Kamis, 30 Januari 2020

Saat Memilih dan Mengejar Karier

Bidang kedokteran merupakan profesi dengan jamnan gaji dan masa depan yang menjanjikan, yang apabila kita tidak bijaksana dalam menjalaninya sebagai seorang Kristen akan dapat menjadikan profesi kita itu sebagai berhala. Sesungguhnya bidang kedokteran merupakan kesempatan indah untuk melayani sesama dalam kehidupan, bisa merasakan melalui tulusnya para pasien dalam memberikan kepercayaan dan keyakinan kepada kita. 

Sehubungan dengan itu, marilah kita memikirkan beberapa pertanyaan dasar yang sering ditanyakan oleh para mahasiswa FK ketika mereka diperhadapkan kepada sejumlah peluang dan tantangan karier di bidang medis.



Haruskah Seorang Dokter atau Mahasiswa FK Berambisi?

Istilah "ambisi" seringkali digunakan untuk menunjukan sikap atau perilaku yang tidak baik atau negatif, yaitu untuk orang yang melakukan seuatu pekerjaan yang hasilnya hanya untuk kepentingan diri sendiri; sikap keegoisan. Namun demikian, "ambisi" juga tidak selalu memiliki artian yang negatif.

Dalam kehidupan seorang Kristen bahkan diharuskan memiliki ambisi di dalam mencari kehendak Allah dan membangun kerajaan-Nya di muka bumi. Rasul Paulus menjadi teladan mengenai hal ini. Ia memiliki ambisi yang luar biaa, yang diibaratkannya sebagai semangat seorang atlit di dalam memenangkan suatu pertandingan olahraga. Rasul Paulus semakin memperjelas konsepnya dengan mengatakan bahwa ambisinya tidak didasarkan pada perkara dunia namun pada perkara yang di atas (Kol 3:1-2). Paulus hanya mengarahkan pada satu tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus (Fil 3:14). Rasul Paulus menyebutkan kepentingan diri sendiri sebagai perbuatan daging (Gal 5:20) dan karenanya memperingatkan kita untuk tidak mencari "kepentingan sendiri atau pujian yang sia-sia" (Fil 2:3)

Dalam realitas hidup kita harus ingat bahwa Allah adalah Alpha dan Omega, yang Awal dan yang Akhir. Itulah yang akan selalu menjadi prioritas utama di dalam kehidupan kita. 


Bolehkah Kita Berkeinginan Mencapai Puncak Karier Tertinggi?

Segalanya tergantung pada apa arti "puncak karier" buat kita! Hierarki Allah berbeda dengan hierarkinya para profesional. Sebagai seorang Kristen kita meyakini bahwa puncak karier adalah posisi yang telah ditentukan Allah bagi kita, di mana kita memberikan talenta dan bakat terbaik untuk melayani Allah di tempat itu. Dalam posisi karir yang tinggi belum tentu punya kesempatan melayani lebih banyak. Buktinya klinik FK mahasiswa bisa lebih dekat menjangkau semua tingkatan pasien ketimbang dokter praktek yang profesor; atau misalnya pada beberapa cabang medis seperti Patholigy dokternya tidak melayani pasien secara langsung. Dan juga memang benar kalau pada beberapa jabatan posisi yang lebih tinggi akan memberikan lebih banyak kesempatan bagi pejabatnya untuk membuat dan memengaruhi kebijakan kesehatan masyarakat luas, sementara posisi yang lebih rendah hanya memiliki pengaruh yang lebih terbatas dan tidak sekaligus tapi bertahap satu demi satu.

Ambisi dan melayani bukanlah merupakan dua hal yang bertolak belakang, yang terpenting adalah suatu sikap yang benar terhadap karier yang kita miliki, sebagai suatu yang utuh, dengan iman yang sungguh-sungguh. Alkitab meyakinkan kita bahwa Allah akan menyertai dan meluruskan jalanmu, oleh karena itu percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu maka Ia akan meluruskan jalanmu" (Ams 3:5-6)


Bagaimana Kita Memahami Arti Kesuksesan?

Tergantung juga pada standar sukses yang kita buat; apakah uang, ketenaran, daftar tunggu pasien di ruangan kita, raio antara yang berterima kasih dan yang komplain?

Kriteria Yesus tentang sukses sangat paradoks: "Barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu" (Mat 20:27). Bahkan seorang pemimpin harus menjadi  hamba dari yang dipimpinnya. Namun apakah kriteria pemimpin yang Tuhan Yesus berikan masih realistik di jaman modern seperti sekarang? Kita tahu bahwa antara jaman Yesus dan sekarang telah terjadi banyak perubahan yang revolusioner.

"Sebagai seorang Kristen kita meyakini bahwa puncak karier adalah posisi yang ditentukan Allah bagi kita, di mana kita memberikan talenta dan bakat terbaik untuk melayani Allah di tempat itu."

Mengacu pada kriteria Yesus dan kebutuhan kesuksesan pada saat sekarang, lantas kita berkeinginan untuk dapat melayani pasien, pekerjaan kita (teman kerja), serta tempat kerja kita (RS/Klinik), dalam saat yang sama sekaligus. Bukan sikap demikian yang diinginkan dan bukan pula berarti bahwa dalam menjalankan tugas, kita melebihi batas tanggung jawab yang diberikan kepada kita, termasuk waktu kerja yang melewati batas, namun yang dituntut adalah sikap pikir kita, yaitu tidak memaksa kehendak untuk mendapatkan keuntungan pribadi baik itu berupa uang atau kesenangan pribadi. Jadi misalnya, dalam hal melayani rekan sejawat, bisa dalam artian memintanya untuk menggantikan tugas Anda bilamana Anda harus meninggalkan tempat tugas Anda karena orang lain sedang membutuhkan pertolongan Anda.


Bagaimana Mengetahui Bidang Medis yang Sesuai?

Kebanyakan mahasiswa FK dengan proses penyeleksian yang ada, sebenarnya adalah orang-orang yang memiliki banyak talenta (multi-talenta) dan juga banyak pengalaman yang sudah mereka jalani di berbagai cabang medis. Kebanyakan dari kita memiliki dua atau lebih spesialisasi yang tidak sesuai dan jika memang demikian, orang Amerika menyebutnya "finger negative" dan Anda tidak diizinkan untuk melakukan bedah!

Gaya hidup, gereja, dan keluarga merupakan pertimbangan yang paling penting di dalam seseorang memilih bidang yang sesuai. Hampir seluruh mahasiswa membutuhkan bantuan dari dosen dan teman, baik di kampus maupun di gereja, untuk menolong mereka mencapai penilaian yang realistik mengenai talenta dan bakat mereka. Sayangnya, kurikulum mata kuliah yang ada tersusun sedemikian rupa sehingga mengurangi manfaat pertemuan antara dosen dan mahasiswa secara pribadi. Para mahasiswa berpindah dengan sangat cepat pada berbagai RS berbeda sehingga dosen juga mengalami kesulitan memberikan penilaian tentang bakat mereka masing-masing. Jelaslah bahwa disini masalah yang harus dihadapi! Bagaimanapun, sementara itu, saran bagi para mahasiswa adalah dengan berusaha mencari orang yang benar-benar mengetahui kelebihan dan kekuranganmu untuk memberikan nasehat.

Sebuah buku panduan sekular yang sangat baik mengenai karier di bidang medis adalah "So You Want to be a Brain Surgeon?" Buku ini memberikan saran praktis tentang kualitas pribadi yang dibutuhkan oleh masing-masing bidang spesialisasi, dan juga catatan-catatan yang dibuatnya dengan sekilas yang membandingkan antara berbagai pekerjaan. Pada akhirnya, kita semua harus senantiasa berdoa dan mempercayakan hidup kita dalam tangan Tuhan, karena bagi Dialah segala yang kita miliki.


Bagaimana dengan Kegagalan?

Ada orang yang melihat kegagalan dalam ujian atau mendapat pekerjaan sebagai pertanda yang jelas dari Tuhan bahwa Tuhan menginginkan kita untuk merubah arah jalan kehidupan kita. Pemikiran demikian belum tentu benar. Ada banyak alasan seseorang mengalami kegagalan, di antaranya karena hasil yang dicapainya tidak sesuai harapan, kegagalan juga merupakan kesempatan untuk mengevaluasi tugas pekerjaan kita.

Memang tidak biasa bagi seseorang untuk gagal pada ujian akhir kuliah di kesempatan pertamanya. Namun bagaimanapun hal itu juga merupakan kesempatan pertamanya. Kesempatan untuk menilai kembali motivasi belajar kita, membangun rasa percaya diri, dan juga rasa simpati kita terhadap orang lain yang mengalami hal serupa. Mungkin baik buat kita untuk melakukan re-organisasi skala prioritas-prioritas yang kita buat dalam kerangka konsep sukses yang baru. Itu penting karena mereka yang bertitel profesor pun juga banyak yang mengalami kegagalan dalam ujian dan tidak mendapatkan pekerjaan untuk lamaran yang mereka ajukan.

Menghadapi kegagalan, kita dapat menaruh harapan dan percaya kita ke dalam tangan Tuhan yang telah mempunyai rencana atas hidup kita. Ia memberikan kepada kita harapan dan masa depan (Yer 29:11). Jika kita tetap mengikuti-Nya, maka Ia berjanji akan menolong dan membawa kita ke tempat yang disediakan-Nya (Maz 37:3-6).


Bagaimana Membagi Waktu antara Karier, Rumah, dan Gereja?

Di dalam kehidupan, kita sering diperhadapkan pada pilihan, prioritas, dan pengaturan berbagai aktivitas rutin. Kontradiktif dengan harapan masyarakat ternyata tidak ada suatu formula yang ajaib, atau pun satu ayat di dalam Alkitab yang memberikan jawaban yang mudah atas (dan menghilangkan) rasa stress yang kita hadapi dalam tugas karier kita.

Bahkan beberapa bidang spesialisasi tertentu menuntut banyak waktu, energi, serta ketegangan saraf, yang mungkin akan mempengaruhi tugas dan tanggung jawab kita di rumah.

Anda harus memiliki beberapa rancangan dan membuat berbagai alternatif yang memungkinkan dari berbagai aktivitas yang sedang Anda kerjakan pada saat sekarang dan membahasnya bersama dengan suami/istri Anda dan apabila perlu dengan anggota keluarga lainnya.

Mungkin tepat apabila seorang dokter hanya bekerja di beberapa tempat sehingga pada sorenya ia punya waktu dalam aktivitas gereja atau pelayanan lainnya. Hal tersebut sama nilainya dengan orang yang dengan penuh iman mempelopori tugas pelayanan kedokteran di negara-negara berkembang, yang membutuhkan pengorbanan yang amat sangat dari sesuatu yang paling dekat dan dalam dengan dirinya.


Pengorbanan bagaimanakah yang seharusnya untuk mendapatkan masa depan yang sukses di bidang medis? Batasan apakah yang harus saya taruh di dalam ambisi karier?

Dua pertanyaan ini seperti dua sisi pada satu mata uang logam. Segala macam pekerjaan dan prestasi yang bermanfaat selalu mengandung pengorbanan yang harus dikalkulasikan dan dihitung pertama kali seperti yang Tuhan Yesus rekomendasikan kepada mereka yang berkeinginan mengikut-Nya (Luk 14:28-33). Akan tetapi pengorbanan yang secara sengaja kita berikan tidak sama dengan mengabaikan tanggung jawab kita secara tidak sengaja pada tanggung jawab kita yang lain.

Kedokteran dapat menjadi sangat menggairahkan terutama pada saat kita memperoleh penghasilan keuangan yang sangat besar dari praktek sendiri. Akan tetapi batasan perlu diberikan dalam hal waktu dan energi, untuk dapat melakukan aktivitas lain. Kita perlu juga memberikan batasan waktu dan energi kita untuk tugas pelayanan Kristen tertentu, untuk keluarga, dan rekreasi untuk melepaskan diri dari tekanan pekerjaan.

Saya memberikan batasan pribadi saya dengan tidak merencanakan aktivitas akademik atau rumah sakit pada hari Minggu, kecuali untuk alasan darurat.


Kesimpulan

Kesibukan yang tiada henti dimaksudkan sebagai "suatu aktivitas rutin yang berkelanjutan dalam kompetisi yang berlebihan". Gambaran demikian tidak seharusnya terjadi dalam karier medis orang Kristen. Kompetisi dan aktivitas yang berlebihan akan selalu nyata di dalam kehidupan, akan tetapi karier orang Kristen ditandai dengan iman yang tenang dalam rencana Allah dan rasa percaya diri bahwa Anda ada pada tempat yang benar dalam menyalurkan bakat khusus dalam pelayanan Allah. Akhirnya, Anda tidak harus menunggu sampai Anda menjadi seorang praktisioner atau seorang konsultan yang mapan baru melayani tugas pelayanan Allah di kedokteran; sebagai seorang mahasiswa FK Anda punya kesempatan yang mungkin tidak akan pernah terulang kembali. Mahasiswa FK harus meluangkan banyak waktu dengan pasien-pasien, bersaksi, dan melayani, sebanyak mungkin Anda menjadi "garam dan terang" di Fakultas Kedokteran.


______________________________________________________________
Oleh: Alan Johnson/Nucleus, CMF Student  Journal, Career Choices, July 2000/Teguh W.
Dalam Majalah Samaritan No.4/November 2000 - Januari 2001.

Tidak ada komentar:

Copyright 2007, Pelayanan Medis Nasional (PMdN) Perkantas

Jl. Pintu Air Raya 7, Komplek Mitra Pintu Air Blok C-5, Jakarta Pusat
Telp. (021) 3522923, 3442463-4 Fax (021) 3522170
Twitter/IG : @MedisPerkantas
Download Majalah Samaritan Versi Digital : https://issuu.com/samaritanmag