"Anakku, pergi dan bekerjalah hari ini dalam kebun anggur. Jawab anak itu: Baik, bapa. Tetapi ia tidak pergi. --- Matius 21:28, 29
Pada zaman sekarang ketika banyak orang hanyut dalam karir dan banyak suara menarik perhatian kita, mudah sekali melupakan panggilan Allah. Panggilan Allah bagaikan angin, tak terlihat, mengarah pada satu tujuan dan menyegarkan, bertiup dalam hidup manusia. Juga datang bagaikan api, hangat, meleburkan dan menyala-nyala membakar hati manusia. Ia datang bagaikan seorang kekasih, penuh daya tarik dan menawan, mengajak manusia untuk mengikut.
Tetapi angin dapat menolak. Anda dapat berlindung di balik alasan atau penundaan. Anda dapat bersandar pada prasangka dan prioritas yang palsu. Anda dapat maju sambil berkilah bahwa anginlah yang membawa kita. Anda dapat berkata, "Saya tidak tahu kapan itu datang (benarkah Allah yang memanggil?) atau kemana perginya." (kemana Ia memimpinku?)!
Api pun dapat dipadamkan. Misalnya dengan membiarkannya begitu saja. Ketidakpedulian sudah cukup untuk memadamkan api itu. Siraman air ketakutan, kuatir akan masa depan, rasa tak aman, takut akan komentar orang lain, juga dapat mengakibatkan hal yang sama. Memisahkan arang bisa juga melakukan hal itu (menghindari persekutuan dengan orang Kristen yang lain dan mengambil jalan sendiri). Kekasih dapat Anda lukai hatinya. Jawaban yang tidak tulus dan setengah hati akan mendukakan hati Sang Pengasih manusia itu. Si anak dalam perumpamaan tadi berkata, "Saya telah mendengar panggilanmu, saya akan bekerja dalam kebun anggurmu". Tetapi satu kesibukan menuntun kepada kesibukan lain dan dia tidak pernah berangkat. Suara itu terdengar jauh lebih jelas di masa kita masih menjadi mahasiswa. Tetapi kemudian satu hal membawa kepada hal lain sampai kita kedapatan sudah mengabaikan panggilan itu tanpa jawab.
Bapa, tolong saya untuk tidak menolak Roh Kudus ketika Dia bertiup dalam hidup saya, dan tidak memadamkan-Nya ketika api-Nya membakar hati saya, dan tidak mendukakan-Nya ketika kasih-Nya mengajak saya untuk ikut.
Bacaan selanjutnya: Matius 21:28-32; Yeremia 20:9; Lukas 5:27-28
Oleh: Kenneth Moynagh, dalam Diagnose Firman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar