Jangan Biarkan Waktu Berlalu Tanpa Kesan
Seseorang harus mempunyai rencana hidup, bila tidak maka ia sedang merencanakan kegagalan. Orang yang mempunyai rencana strategis dalam hidupnya, memiliki modal yang ampuh untuk mengoptimalkan hidupnya
Kalau kita berbicara mengenai life management, kita berbicara bagaimana kesempatan yang diberikan Allah dalam hidup ini dalam suatu batasan tertentu. Tidak sepanjang zaman kita ada di dunia ini. Kita memiliki batasan waktu. Tapi bagaimana mengelola hidup dengan baik? Apakah dengan mengembangkan potensi yang ada dan menggunakannya semaksimal mungkin agar menjadi berkat bagi masyarakat, merupakan bagian dari pengelolaan waktu yang baik?
Dalam firman Tuhan, Efesus 5:15-17 dikatakan: "Karena itu, perhatikanlah dengan seksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu, janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan". Apa yang dimaksudkan dengan hari-hari yang jahat? Jika kita tidak menggunakan kesempatan yang Allah berikan dalam hidup ini dengan baik, maka iblis yang akan menggunakannya sehingga hidup kita tidak efektif lagi. Waktu disini berarti kesempatan. Kesempatan yang Allah berikan bagi kita untuk membuat sesuatu yang berharga, yang besar, dalam pengabdian kita kepada Tuhan.
Saya tertarik dengan ayat 15 "Perhatikanlah dengan seksama bagaimana kamu hidup". Ya, bagaimana kita hidup? Apakah cara hidup kita sudah optimal, sudah efektif mengembangkan potensi yang ada pada kita? Atau kita hambur-hamburkan waktu, atau cuek saja, atau seperti mesin, atau berputar-putar pada diri sendiri? Firman Tuhan katakan, kita jangan seperti orang bebal, yang tidak tahu arah hidup ini, yang menjalani hidup ini tanpa arah. Hendaklah seperti orang arif, kata Firman Tuhan. Orang arif itu adalah orang bijak yang melihat hidupnya secara seksama, memperhatikan betul bagaimana tindak-tanduknya, bagaimana pekerjaannya, bagaimana kehidupan keluarganya. Dia tidak begitu saja membiarkan hidupnya.
Kita lihat lagi ayat 17 "Sebab itu, janganlah kamu bodoh.". Disini Allah inginkan kita mengerti apa keinginan-Nya atas hidup kita. Mungkin visi kita sudah mulai gelap, sudah mulai kabur, renungkanlah, maka Allah akan memberi terang lagi atas kita. Dalam Mazmur 103:15-18 dikatakan, bahwa hidup manusia itu hanya sekejab, ini hendaknya menjadi kesadaran untuk kita agar tidak membuang-buang waktu, untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan. Mungkin ada di antara kita yang sedang frustasi melihat situasi tidak menentu di Indonesia saat ini, sehingga kita mengatakan "wait and see" saja. Kalau kita hanya diam dan menunggu, kapan berbuat sesuatu? Menurut saya, lakukan sesuatu sekarang!
Lihat Roma 12:3-8, firman Tuhan ini dapat menjadi pegangan untuk kita. Rasul Paulus katakan: Allah mengaruniakan karunia yang berbeda-beda untuk kita. Ada yang menjadi dokter gigi, dokter umum, spesialis, dan sebagainya. Seperti saya, seorang insinyur. Tugas kita berbeda-beda, panggilan kita berbeda-beda, tapi Allah ingatkan agar kita konsentrasi pada apa yang Ia karuniakan. Allah menginvestasikan sesuatu dalam diri kita, suatu potensi. Fokuslah pada potensi itu sehingga menjadi tajam. Tidak usah melihat ke orang lain. Mungkin orang lain hebat di suatu bidang, kita tidak usah memaksa diri menjadi seperti orang itu. Jadilah diri sendiri sesuai dengan panggilan kita.
Rasul Paulus sering mengatakan di dalam hidup kita ada karunia, ada potensi yang berlainan sehingga setiap orang boleh bangga dengan keunikannya, tidak usah minder. Hidup kita adalah hidup yang unik dihadapan Tuhan. Dulu, saya sering diledek karena alis saya yang nyambung atau ada wanita yang meledek saya karena dandy, kayak orang tua karena sering pakai batik, ada rasa sebal, tapi begitu saya menghayati firman Tuhan perihal keunikan, saya bangga dengan segala sesuatu yang Tuhan karuniakan dalam hidup.
Apa pun yang ada dalam hidup Saudara, itu unik di mata Tuhan. Tidak ada seorang pun yang sama persis dengan orang lainnya. Jadi berbanggalah, bersyukurlah dengan kehidupan yang diberikan Tuhan. Biarkan orang melihat kita apa adanya, yang justru perlu kita pertanyakan, bagaimana pengaruh hidup kita pada orang lain.
Dalam Matius 25:14-30, Tuhan berbicara tentang talenta. Allah sudah menginvestasikan sesuatu dalam hidup kita, dan suatu saat Ia akan meminta pertanggungjawaban kita. Karena itu, kembangkanlah potensi yang ada pada kita. Allah memberikan kita penghargaan bukan pada besar kecilnya potensi yang kita kembangkan, tetapi sejauh mana kita mengembangkan, mengoptimalkan potensi yang ada pada kita. Tuhan ingin melihat bagaimana kita mengelola hidup ini.
Tahun berlalu dengan cepat, kita tiba-tiba sudah ada di tahun 2001. Ketika saya lihat umur saya sudah 45 tahun, rasanya cepat sekali. Kalau film, satu babak sudah lewat, tinggal paruh kedua. Saya sudah memasuki babak kedua. Berbahagialah yang muda-muda karena masih punya babak satu atau dua, tetapi jangan lewatkan kesempatan, kelolalah waktu sebaik-baiknya, jangan terbawa-bawa suasana di mana kita bisa kehilangan kesempatan. Tapi ingat, sekalipun kita menjadi pribadi yang unik, bukan berarti menjadi sombong. Sadarilah, dalam hidup ini ada kekuatan dan kelemahan. Makanya kita tetap harus awas terhadap kelemahan itu.
Dalam Filipi 3:11-12 Rasul Paulus katakan, ia tidak merasa dirinya sempurna, tapi ia mengejar kesempurnaan itul. Caranya? Ia melupakan apa yang dibelakang, dan mengarahkan dirinya pada apa yang di hadapannya, ia berlari-lari pada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan surgawi dari Allah dalam Kristus. Rasul Paulus melihat hidupnya dan ia tidak merasa puas, ini penting untuk kita. Jangan sampai kita menjadi sarjana, sudah merasa cukup. Menjadi dokter, punya warung, punya istri atau suami, dan puas, sudah berhenti. Sudah merasa capek untuk melakukan hal lain. Rasul Paulus tidak seperti itu, ia tetap semangat sampai titik darah penghabisan karena ia melihat ada hadiah yang Allah sediakan baginya. Dia terus arahkan hidupnya pada Tuhan, fokus pada panggilan Allah. Kalau kita hidup seperti itu, dapat melihat misi Tuhan dalam hidup kita, maka hidup kita akan efektif, tetap bersemangat, tetap fresh.
Kadangkala orang mengatakan saya sudah tua, tidak apa-apa. Umur mungkin sudah kepala 4, mungkin tenaga sudah tidak seperti yang dulu, tapi karena tahu panggilan Allah, hidup menjadi menarik untuk diisi dengan antusias. Suatu kali saya pernah mengikuti psikotes. Intinya saya diminta menggambar. Gambar saya jelek. Istri saya yang pintar menggambar. Dalam gambar itu diminta diberikan topik. Saya tulis "Live is beautiful". Tiba waktu wawancara, pewawancara itu bingung, mengapa saya tulis hidup itu indah, padahal banyak kesusahan dan sebagainya. Saya katakan, saya sedang berlari pada satu arah. Kata dia, dia ingin juga punya hidup seperti itu. Waw, dalam hati saya. Akhirnya saya yang bersaksi pada dia, padahal harusnya dia yang wawancara saya. Itu hanya karena saya katakan, hidup ini indah. Memang seperti itu. Hidup jangan dibuat ruwet walaupun sekeliling kita ruwet. Kita harus kelola hidup ini secara konsisten, dengan baik.
Praktisnya begini. Kita tanyakan terus, apa tujuan hidup kita. Barangkali ada yang mengatakan, bila tujuan seperti ini, terasa tidak ideal. Itu tidak apa-apa. Yang penting kita mempunyai arah hidup yang benar, tidak seperti orang bebal. Kedua, perhatikan aspek hidup kita supaya jangan ada yang terlantar. Jangan melihat hidup hanya separuh-separuh, tapi lihatlah secara holistik, secara komprehensif. Saya contohkan hidup saya dalam usia saya yang demikianm dan posisi saya yang sekarang. Aspek hidup saya yang saya perhatikan adalah: satu keluarga dengan satu istri dan dua anak dengan segala permasalahan. Ini yang menjadi aspek konsentrasi saya yang pertama. Yang kedua, konsentrasi pada pekerjaan, pada karir, bagaimana saya membuat masterpiece dalam profesi saya sebagai insinyur. Jadi, tidak selamanya saya melihat pada keluarga saya atau pada pekerjaan saya yang brengsek atau sebaliknya. Konsentrasi saya yang ketiga adalah pelayanan. Tuhan memanggil saya konsisten dalam pelayanan khususnya di kepemudaan, alumni atau mahasiswa.
Saya tekankan ketiga aspek ini dalam pikiran saya. Pelayanan, pekerjaan dan keluarga. Ketiganya harus saya kelola secara holistik, tidak konsentrasi pada satu aspek saja, sedangkan yang lain jadi kedodoran. Maka saya mengoptimalkan tenaga saya, uang saya, kemampuan saya, semuanya dalam ketiga aspek ini, supaya bisa berjalan secara bersamaan.
Dalam mengoptimalkan potensi, kita harus melihat juga batasan. Saya contohkan lagi diri saya. Umur saya 45, bolehkan saya punya cita-cita, umur saya sampai 70 tahun. Berarti target usia saya 25 tahun lagi. Untuk itu saya menjaga makanan saya, empat sehat, lima sempurna. Saya joging setiap hari supaya badan fit, tidur saya jaga, paling tidak enam jam. Saya ikuti semua nasehat dokter yang benar. Buku-buku kesehatan juga saya baca. Batasan fisik ini perlu kita ketahui. Bagaimana kita mau membuat masterpiece kalau akhirnya sakit-sakitan? Kita juga mesti atur irama pelayanan, supaya kita tidak melewati batasan fisik.
Seseorang harus mempunyai rencana hidup, bila tidak, maka ia sedang merencanakan kegagalan. Orang yang mempunyai rencana strategis dalam hidupnya, memiliki modal yang ampuh untuk mengoptimalkan hidupnya. Kalau merencanakan sesuatu dalam hidup, wawasannya jangan hanya sebulan atau setahun, tapi lima tahun kedepan. Mengapa orang sering merencanakan waktu lima tahun ke depan? Kalau baru setahun, manusia itu bisa berubah dan belum menghasilkan apa-apa. Dan kalau kita sudah punya target, baik dalam pelayanan, pekerjaan, keluarga, kita harus serius, termasuk mendoakannya. Fokus kita sungguh-sungguh pada pencapaian target itu. Bila kita menemukan kesulitan, berdoa, minta pertolongan Tuhan. Kita bisa lihat Nehemia. Ia satu contoh orang yang dapat menyelesaikan satu persoalan dimulai dengan doa. Ia implementasikan apa yang ia targetkan. Jika kita juga serius mengimplementasikan apa yang kita targetkan, Allah juga akan memberkati kita.
Kita tidak hanya merencanakan, mengimplementasikan, tapi juga harus melakukan evaluasi secara periodik. Kita harus punya waktu untuk retreat pribadi. Melihat ke belakang kembali, kegagalan apa yang kita alami. Kita belajar dari kegagalan itu supaya tidak terulang lagi. Dengan cara ini, kita dapat semakin bijak. Kita menjadi bisa membuat komitmen baru pada diri sendiri, bisa kembali lebih konsentrasi. Bila kita merasa bosan dalam hidup, cuek, dan sebagainya, artinya kita membutuhkan refreshing, membutuhkan pembaharuan dalam hidup.
Jangan sampai satu minggu berlalu, satu bulan berlalu, satu tahun berlalu, tanpa kesan. Jangan biarkan waktu dalam hidup kita berlalu tanpa kesan. Hidup ini pendek. Kita harus berjiwa besar bila belum bisa mencapai target kita. Minta hikmat dari Tuhan.
_____________________________________________________
(disarikan dari ceramah Rully Simanjuntak Life Management: How to optimalize your potency
pada acara retreat co ass pertengahan Juni 2002/LK/ICS)
Dalam Majalah Samaritan Edisi 4 Tahun 2002.
Kadangkala orang mengatakan saya sudah tua, tidak apa-apa. Umur mungkin sudah kepala 4, mungkin tenaga sudah tidak seperti yang dulu, tapi karena tahu panggilan Allah, hidup menjadi menarik untuk diisi dengan antusias. Suatu kali saya pernah mengikuti psikotes. Intinya saya diminta menggambar. Gambar saya jelek. Istri saya yang pintar menggambar. Dalam gambar itu diminta diberikan topik. Saya tulis "Live is beautiful". Tiba waktu wawancara, pewawancara itu bingung, mengapa saya tulis hidup itu indah, padahal banyak kesusahan dan sebagainya. Saya katakan, saya sedang berlari pada satu arah. Kata dia, dia ingin juga punya hidup seperti itu. Waw, dalam hati saya. Akhirnya saya yang bersaksi pada dia, padahal harusnya dia yang wawancara saya. Itu hanya karena saya katakan, hidup ini indah. Memang seperti itu. Hidup jangan dibuat ruwet walaupun sekeliling kita ruwet. Kita harus kelola hidup ini secara konsisten, dengan baik.
Praktisnya begini. Kita tanyakan terus, apa tujuan hidup kita. Barangkali ada yang mengatakan, bila tujuan seperti ini, terasa tidak ideal. Itu tidak apa-apa. Yang penting kita mempunyai arah hidup yang benar, tidak seperti orang bebal. Kedua, perhatikan aspek hidup kita supaya jangan ada yang terlantar. Jangan melihat hidup hanya separuh-separuh, tapi lihatlah secara holistik, secara komprehensif. Saya contohkan hidup saya dalam usia saya yang demikianm dan posisi saya yang sekarang. Aspek hidup saya yang saya perhatikan adalah: satu keluarga dengan satu istri dan dua anak dengan segala permasalahan. Ini yang menjadi aspek konsentrasi saya yang pertama. Yang kedua, konsentrasi pada pekerjaan, pada karir, bagaimana saya membuat masterpiece dalam profesi saya sebagai insinyur. Jadi, tidak selamanya saya melihat pada keluarga saya atau pada pekerjaan saya yang brengsek atau sebaliknya. Konsentrasi saya yang ketiga adalah pelayanan. Tuhan memanggil saya konsisten dalam pelayanan khususnya di kepemudaan, alumni atau mahasiswa.
Saya tekankan ketiga aspek ini dalam pikiran saya. Pelayanan, pekerjaan dan keluarga. Ketiganya harus saya kelola secara holistik, tidak konsentrasi pada satu aspek saja, sedangkan yang lain jadi kedodoran. Maka saya mengoptimalkan tenaga saya, uang saya, kemampuan saya, semuanya dalam ketiga aspek ini, supaya bisa berjalan secara bersamaan.
Dalam mengoptimalkan potensi, kita harus melihat juga batasan. Saya contohkan lagi diri saya. Umur saya 45, bolehkan saya punya cita-cita, umur saya sampai 70 tahun. Berarti target usia saya 25 tahun lagi. Untuk itu saya menjaga makanan saya, empat sehat, lima sempurna. Saya joging setiap hari supaya badan fit, tidur saya jaga, paling tidak enam jam. Saya ikuti semua nasehat dokter yang benar. Buku-buku kesehatan juga saya baca. Batasan fisik ini perlu kita ketahui. Bagaimana kita mau membuat masterpiece kalau akhirnya sakit-sakitan? Kita juga mesti atur irama pelayanan, supaya kita tidak melewati batasan fisik.
Seseorang harus mempunyai rencana hidup, bila tidak, maka ia sedang merencanakan kegagalan. Orang yang mempunyai rencana strategis dalam hidupnya, memiliki modal yang ampuh untuk mengoptimalkan hidupnya. Kalau merencanakan sesuatu dalam hidup, wawasannya jangan hanya sebulan atau setahun, tapi lima tahun kedepan. Mengapa orang sering merencanakan waktu lima tahun ke depan? Kalau baru setahun, manusia itu bisa berubah dan belum menghasilkan apa-apa. Dan kalau kita sudah punya target, baik dalam pelayanan, pekerjaan, keluarga, kita harus serius, termasuk mendoakannya. Fokus kita sungguh-sungguh pada pencapaian target itu. Bila kita menemukan kesulitan, berdoa, minta pertolongan Tuhan. Kita bisa lihat Nehemia. Ia satu contoh orang yang dapat menyelesaikan satu persoalan dimulai dengan doa. Ia implementasikan apa yang ia targetkan. Jika kita juga serius mengimplementasikan apa yang kita targetkan, Allah juga akan memberkati kita.
Kita tidak hanya merencanakan, mengimplementasikan, tapi juga harus melakukan evaluasi secara periodik. Kita harus punya waktu untuk retreat pribadi. Melihat ke belakang kembali, kegagalan apa yang kita alami. Kita belajar dari kegagalan itu supaya tidak terulang lagi. Dengan cara ini, kita dapat semakin bijak. Kita menjadi bisa membuat komitmen baru pada diri sendiri, bisa kembali lebih konsentrasi. Bila kita merasa bosan dalam hidup, cuek, dan sebagainya, artinya kita membutuhkan refreshing, membutuhkan pembaharuan dalam hidup.
Jangan sampai satu minggu berlalu, satu bulan berlalu, satu tahun berlalu, tanpa kesan. Jangan biarkan waktu dalam hidup kita berlalu tanpa kesan. Hidup ini pendek. Kita harus berjiwa besar bila belum bisa mencapai target kita. Minta hikmat dari Tuhan.
_____________________________________________________
(disarikan dari ceramah Rully Simanjuntak Life Management: How to optimalize your potency
pada acara retreat co ass pertengahan Juni 2002/LK/ICS)
Dalam Majalah Samaritan Edisi 4 Tahun 2002.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar