FAK-FAK--MIOL: Hasrat Erina Natania, 29, menjadi dokter spesialis pupus sudah. Dokter lulusan Universitas Padjadjaran ini meninggal dunia, ketika ambulans yang dikendarainya masuk jurang di Kabupaten Fak-Fak, Irian Jaya Barat, Minggu (15/7) lalu.
Erina salah satu dokter yang sedang menjalani program pegawai tidak tetap (PTT) di daerah sangat terpencil, selama enam bulan. Dia berangkat dari Bandung, April lalu dan selesai bertugas Oktober mendatang, berencana mengambil pendidikan spesialis.
"Erina belum bilang akan mengambil spesialis apa. Tapi, dia sudah berencana jauh-jauh hari untuk masuk bangku kuliah lagi," tutur Harry Hardianto, kakak sulungnya, Senin (16/7).
Kematian Erina menambah panjang daftar dokter PTT yang meninggal dalam tugas. Sebelumnya, seorang dokter asal Bandung juga mengalami hal serupa, karena terserang malaria di Maluku. Lalu, tiga dokter meninggal dalam kecelakaan lalu lintas usai menjalankan tugas di Sumatra Selatan.
Kematian Erina tergolong tragis. Sabtu (14/7), dia membawa seorang pasien asal Kokas, yang menderita masalah kelahiran cukup parah, ke Fak-Fak, berjarak sekitar 40 Km. Erina menyetir sendiri mobil ambulans milik Puskesmas, ditemani seorang mantri dan seorang perawat.
Mereka selamat tiba di Fak-fak. Namun, ketika pulang kembali ke Kokas, ambulans masuk jurang sedalam 20 meter, setelah menempuh perjalanan 17 Km dari Fak-fak. Erina tewas seketika, karena luka parah di bagian kepala, sedangkan mantri dan perawatnya menderita luka-luka. "Erina sebenarnya bertugas di Fak-fak. Namun, sejak dua minggu lalu, dia bertugas di Kokas menggantikan rekannya, dokter Arief yang cuti dan pulang ke Jawa," lanjut Harry. Erina, anak bungsu dari tiga bersaudara, pasangan Daniel Nazarudin, 60, seorang dokter gigi dan Kathy, 64. Erina sempat bekerja selama dua tahun di sebuah klinik di Cikawari, Cimahi. Ia lalu memutuskan ikut PTT dipercepat selama enam bulan ke daerah sangat terpencil, guna mengejar keinginannya menjalani pendidikan dokter spesialis. "Dia meninggal dalam tugas. Negara akan menanggung pengiriman jenasahnya dari Irian ke Bandung, serta memberi penghargaan Piagam Arutala, dan membayar 12 kali gajinya," papar Menteri Kesehatan Siti Fadillah Supari, ketika mengunjungi orang tua korban, Senin. Siti Fadillah menambahkan, ke depan para dokter PTT perlu mendapat perlindungan lebih saat bertugas. Untuk saat ini, kata dia, yang terdekat kami akan usahakan mereka mendapat asuransi. "Tanggung jawab dokter PTT sebenarnya ada di pemerintah daerah," lanjutnya. (SG/EM/OL-02) .
Sumber : Chandralina - friendster
Tidak ada komentar:
Posting Komentar