.

        Jika kita mengambil waktu istirahat yang sepatutnyaa, kita akan melihat bahwa efisiensi pekerjaan kita akan meningkat daripada sebelumnya. Jika kita menyediakan waktu untuk rileks, memberi ruang untuk memikirkan kembali kehidupan kita dan menikmati relasi dengan sesama, maka kita akan lebih termotivasi untuk melakukan belajar pada waktunya. Dan akhirnya kita akan mampu melakukan pekerjaan dengan lebih baik daripada jika kita tidak menyediakan waktu untuk istirahat.

        Yesus sendiri perlu waktu untuk beristirahat. Dia sadar apa artinya bekerja keras, dan menjadi stres karenanya. Di dalam Injil kita kerap membaca Yesus pergi sendirian untuk berdiam diri dan mengambil tempat untuk beristirahat, berdoa dan memulihkan kekuatan (Matius 14:23, 26:36, Markus 1:35, Lukas 6:12). Melakukan misi di dunia ini dengan bekerja secara efisien sama pentingnya dengan memiliki waktu untuk beristirahat. Jika Yesus, Allah dan Pencipta alam semesta ini perlu beristirahat, begitu juga kita. Bagaimana beristirahat dengan tepat?

a) Miliki satu hari penuh untuk istirahat setiap minggunya. Setengah hari istirahat sudah baik, tapi idealnyaadalah sehari penuh karena memang sulit untuk menikmati waktu rileks pada saat break yang pendek. Mengambil periode istirahat yang panjang berarti Anda akan betul-betul 'lepas'. Umumnya, hari Minggu merupakan hari yang tepat untuk beristirahat dan menyediakan banyak waktu dengan Tuhan dan orang lain. Mungkin Anda sulit mengambil hari istirahat sehari penuh, terutama ketika kita merasa tertekan, tetapi saya yakin bahwa Allah memberi damai sejahtera dan kekuatan untuk memampukan kita bekerja lebih baik di minggu depannya.
b) Jadikan istirahat rutin (meski singkat), sebagai upah atas keberhasilan kita. Disiplin merupakan kepuasan yang tertunda, bukan tanpa kepuasan. Sangat berguna jika kita mengambil 15 menit break setiap satu jam kerja. Gunakan momen ini sebagai upah atas pekerjaan yang telah diselesaikan dengan baik, juga sebagai waktu untuk mengaso. Apa yang dapat kita lakukan? Berjalan-jalan, menikmati musik, membaca novel, dll.
c) Tetapkan batas yang pantas untuk break Anda. Jangan biarkan pekerjaan menyita waktu istirahat Anda. Hal itu mudah terjadi terutama jika kita tidak dapat menyelesaikan tugas-tugas sesuai deadline.jauh lebih baik jika dalam kesibukan tersebut Anda tinggalkan tugas itu sejenak dan kembali lagi setelah kondisi Anda segar. Juga, jangan sampai kepanikan menghentikan waktu break yang seharusnya Anda miliki. Kalau itu terjadi, inefisiensi pekerjaan Anda akan meningkat. Kepanikan menjelang ujian, akan menggoda kita untuk belajar lebih panjang dan meniadakan waktu istirahat kita. Padahal semakin lama kita belajar, kita akan lebih lelah, tertekan/stres, sehingga kualitas (hasil) belajar tidak seperti yang diharapkan. Jika Anda merasakan kekosongan pikiran (blanky) sampai 15 menit, itu berarti Anda harus segera berhenti sejenak.
d) Pada saat break, Anda harus benar-benar beristirahat. Waktu istirahat harus digunakan betul-betul untuk istirahat. Jangan gunakan waktu istirahat dengan melakukan hal-hal lain yang berpotensi membuat stres. Misalnya, melakukan persiapan sekolah minggu atau persiapan pelayanan kelompok kecil. Usahakan orang lain saja yang mengerjakannya selama Anda ujian. Di luar tugas-tugas belajar, lakukan kegiatan-kegiatan yang sifatnya rileks. Misalnya menyendiri, berolah raga, atau bersosialisasi dengan kawan-kawan Anda.
e) Sebaliknya, jangan biarkan waktu break yang singkat menjadi istirahat panjang. Untuk mencegah kita melakukan hal tersebut, ada nasihat yang baik dari Amsal 24:30-34. "Aku melalui ladang seorang pemalas dan kebun anggur orang yang tidak berakal budi. Lihatlah, semua itu ditumbuhi onak, tanahnya tertutup dengan jeruju, dan temboknya sudah roboh. Aku memandangnya, aku memperhatikannya, aku melihatnya dan menarik suatu pelajaran. "Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring," maka datanglah kemiskinan seperti seorang penyerbu, dan kekurangan seperti orang yang bersenjata."


Bagian 1-bersambung ke bagian 2..
_________________________________________________________
STRESSBUSTER oleh Jim Paul (Nucleus, April 1999)
Dalam Majalah Samaritan Edisi 1 Tahun 2000

Tidak ada komentar:

Copyright 2007, Pelayanan Medis Nasional (PMdN) Perkantas

Jl. Pintu Air Raya 7, Komplek Mitra Pintu Air Blok C-5, Jakarta Pusat
Telp. (021) 3522923, 3442463-4 Fax (021) 3522170
Twitter/IG : @MedisPerkantas
Download Majalah Samaritan Versi Digital : https://issuu.com/samaritanmag