Bukan apa yang aku kehendaki yang aku lakukan...-Roma 7 : 15
Ketika aku sedang bersiap-siap menulis renungan ini, tiba-tiba
listrik padam. Nyala lilin menggantikan listrik, dan aku tidak bisa berbuat
apa-apa. Jadi, aku duduk mengobrol di depan perapian, di rumah seorang teman.
Kami jarang bertemu. Malam itu berubah menjadi malam penuh berkat ketika kami
membicarakan cara Tuhan mendatangkan kebaikan dari hal yang buruk.
Listrik padam karena ada lonjakan listrik yang besar dan tak
terkendali, yang merusak semua peralatan dan menimbulkan kekacauan dimana0mana.
Penyebabnya, ada listrik berkekuatan besar yang digunakan melebihi kapasitas
yang seharusnya sehingga putus hubungan dengan pusat. Dalam zaman teknologi
maju, ada godaan bagi ahli pelayanan kesehatan untuk berkata, "Kekuasaanku
dan kekuatan tangankulah yang membuat aku memperoleh kekayaan ini" (Ul 8 :
17). Tapi, kekuasaan Tuhan disertai kasih dan disiplin diri (2 Tim 1 :7).
Kegagalan dalam kehidupan pribadi maupun dalam pekerjaan terjadi ketika
mencintai diri (bukan mengasihi Allah) dan mengandalkan diri sendiri (bukan
mendisiplinkan diri), memutuskan hubungan kita dengan sang Kepala (Kol 2 : 19).
Putusnya hubungan seperti ini hanya bisa diperbaiki kalau kita mengakui
kesalahan kita dan memohon agar dipulihkan kembali. Dengan begitu, kita akan
memiliki tenaga dan hikmat baru.
Budaya barat dewasa ini, yang terbiasa dengan keberhasilan dalam
bidang kedokteran, melihat kematian sebagai tidak ada daya, sepeti putusnya
arus listrik. Tentu saja, kita apat berjuang menyelamatkan nyawa seseorang
selama kita bisa, tapi kekuatan Ilahi tidak akan terus berjuang untuk apa yang
sudah lenyap. Jika kasih dan disiplin diri diabaikan, perjuangan kita yang tak
henti dalam mengusahakan kesembuhan, bisa menghancurkan hari-hari terakhir
pasien dan kenangan terakhir keluarganya. Paulus, yang menderita batin karena
persaingan kekuatan dalam dirinya itu, bertanya, "Siapakah yang akan
melepaskan aku?(Rm 7:24). Kelak,ia memberi jawaban yang menentukan. Baik
"lonjakan daya" maupun " tidak ada daya", tidak bisa
"memutuskan" kita dengan Tuhan, jika kita terkait dengan Tuhan dan
diubah oleh kasih-Nya dalam Yesus Kristus Tuhan kita (Rm 8 : 38-39).
Dikutip dari :
Sumber Hidup Praktisi Medis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar