Kita sudah punya perencanaan hidup, kita juga ingin hidup berkualitas, tapi dalam pelaksanaannya ada benturan-benturan, yang membuat perencanaan itu hanya berhasil 30%, misalnya. Dalam kondisi seperti ini apa yang harus kita buat?
Dalam membuat perencanaan kadangkala kita terlalu ambisius, mengawang-awang di udara. Kalau dalam evaluasi ternyata kita tidak mencapai target, bukan di situ masalahnya. Bukan soal mencapai target atau tidak, tapi pelajaran apa yang kita dapatkan dari kegagalan kita? Firman Tuhan katakan, bila orang percaya jatuh, ia tidak akan sampai tergeletak, tapi akan bangun lagi. Apa kita mampu mendapat pelajaran dari kegagalan kita? Bila iya, maka kita akan mampu membuat rencana berikutnya dengan hikmat yang lebih realistis. Biasanya kalau saya mendapat pelajaran dari kegagalan, saya tulis, lalu saya sampaikan ke Tuhan, "Ini kegagalan saya". Yang perlu kita tahu juga adalah, bagaimana membuat perencanaan dalam keadaan yang tidak pasti. Misal, kita masih menunggu ujian negara, menunggu panggilan PTT, buatlah rencana strategis. Dalam rencana strategis ini, selalu ada yang namanya rencana emergency. Makanya kita buat rencana A dan rencana B. Artinya, harus ada rencana utama, tapi kalau kemudian rencana itu tidak dapat diimplementasikan, lakukan rencana B. Jangan tunggu dan melihat saja. Mungkin Saudara dapat melakukan studi lanjutan, atau kursus yang akan memperlengkapi Saudara. Sebelum rencana itu dapat dijalankan, isi dengan kegiatan yang masih dalam konteks misi yang kita pikirkan.
Tuhan banyak berbicara tentang tujuan hidup kita sebagai orang Kristen. Kita arahkan terus pada apa yang saya sebut JOY. J itu Jesus, O itu others, dan Y itu yourself. Joy itu juga berarti sukacita. Itulah yang menjadi pegangan rasul Paulus. Dalam hidupnya ia punya misi, pengabdian kepada Yesus. Jadi, sekalipun ia bekerja ia menjadikan pekerjaannya sebagai kesaksian bagi nama Yesus.
Yang juga harus kita rencanakan dalam hidup adalah apa yang bisa kita buat untuk orang lain, untuk masyarakat, untuk bangsa dan negara ini. Berbahagialah Saudara karena menjadi seorang dokter, karena Saudara begitu dekat dengan masyarakat, hidupmu dapat berguna bagi orang lain. Ini yang dimaksud dengan O, others.
Sekarang Y, yourself. Tujuan Tuhan juga memberi kita talenta, agar kita dapat mengembangkan diri menjadi seperti Yesus. Arahkanlah hidup pada ketiga poin ini: Membawa nama Kristus, berkarya untuk orang lain, dan kembangkanlah potensi diri. Tuhan yang mempunyai rencana seperti itu untuk kita menjadi sukacita.
Tapi bagaimana bila terjadi hal-hal yang di luar rencana kita, dan hal tersebut justru merusak rencana yang sudah kita buat?
Hidup ini memang banyak uncertain-nya, tapi kalau hiupnya terlalu banyak gangguan, perlu dipertanyakan apa yang salah dalam rencananya. Kalau sebuah rencana lebih banyak gangguannya daripada realisasinya, berarti rencana tersebut kurang memperhitungkan situasi dan kondisi yang ada. Kita kurang belajar berhikmat seperti Nehemia yang membuat perencanaan dengan melihat batasan situasi dan kondisinya. Dalam membuat perencanaan kita seharusnya tahu ada keadaan darurat yang bisa masuk. Kita harus terbuka akan hal ini.
Seperti sudah saya katakan, dalam membuat perencanaan kita buat rentang waktu lima tahun ke depan. Saya maju terus untuk rentang waktu lima tahun. Bila dalam evaluasi setahun ternyata ada gangguan-gangguan, rencana yang ada kita geser. Misalnya, saya punya rencana studi lanjut, sudah saya doakan, tapi ternyata sponsornya berhenti, ya rencananya saya revisi lagi. Tapi gangguan pada rencana jangan lebih dari 50%, kalau lebih dari itu, pasti ada sesuatu yang salah. Itu saja.
Begitu berhargakah mengelola hidup?
Bila kepada Anda dikatakan, bahwa kesempatan Anda hidup hanya tinggal satu hari lagi, apa yang ingin Anda lakukan? Mungkin ada yang langsung mengamankan uangnya di bank, atau membuat wasiat. Ada yang langsung sembahyang berjam-jam. Orang jadi bingung karena ternyata masih banyak yang mau dilakukan. Berapa banyak orang akan kebingungan dengan situasi seperti ini karena ia tidak tahu hal yang menjadi prioritas dalam hidup? Ia jalani hidup tanpa mengetahui mana yang prioritas, seakan dia bagian dari dunia ini yang berputar setiap harinya, bukan dia yang menentukan ke mana dia harus hidup. Ada banyak orang di dunia ini yang hidupnya diatur justru oleh situasi di luar dirinya. Dia tidak menentukan dirinya sendiri, tapi terbawa atau dibawa oleh orang lain. Hanya sedikit orang yang hidupnya diatur atau ditentukan oleh dirinya sendiri, biasanya ini adalah para pemimpin atau orang yang berpengaruh di dunia. Dia tahu kemana di pergi, dia tahu apa yang menjadi prioritas, dia tahu sasaran hidupnya. Dia hidup dalam satu lingkungan, tapi dia menjadi trendsetter ketimbang trendfollower. Dia bukan mengikuti orang, tapi dia yang mempengaruhi orang. Kenyakan orang, meskipun ia seorang sarjana, ia hanya mengikuti sesuatu.
Jika kita ingin menjadi dokter Kristen yang profesional, kita bukan menjadi trendfollower, tapi trendsetter. Bangsa ini mau terpuruk atau tidak tergantung kita, apakah mau berperang atau tidak, kita yang menentukan arahnya. Kita yang menentukan arah hidup kita dengan pimpinan Roh Kudus, kita berpegang pada firman Tuhan. Kita bukan mengikuti dunia, tapi mempengaruhi dunia.
Kembali pada pertanyaan, apa yang sebaiknya kita lakukan dalam usia yang tinggal satu jam atau satu minggu lagi? Kalau kita memang sudah mempunyai rencana strategis, kita tidak akan kebingungan. Saya akan tulis apa yang sudah saya lakukan, dan mengucap syukur kepada Tuhan. Seperti Rasul Paulus tulis dalam II Timotius 4. Ia mengatakan sudah tiba waktunya kuakhiri hidupku, saya sudah tahu hari depanku, saya sudah di garis finish. Kita pun tinggal mengatakan demikian, Kau tahu apa yang telah kuperbuat, terima kasih untuk kesempatan yang sudah Kau berikan. Biar Tuhan yang menilaiku.
Kalau kita memang sudah melakukan sesuatu yang berarti dalam hidup, jangankan satu hari, satu jam pun bila Tuhan panggil, kita hanya mengucap syukur saja. Rasul Paulus tidak menganggap kematian sesuatu yang menyeramkan, tapi terminal untuk memasuki kehidupan yang indah.
_____________________________________________________
Sesi tanya-jawab Rully Simanjuntak dengan peserta retreat co ass pertengahan Juni 2002/LK/ICS
Dalam Majalah Samaritan Edisi 4 Tahun 2002
Yang juga harus kita rencanakan dalam hidup adalah apa yang bisa kita buat untuk orang lain, untuk masyarakat, untuk bangsa dan negara ini. Berbahagialah Saudara karena menjadi seorang dokter, karena Saudara begitu dekat dengan masyarakat, hidupmu dapat berguna bagi orang lain. Ini yang dimaksud dengan O, others.
Sekarang Y, yourself. Tujuan Tuhan juga memberi kita talenta, agar kita dapat mengembangkan diri menjadi seperti Yesus. Arahkanlah hidup pada ketiga poin ini: Membawa nama Kristus, berkarya untuk orang lain, dan kembangkanlah potensi diri. Tuhan yang mempunyai rencana seperti itu untuk kita menjadi sukacita.
Tapi bagaimana bila terjadi hal-hal yang di luar rencana kita, dan hal tersebut justru merusak rencana yang sudah kita buat?
Hidup ini memang banyak uncertain-nya, tapi kalau hiupnya terlalu banyak gangguan, perlu dipertanyakan apa yang salah dalam rencananya. Kalau sebuah rencana lebih banyak gangguannya daripada realisasinya, berarti rencana tersebut kurang memperhitungkan situasi dan kondisi yang ada. Kita kurang belajar berhikmat seperti Nehemia yang membuat perencanaan dengan melihat batasan situasi dan kondisinya. Dalam membuat perencanaan kita seharusnya tahu ada keadaan darurat yang bisa masuk. Kita harus terbuka akan hal ini.
Seperti sudah saya katakan, dalam membuat perencanaan kita buat rentang waktu lima tahun ke depan. Saya maju terus untuk rentang waktu lima tahun. Bila dalam evaluasi setahun ternyata ada gangguan-gangguan, rencana yang ada kita geser. Misalnya, saya punya rencana studi lanjut, sudah saya doakan, tapi ternyata sponsornya berhenti, ya rencananya saya revisi lagi. Tapi gangguan pada rencana jangan lebih dari 50%, kalau lebih dari itu, pasti ada sesuatu yang salah. Itu saja.
Begitu berhargakah mengelola hidup?
Bila kepada Anda dikatakan, bahwa kesempatan Anda hidup hanya tinggal satu hari lagi, apa yang ingin Anda lakukan? Mungkin ada yang langsung mengamankan uangnya di bank, atau membuat wasiat. Ada yang langsung sembahyang berjam-jam. Orang jadi bingung karena ternyata masih banyak yang mau dilakukan. Berapa banyak orang akan kebingungan dengan situasi seperti ini karena ia tidak tahu hal yang menjadi prioritas dalam hidup? Ia jalani hidup tanpa mengetahui mana yang prioritas, seakan dia bagian dari dunia ini yang berputar setiap harinya, bukan dia yang menentukan ke mana dia harus hidup. Ada banyak orang di dunia ini yang hidupnya diatur justru oleh situasi di luar dirinya. Dia tidak menentukan dirinya sendiri, tapi terbawa atau dibawa oleh orang lain. Hanya sedikit orang yang hidupnya diatur atau ditentukan oleh dirinya sendiri, biasanya ini adalah para pemimpin atau orang yang berpengaruh di dunia. Dia tahu kemana di pergi, dia tahu apa yang menjadi prioritas, dia tahu sasaran hidupnya. Dia hidup dalam satu lingkungan, tapi dia menjadi trendsetter ketimbang trendfollower. Dia bukan mengikuti orang, tapi dia yang mempengaruhi orang. Kenyakan orang, meskipun ia seorang sarjana, ia hanya mengikuti sesuatu.
Jika kita ingin menjadi dokter Kristen yang profesional, kita bukan menjadi trendfollower, tapi trendsetter. Bangsa ini mau terpuruk atau tidak tergantung kita, apakah mau berperang atau tidak, kita yang menentukan arahnya. Kita yang menentukan arah hidup kita dengan pimpinan Roh Kudus, kita berpegang pada firman Tuhan. Kita bukan mengikuti dunia, tapi mempengaruhi dunia.
Kembali pada pertanyaan, apa yang sebaiknya kita lakukan dalam usia yang tinggal satu jam atau satu minggu lagi? Kalau kita memang sudah mempunyai rencana strategis, kita tidak akan kebingungan. Saya akan tulis apa yang sudah saya lakukan, dan mengucap syukur kepada Tuhan. Seperti Rasul Paulus tulis dalam II Timotius 4. Ia mengatakan sudah tiba waktunya kuakhiri hidupku, saya sudah tahu hari depanku, saya sudah di garis finish. Kita pun tinggal mengatakan demikian, Kau tahu apa yang telah kuperbuat, terima kasih untuk kesempatan yang sudah Kau berikan. Biar Tuhan yang menilaiku.
Kalau kita memang sudah melakukan sesuatu yang berarti dalam hidup, jangankan satu hari, satu jam pun bila Tuhan panggil, kita hanya mengucap syukur saja. Rasul Paulus tidak menganggap kematian sesuatu yang menyeramkan, tapi terminal untuk memasuki kehidupan yang indah.
_____________________________________________________
Sesi tanya-jawab Rully Simanjuntak dengan peserta retreat co ass pertengahan Juni 2002/LK/ICS
Dalam Majalah Samaritan Edisi 4 Tahun 2002
Tidak ada komentar:
Posting Komentar