Rabu, 25 Agustus 2021

PEMURIDAN: PENGABAIAN TERBESAR?

 Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,...” (Matius 28:19)



Saya yakin anda tahu bahwa ayat ini adalah perintah Tuhan Yesus, bahkan sadar bahwa  perintah ini dikenal dengan Amanat Agung (dalam bahasa Inggris dikenal sebagai “Great Commission”). Ini merupakan perintah terakhir Tuhan Yesus kepada gereja. Suatu perintah yang sangat penting. Apa kita menaatinya?

Suatu waktu saya melihat sebuah buku yang berjudul “The Great Ommission ditulis oleh Dallas Willard. Sub judul buku itu adalah Rediscovering Jesus’ Essential Teaching on Discipleship.” Buku ini menyadarkan saya bahwa perintah Tuhan yang mengutus para murid-Nya untuk menjadikan semua bangsa murid-Nya sangatlah mudah diabaikan oleh kita. Semudah kita menghilangkan huruf C dari kata Commission (yang berarti pengutusan) menjadi kata ommission (yang berarti pengabaian). Sehingga penulis buku ini memberi judul Pengabaian Terbesar. Karena yang kita abaikan adalah salah satu Perintah Terbesar.


Kondisi Pemuridan di Mahasiswa dan Alumni

Dibanyak persekutuan kampus, pemuridan menjadi semakin lemah bahkan sudah sekarat. Secara program atau aktivitas masih ada, namun dalam kenyataannya sudah tidak jalan. Kalau ditanya, kelompok kecil pemuridan hanya berjalan beberapa kali lalu mulai tersendat-sendat dan akhirnya tidak jalan lagi. Berbagai alasan yang dapat diberikan mengenai tidak berjalannya pemuridan ini. Pemuridan di kampus makin terancam akan punah.

Bagaimana dengan alumni persekutuan medis? Seharusnya mereka akan tetap dalam pemuridan (whole-life discipleship), baik dalam kelompok kecil alumni maupun dalam bentuk-bentuk kreatif lainnya. Mereka bisa meneruskan pemuridan di PMdK atau di gereja-gereja. Namun berapa banyak yang masih dalam kegiatan dan pelayanan pemuridan? Kembali berbagai alasan yang bisa menjadi pembenaran untuk mengabaikan amanat agung itu. Mulai dari kesibukan baru kerja, baru menikah, baru pindah kota, baru dipromosi, baru studi lanjut, dan sebagainya.

 

Alasan Pengabaian Perintah Pemuridan

Jika kita mempelajari Kitab Suci maka minimal ada 3 alasan kenapa pemuridan diabaikan bahkan tidak dilakukan:

1.       Masih Adanya Keterikatan.

Contoh yang paling nyata yaitu kisah seorang muda yang kaya (Lukas 18:18-25). Tuhan Yesus berkata kepadanya: “"Masih tinggal satu hal lagi yang harus kaulakukan: juallah segala yang kaumiliki dan bagi-bagikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku." (ay. 22) Suatu ajakan untuk menjadi murid-Nya: “...datanglah kemari dan ikutlah Aku.” Ini adalah ajakan yang sangat mulia, karena yang mengajak yaitu Tuhan Pencipta langit bumi. Ia pribadi yang sangat mulia, lebih mulia dari semua raja atau presiden. Bagaimana dengan respon orang kaya ini? Apakah ia menyambut dengan gembira? Dan merasa itu sebagai kehormatan? Sayang sekali tidak. Di ayat 23 ditulis: “Ketika orang itu mendengar perkataan itu, ia menjadi amat sedih, sebab ia sangat kaya.” Di Markus 10:22 ditulis: “Mendengar perkataan itu ia menjadi kecewa, lalu pergi dengan sedih, sebab banyak hartanya.” Dari kedua ayat, terlihat bahwa alasan ia menampikan ajakan menjadi murid Yesus yaitu hartanya. Ia sangat kaya dan banyak hartanya. Dan kekayaannya itu telah membutakan dia untuk melihat kemuliaan Tuhan yang jauh lebih berharga daripada seluruh hartanya. Sekarang inipun kekayaan dan kemewahan sering membutakan kita untuk menyadari kekayaan dan kemuliaan Allah yang melebihi semua kekayaan di dunia. Tidak sedikit mahasiswa atau alumni medis Kristen yang  menampikkan panggilan pemuridan di kampus atau di PMdK demi mengejar kesuksesan dalam karir yang diharapkan akan menambah pundi-pundi kekayaannya di masa mendatang.

Kenapa manusia sangat mengutamakan kekayaan? Karena biasanya kekayaan akan membuat kita merasa lebih dihormati di keluarga, masyarakat bahkan di gereja. Kekayaan juga lebih memberi rasa aman bagi kita dalam menyongsong masa depan hidup kita yang akan menghadapi berbagai kebutuhan. Kekayaan juga memungkinkan kita untuk hidup lebih menyenangkan dan lebih bisa menikmati hidup. Namun Tuhan Yesus mengingatkan murid-Nya: “"Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu(Lukas 12:15). Artinya kebahagiaan, rasa aman, kesenangan dan kehormatan tidaklah bergantung pada kekayaan kita. Mother Teresa adalah contoh bagaimana ia lebih dihormati, bahagia, dan memiliki rasa aman daripada Lady Diana yang jauh lebih kaya daripadanya.

Tidak heran dalam mengajarkan syarat untuk menjadi muridNya, Tuhan Yesus berkata: “Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku” (Lukas 14:33)Keterikatan orang muda kaya terhadap kekayaan atau hartanya telah menyebabkan dia tidak bisa menjadi murid-Nya. Untuk menjadi murid Kristus tidak cukup hanya mengetahui pentingnya mengikut kegiatan kelompok kecil pemuridan, dan kesediaan untuk mengikut kelompok kecil. Sebab jika kita masih terikat dengan segala milik kita, apa itu harta, kekayaan, atau hal yang lain yang berharga bagi kita. Maka kita akan sulit memprioritaskan kegiatan pemuridan yang sudah kita ikuti. Setelah berjalan beberapa kali kita akan kehilangan motivasi jika itu tidak sejalan keinginan kita untuk menjadi kaya. Tanpa sadar kita akan lebih mengutamakan kegiatan yang sejalan dengan mental materialistik kita. Padahal jika kita mau lepaskan diri dari segala milik kita dan mengikut Yesus, maka kata Yesus:  “...maka engkau akan beroleh harta di sorga.” Ini baru harta yang sesungguhnya, yang ngengat tidak akan mengerogoti, pencuri tidak bisa ambil, dan nilainya abadi. Jadi menjadi murid Kristus yang menuruti firman-Nya bukanlah orang yang paling miskin, sekalipun di dunia mereka dipandang miskin tapi sesungguhnya mereka memiliki harta di sorga yang jauh lebih berharga dari mereka yang memiliki banyak harta di dunia. Coba renungkan kebenaran ini secara serius.

 

2.       Menghindari penderitaan dan ejekan.

Dunia kita sekarang penuh dengan gaya hidup yang mengejar kesenangan dan kenikmatan hidup yang lebih dikenal dengan istilah hedon atau hedonisme. Hedonisme berasal dari kata Yunani “hedonismos” atau “hedone” yang berarti kesenangan atau kenikmatan. Merupakan falsafah hidup yang mengutamakan kesenangan atau kenikmatan hidup. Falsafah hidup seperti ini sangat menghambat pemuridan. Kenapa? Sebab pemuridan menuntut keseriusan dan kedisiplinan kita dalam mempelajari dan menaati firman Tuhan. Sementara pengejaran akan kesenangan dan kenikmatan hidup tentu tidak sejalan dengan jiwa dan suasana pemuridan. Dan jika pemuridan kita lakukan tanpa kedisiplinan dan keseriusan, maka akan kehilangan dampak pemuridan yang merubah hidup kita menjadi murid yang makin serupa dengan Kristus.  Apakah pemuridan itu harus kita lalui dalam suasana yang kaku dan tegang? Tentu tidak, sebab jika kita lakukan pemuridan secara benar maka kita akan alami sukacita dan damai sejahtera yang melebihi kesenangan dan kenikmatan dunia yang fana.

Memahami akan kecenderungan manusia akan kesenangan dan kenikmatan hidup, maka Tuhan memberi syarat pemuridan sebagai berikut: “Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku” (Lukas 14:27). Syarat ini menyadarkan setiap kita yang mau menjadi murid-Nya bahwa kita harus bersedia menderita segala ketidaknyamanan bahkan ejekan untuk menjadi muridNya. Selain syarat ‘memikul salibnya’ juga ada syarat ‘dan mengikut Aku’, kata Tuhan Yesus. Ini bisa berarti ketaatan dan kesetiaan untuk mempelajari dan menaati firman Tuhan, serta menaati perintah dan kehendakNya. Kita harus belajar menjadikan firman Tuhan dan kehendakNya itu suatu kesukaan bagi kita (Mazmur 1:2; 40:9). Jika kita mengenal Tuhan Yesus secara memadai maka menderita bagi Dia adalah satu kehormatan yang memberi kegembiraan, seperti yang kita lihat pada pengalaman para rasul (Kisah Para Rasul 5:41). Teladan yang indah juga bisa kita lihat pada kehidupan dan pelayanan rasul Paulus, bagaimana sikapnya dalam hadapi penderitaan dan penganiayaan (Kisah Para Rasul 20:22-24). Atau pengajaran rasul Petrus yang terkenal tentang kasih karunia jika kita menderita sebagai murid Kristus (1 Petrus 2:19-24).

 

3.       Belum mengutamakan Kristus.

Masalah lain yang menyebabkan pemuridan diabaikan yaitu kita lebih mengasihi dan mengutamakan keluarga dan diri kita daripada Tuhan. Seperti yang diajarkan Yesus: "Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku” (Lukas 14:26). Ini tidak berarti kita harus mengabaikan isteri, suami, anak-anak, orang tua, dan saudara-saudara kita demi Tuhan. Yang Tuhan maksudkan disini ialah jangan sampai kita lebih mengutamakan keluarga, sehingga pemuridan melalui persekutuan, kelompok kecil, waktu teduh terabaikan. Seharusnya kita mengajak keluarga untuk turut mendukung dan menaatinya. Sekalipun kita harus memelihara keluarga kita dengan baik, namun secara bijak kita harus mengingatkan keluarga kita tentang pentingnya takut akan Tuhan dan lebih menghormati, mengasihi dan mengutamakan Tuhan. Sebab jika tidak maka kita tidak bisa menjadi muridNya.

Ingatlah “If Jesus is not the Lord of all, He is not the Lord at all.” Salah satu tujuan pemuridan yaitu agar lebih mengenal Yesus sebagai Tuhan, tidak hanya Juruselamat. Dan belajar bagaimana men-Tuhan-kan Kristus dalam seluruh kehidupan kita.

 

Pentingnya Roh Kudus dalam Pemuridan

Padahal Roh Kudus sudah dicurahkan kepada kita, namun problemanya kita tidak hidup oleh Roh. Hidup kita tidak dipimpin dan dipenuhi oleh Roh Kudus tapi oleh berbagai hawa nafsu kita. Hal ini lebih dikenal dengan hidup dalam keinginan daging, sehingga: “Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya” (Galatia 5:19-21).

Salah satu syarat untuk pemuridan yaitu kita tidak lagi hidup menuruti keinginan daging tetapi hidup oleh Roh Kudus. Jika kita hidup oleh Roh dan dipimpin oleh Roh Kudus, maka buah Roh yaitu: “...kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri” akan nyata dalam hidup kita (Galatia 5:22-23). Buah Roh ini dikenal sebagai karakter yang serupa dengan Kristus. Ini merupakan akibat dari kehidupan kita yang dipimpin dan dipenuhi Roh selama berminggu-minggu, berbulan-bulan bahkan beberapa tahun.

 

Persekutuan kampus dan alumni yang mengutamakan pekerjaan Roh Kudus melalui kedisiplinan, keteraturan, ketekunan dan kesetiaan:

1.       Membaca, studi, perenungan dan penerapan firman Tuhan.

2.       Berdoa dimana ia bersekutu dengan Bapa di Sorga.

3.       Bersekutu dengan saudara-saudara seiman, dalam kelompok besar dan kelompok kecil.

4.       Kesungguhan melayani; 

akan tidak mengabaikan pemuridan tapi menghidupinya secara sukacita dan damai sejahtera. Dengan demikian kita akan menjadi saksi Kristus yang memuliakan Tuhan melalui kehidupan kita sebagai mahasiswa atau alumni medis Kristen. 

 ___________________________________________

PEMURIDAN: PENGABAIAN TERBESAR ? oleh Tadius Gunadi, M.C.S

Dalam Majalah Samaritan Edisi 1 Tahun 2017

Tidak ada komentar:

Copyright 2007, Pelayanan Medis Nasional (PMdN) Perkantas

Jl. Pintu Air Raya 7, Komplek Mitra Pintu Air Blok C-5, Jakarta Pusat
Telp. (021) 3522923, 3442463-4 Fax (021) 3522170
Twitter/IG : @MedisPerkantas
Download Majalah Samaritan Versi Digital : https://issuu.com/samaritanmag