Selasa, 18 November 2008

Kesehatan Gigi Anak

Dalam pemeriksaan kesehatan gigi yang dilakukan pada anak TK dan SD, banyak ditemukan gigi berlubang. Ketika hasil pemeriksaan gigi itu dilaporkan kepada orang tua/wali murid, ternyata, banyak orang tua/wali murid yang belum mengetahui mengenai kesehatan gigi dan mulut. Terbukti, sebagian besar orangtua/wali murid tidak menindaklanjuti hasil pemeriksaan gigi. Padahal, hasil pemeriksaan gigi disebutkan apakah ada gigi yang perlu dicabut, ditambal, pembersihan karang gigi ataupun dilakukan pencegahan gigi berlubang. Lalu, pemeriksaan kedua dilakukan enam bulan dari pemeriksaan gigi pertama. Ternyata hasilnya tidak berbeda dari hasil pemeriksaan pertama. Orang tua/wali murid juga tidak menindaklanjuti apa yang dilaporkan dari hasil pemeriksaan gigi anaknya. Bahkan gigi tetap yang sudah tumbuh tetapi gigi susu masih berada di dalam rongga mulut, diharuskan pencabutan gigi susu pun tidak dilakukan. Begitu juga untuk gigi-gigi yang perlu dilakukan penambalan.

Mengevaluasi hasil tindak lanjut pemeriksaan gigi kedua ini, ternyata apa yang dilaporkan pun tidak ditindaklanjuti. Hanya sebagian kecil orang tua/wali murid yang melakukan tindaklanjut dari hasil pemeriksaan gigi. Pemeriksaan gigi ini dilakukan pada sebagian besar anak dengan golongan ekonomi orang tua/wali murid menengah ke atas. Disimpulkan ternyata memang masyarakat belum mengetahui pentingnya kesehatan gigi. Karena mereka tidak menindaklanjuti hasil pemeriksaan gigi, bukan karena masalah biaya, tetapi mereka tidak mengetahui mengenai kesehatan gigi. Sebagian besar masyarakat datang ke dokter gigi, jika giginya baru terasa sakit. Sedangkan jika gigi sudah sakit, perawatan yang dilakukan berulang, biaya pengobatan menjadi mahal. Bagi anak menjadi trauma pergi ke dokter gigi karena datang dalam keadaan gigi sakit. Padahal jika kita melakukan pemeriksaan gigi secara berkala, di mana gigi belum terasa sakit anak pun menjadi kooperatif untuk memeriksakan giginya dan anak tidak takut untuk pergi ke dokter gigi. Anak yang merasa sakit waktu dirawat giginya, mungkin saja menceritakan kepada teman-temanya. Sehingga perawatan gigi merupakan hal yang menakutkan. Sedangkan jika dilakukan pemeriksaan sejak dini maka dapat mencegah penyakit lebih lanjut dan anak tidak merasa takut untuk datang ke dokter gigi.
Mencegah lebih baik daripada mengobati
Sebagai contoh, di sekolah Sang Timur, Jakarta Timur, dari 800 anak yang dilakukan pemeriksaan gigi, ternyata hanya 2% anak yang melakukan tindak lanjut apa yang dikatakan dokter gigi. Lagi-lagi, masyarakat belum mengetahui bahwa lubang pada gigi jika dibiarkan, maka lubang gigi semakin dalam sampai akhirnya mengenai syaraf gigi dan gigi terasa sakit. Dalam hal ini, perlu adanya orang yang terbeban untuk memberitahukan pengetahuan mengenai kesehatan gigi dan penyakit-penyakit yang ditimbulkannya. Penanganan yang perlu dilakukan adalah mengumpulkan orang yang merasa terpanggil untuk dididik menjadi kader. Kader inilah yang akan menyebarkan pengetahuan kesehatan gigi kepada masyarakat secara langsung. Diperlukan kader mengingat jumlah tenaga kesehatan yang terbatas. Seorang dokter gigi bukan hanya mengobati penyakit, tetapi sebaiknya juga melakukan tindakan pencegahan dan deteksi penyakit secara dini dengan melakukan pemeriksaan gigi secara berkala. Ini semua dilakukan dengan hati terbeban, untuk memberikan pengetahuan kesehatan gigi kepada masyarakat seluas mungkin, sehingga tercipta masyarakat yang sehat. Pendidikan kesehatan gigi dapat dimulai dari anak TK sampai SD. Setelah lulus SD, diharapkan anak yang sudah mendapat pengetahuan kesehatan gigi dapat pula membagikan pengetahuannya di mana anak itu berada. Karena bisa saja anak setelah lulus SD melanjutkan pendidikannya di sekolah lain, bahkan ke kota lain. Dimana anak yang sudah diberikan pendidikan kesehatan gigi, dapat pula membagikan ilmunya kepada teman-temannya. Jadi harapan setelah anak lulus SD, maka selain diberikan pendidikan kesehatan gigi dimana anak dapat menjadi kader di dalam lingkungan keluarganya, juga keadaan gigi dan mulut anak baik. Semua gigi berlubang sudah ditambal, tidak ada lagi gigi yang dicabut oleh karena karies(gigi berlubang). Dapat dibayangkan, jika sejak anak-anak tidak dapat memelihara kesehatan gigi karena tidak ada pengetahuan kesehatan gigi, maka ditemukan banyak gigi berlubang pada anak. Anak mengalami sakit gigi, sehingga tidak dapat makan, konsentrasi belajar terganggu. Akibat tidak dapat makan, maka kecukupan gizi anak yang diperlukan dalam proses pertumbuhan anak pun terganggu. Jika hal ini dibiarkan, maka akan terbentuk masyarakat yang tidak sehat.
Tindakan yang dapat dilakukan pada saat ini adalah, mengadakan kegiatan gosok gigi bagi anak TK sampai SD kelas VI dengan alat peraga. Sebaiknya anak diajarkan cara menggosok gigi yang benar dan anak dapat mengulanginya apa yang diajarkan dengan cara memperagakannya melalui model gigi. Memberikan pengetahuan kesehatan gigi anak dari TK sampai SD kelas VI sesuai dengan usia anak. Misalnya anak usia TK diberikan pengetahuan kesehatan gigi dalam bentuk cerita. Untuk anak SD diberikan pengetahuan mengenai anatomi gigi, dan penyakit-penyakit yang ditimbulkan apabila gigi berlubang tidak ditambal.
Tindakan yang dapat dilakukan pada masa yang akan datang adalah mengadakan kerja sama dengan perusahaan farmasi. Perusahaan farmasi yang memproduksi bahan atau obat kedokteran gigi dapat mempromosikan bahan atau obat kedokteran gigi, langsung kepada pasien di klinik yang dikelola oleh perusahaan farmasi tersebut.
Di klinik gigi dapat dilakukan perawatan gigi berupa tindakan pencegahan penyakit gigi dan deteksi dini penyakit gigi. Jadi diutamakan tindakan pencegahan dari pada mengobati. Pelaksana klinik gigi diharapkan, orang-orang yang terpanggil untuk memberikan pengetahuan kesehatan gigi kepada masyarakat. Karena selama ini sebagian besar masyarakat belum mengetahui tentang kesehatan gigi. Bagaimana masyarakat bisa mengetahui tentang kesehatan gigi jika tidak ada orang yang terpanggil untuk memberitahukannya. Kita harus mempertahankan keberadaan gigi selama mungkin berada di rongga mulut. Mensyukuri apa yang diberikan-Nya karena gigi asli adalah sempurna dibandingkan gigi tiruan

Drg. Doris Sandrawati
Jakarta

1 komentar:

adell mengatakan...

Saya mahasiswa design komunikasi visual yang sedang menjalankan tugas akhir. Tugas akhir saya adalah "Kampanye menjaga kesehatan gigi anak sejak dini", dan artikel ini sangat membantu saya sekali. Terima kasih banyak.... GBU...

Copyright 2007, Pelayanan Medis Nasional (PMdN) Perkantas

Jl. Pintu Air Raya 7, Komplek Mitra Pintu Air Blok C-5, Jakarta Pusat
Telp. (021) 3522923, 3442463-4 Fax (021) 3522170
Twitter/IG : @MedisPerkantas
Download Majalah Samaritan Versi Digital : https://issuu.com/samaritanmag